".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Monday 25 April 2022

Sepintas Sejarah Memasak

 Secara sederhana, memasak dapat digambarkan sebagai proses persiapan dan mengolah bahan mentah pangan menjadi produk makanan. Menurut beberapa ilmuwan, memasak adalah revolusi kreativitas manusia yang pertama dilakukan di bumi ini ketika ditemukan cara untuk mengendalikan api (Dahl 2009).

Richard W. Wrangham, seorang profesor antropologi di Harvard University, mengatakan : "Memasak merupakan kunci yang membuat kita menjadi manusia. Sejak lahir, memasak ada dalam gen manusia dan berkembang secara alami menjadikan manusia modern". Ia menyatakan : "Memasak adalah proses evolusi manusia. Hanya manusia satu-satunya spesies di dunia yang memasak makanan mereka di atas perapian". Oleh karena itu, kata Wrangham, manusia pada intinya adalah makhluk "Cookivores" (memasak makanan di atas perapian).

Bagi Wrangham, api merupakan penemuan terbesar yang pernah dibuat manusia yang menjadi dasar dari seni keahlian memasak. "Evolusi peradaban manusia datang dengan penemuan api dan memasak" kata Wrangham. "Manusia mengembangkan keterampilan membuat api dan mengendalikan api untuk memasak. Keahlian memasak mengubah desain biologis manusia. Peradabannya mendorong menuju modernisasi serta merupakan dasar paleo-keahlian seni memasak" tambahnya.

Manusia dilahirkan suka makanan yang panas. Sejak 2 (dua) juta tahun lebih manusia setiap hari berkumpul di sekitar api dan kehidupan manusia disesuaikan untuk api. Wajar manusia dikatakan sebagai “Omnivore” yang senang mengkonsumsi makanan nabati hangat untuk berbagai cita rasa dan aneka rasa manis.

Seni memasak menjadi salah satu alasan manusia berkelompok dalam suatu kerumunan kesukuan. Seni memasak menjadikan manusia beradab dengan wujud kearifan lokal yang mereka miliki.

Tidak mudah untuk mengatakan kapan memasak diciptakan, karena sulit untuk menentukan kapan manusia menemukan api dan belajar bagaimana mengendalikannya. Memasak adalah bagian penting dari evolusi sejarah kehidupan manusia yang berasal dari kemampuan mengontrol api yang kemudian munculnya makanan yang dimasak.

Memasak meningkatkan nilai dan mutu makanan manusia, yang telah mengubah perkembangan organisme tubuh maupun pemikiran intelektualnya, yang tercipta akibat dari hasil proses kehidupan sosial (adat istiadat, kearifan lokal, komunikasi, budaya dan lain sebagainya).

Makanan yang dimasak membuat manusia merasa lebih aman, menciptakan citarasa yang kaya dan yang paling penting memberi kelezatan serta mengurangi pembusukan.

Esensi dasar memasak dan makan ditentukan dari ketersediaan makanan (buffer stock) dan cadangan bahan baku (stockpile) yang keduanya ditentukan oleh faktor iklim dan kekayaan alam wilayah bersangkutan yang dikembangkan menggunakan teknologi pertanian dan teknik memasak, bahkan melalui ilmu pengetahuan.

Buffer stock dan Stockpile ini yang disebut dengan kedaulatan pangan (bukan ketahanan pangan) yang merupakan implementasi dari agrobiodiversity sistem pangan nabati.

Makanan adalah bahan bakar dari kehidupan manusia, seperti juga udara dan air. Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan. Namun, selain menjadi kebutuhan dasar, makanan dan memasak telah berkembang dari lebih sekedar kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.

Memasak telah berkembang sedemikian rupa selama ribuan tahun menjadi sebuah pengaturan sosial kemasyarakatan, yang dikenal kemudian menjadi Gastronomi (Bober 1999). Rekaman perjamuan makan gastronomi ditemukan dalam teks-teks dan dari citra kehidupan abad pertengahan masyarakat Mesir kuno, Mesopotamia, Yunani dan Roma.

Sebagai contoh di Yunani kuno, seorang Archimageiros (chef de cuisine) menyiapkan perjamuan makan ala gastronomi untuk tuannya. Demikian juga di Romawi saat terbentuknya Collegium Coquourum, seorang ‘Vucătar-Sef’ (koki profesional) menyiapkan perjamuan yang serupa. Dari sejak saat itu dunia memasak dikenal menjadi profesi bergengsi (Montagne 1977).

Makanan tidak hanya prestisius bagi yang memasak (chef) tetapi juga memberi reputasi atau gengsi bagi mereka yang bertindak sebagai tuan rumah (hosting) dari perjamuan yang diselenggarakan.

