".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Sunday 21 August 2016

Aturan Main Dalam Prosesi Tumpeng


Pertama yang mesti diingat bahwa nasi tumpeng itu adalah ritual adat yang prosesinya TIDAK DIPOTONG & daun pisang yang menutupi segitiga kerucut TIDAK DIANGKAT / DILEPAS.

Dalam kebiasaan masyarakat Jawa kuno (yang jarang diketahui banyak orang saat ini), prosesi nasi tumpeng di KERUK sisi sampingnya, dimulai dari bagian samping paling bawah naik ke samping bagian atas tanpa menyentuh puncak pucuk kerucut nasi tumpeng sampai pucuk segi tiganya (yang ditutupi daun pisang) jatuh dengan sendirinya.

Menurut adat kepercayaan, pada saat kerukan semakin banyak dilakukan, di saat tertentu akan jatuh segitiga puncak kerucut yang ada daun pisang itu. Ini pertanda jawaban, bahwa doa selamatan dan permintaan hajatan dikabulkan atau diberkahi Gusti Allah berserta para dewa-dewi serta para hyang, atau arwah leluhur nenek moyang.

Setelah jatuh, pucuk segitiganya diletakan di atas wadah (ajuman atau canang sari atau banten sodaan atau banten danaan) yang di alasi daun pisang kemudian letakkan di tempat yang dianggap keramat.

Itulah inti dari aturan main dalam prosesi tumpeng.

Secara filosofi, tumpeng adalah media komunikasi sosial ritual masyarakat Jawa ke Penguasa Alam (Gusti Allah berserta para dewa-dewi serta para hyang, atau arwah leluhur nenek moyang) yang apabila dipotong pucuk segi tiganya, maka secara kebathinan komunikasi itu terputus alias tidak terjadi sama sekali. Media komunikasi itu dalam bentuk doa dari hajatan tumpeng sehingga kalo segi tiganya jatuh berarti doa hajatannya terkabul.

Sesuai dengan aturan tradisionalnya lauk pauk nasi tumpeng harus mengandung beberapa unsur, yakni:
1.     Unsur dari dalam tanah berupa umbi-umbian seperti kentang, ubi, kacang tanah dan kedelai.
2.     Unsur dari atas tanah berupa sayur-sayuran, terutama daun kemangi (kecarum).
3.     Unsur hewan berupa ayam, daging sapi dan telur.
4.     Unsur dari laut berupa beraneka seafood atau hasil laut seperti ikan asin atau udang.

Kesemua unsur tersebut merupakan wujud perwakilan semua hal yang dimiliki manusia untuk dipersembahkan kepada yang Maha Kuasa.

Ada 3 (tiga) akronim yang perlu diketahui dalam tradisi tumpeng yakni :
      i.         Menurut tradisi Islam Jawa, "Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh).
     ii.         Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan. Akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh).
   iii.         Sedangkan lauk-pauknya yang disajikan untuk tumpeng selalu berjumlah 7 (tujuh) macam. Akronim angka 7 (tujuh) dalam bahasa Jawa disebut  pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan) artinya permohonan pertolongan untuk keselamatan dalam hidup manusia kepada Tuhannya.

Tiga kalimat akronim itu, berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra' ayat 80: "Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan".

Disamping itu, kerap banyak orang lupa selalunya di pucuk teratas tumpeng diletakkan cabe merah yang menyimbolkan obor sebagai penerang jalan (dari doa) menuju Gusti Allah berserta para dewa-dewi serta para hyang, atau arwah leluhur nenek moyang.

Tumpeng tidak boleh dimodifikasi dengan bentuk dan alasan apapun karena karakter dan sifatnya sebagai sesuatu yang bersifat ritual maka harus dihormati sesuai pakemnya, apalagi pewarnaan harus dua saja yakni nasi kuning (melambangkan kesejahteraan) dan nasi putih (melambangkan kesuciaan).

Tumpeng hanya ada di masyarakat kepulauan Jawa, Madura & Bali. Masyarakat Indonesia diluar ketiga kepulauan itu tidak mengenal tumpeng sama sekali, apalagi mengetahui filosofi, sejarah dan budayanya.

Orang jawa mengatakan keruk tumpeng dengan kosa kata “Ngepung atau Kepung Tumpeng” yang caranya seperti dijelaskan di atas. Istilah potong tumpeng sebenarnya merupakan masuknya kata-kata potong kue yang terjadi pada peringatan ulangtahun dari masyarakat dunia barat.

Sudah saatnya perlu mengoreksi salah kaprah potong tumpeng ini menjadi kepung tumpeng dengan jalan pada acara tumpengan yang disediakan bukan pisau melainkan centong dan sendok garpu untuk mengambil nasi dan lauk pauk dalam tumpeng.

Semoga bermanfaat .. 

Tabek