Dunia keahlian memasak dapat ditelusuri kembali ribuan tahun lalu sebagai sebuah fenomena budaya dan sosial, dimana kemudian gastronomi menjadi landasan dari kecerdasan pengetahuan manusia terhadap seni keahlian memasak dan makan yang baik (good eating) - (Civitello 2004: 174).

Selama perjalanan sejarah, memasak menjadi sebuah seni, kreasi dan keahlian khusus manusia, bahkan menjadi sebuah ladang mata pencaharian yang memberi pengalaman sensorik bagi penikmatnya yang bersedia membayar mahal untuk menikmati kelezatannya.

Semoga bermanfaat

Salam Gastronomi
Makanan Punya Kisah
Food Has Its Tale
Cibus Habet Fabula

Tabek
Indra Ketaren

Referensi Perpustakaan:
1. Civitello, Linda (2004): Cuisine and Culture: A History of Food and People. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
2. Dahl, Bent et al. (2009): 'Gastronomers : Grundbog for Kok', og Smørrebrødsjomfru og Cater. 2nd edition. Odense, Denmark: Erhvervsskolernes Forlag
3. Wrangham, Richard : 'Significance of Paleo-Gastronomy' : at seminar IACP (International Association of Culinary Professionals), Harvard University

Wednesday 20 April 2022

Kodifikasi Memasak

Sulit untuk menelusuri apa buku masak pertama, tetapi  beberapa kodifikasi pertama seni memasak adalah kumpulan resep La Fleur de Toute Cuisine” oleh Pidoux di tahun 1543 dan “Le Viandier” oleh Taillevent di tahun 1570 (Montagne, 1977).

Kedua buku itu berfungsi sebagai manual pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas memasak, serta tentang praktik memasak yang benar dan salah (Trubek 2000).

 

Tradisi, teknik, aturan dan resep makanan Prancis telah ditulis turun-menurun dari master chef dan diajarkan sebagai patokan dasar kodifikasi seni memasak di sekolah-sekolah makanan di berbagai negara di dunia.

 

Menurut Trubek, salah satu buku haute cuisine Perancis yang terkenal adalah Le Cuisinier Franҫais oleh La Varenne yang diterbitkan tahun 1651, merupakan sebuah buku kodifikasi yang sistematis tentang teknik memasak.

 

Buku lain yang berpengaruh adalah La Guide Culinaire yang diterbitkan pada tahun 1903 oleh Auguste Escoffier, tentang teori dan petunjuk masakan Prancis klasik (Montagne 1977).

 

Instruksi Escoffier masih diajarkan sampai saat ini di sekolah-sekolah memasak di berbagai negara sebagai komponen yang dianggap paling penting dalam keahlian seni memasak.

 

Escoffier memberi 5 (lima) komponen dari haute cuisine masakan Prancis klasik yakni stocks, sauce, knife skills, metode memasak, dan pastry (Trubek 2000: 13).

 

Auguste Escoffier juga dikenal dengan tulisan kodifikasi buku masakan lainnya yakni  Ma Cuisine (1934) yang menjadi karya dan panutan seni memasak abab ke-20.

 

Selain itu ada buku yang paling penting bagi dunia ilmu memasak yakni buku On Food and Cooking (1984), karangan Harold McGee's.

 

Buku kodifikasi seni masakan di abad ke-21 yang dikatakan sebagai kitab dan tolok ukur teknik keahlian memasak modern adalah yang diprakarsai dan ditulis oleh Nathan Myhrvold, Chris Young dan Maxime Bilet berjudul “Modernist Cuisine: The Art and Science of Cooking”.

 

Buku karya Nathan Cs ini merupakan revolusi terbaru dalam seni memasak modern yang mengungkapkan teknik dan ilmu pengetahuan dalam menyiapkan makanan.

 

Dalam keseharian seni memasak, modernist cuisine adalah dunia avant garde cuisine yang bentuk kiasannya dikenal dengan sebutan gastronomi.


Buku tersebut merupakan ensiklopedia dan panduan ilmu memasak kontemporer yang menjelaskan tentang sejarah dan fundamental memasak. Baik itu mulai dari era tradisional masa lalu sampai ke gerakan modernis yang dimulai pada tahun 1980an, termasuk tentang mikrobiologi, keamanan pangan, pangan dan kesehatan, panas dan energi, serta fisika dari makanan maupun air.

 

Buku itu juga menjelaskan teknik dan peralatan memasak, uraian hewan dan tumbuhan dalam memasak, bahan dan persiapan memasak, berlapis hidangan resep maupun manual pengorganisasian dapur.

 

Buku satu set yang terdiri dari enam jilid dengan 2.438 halaman ini dilakukan melalui riset di sebuah laboratorium dengan peralatan teknik terbaru, yang mana kemudian model penggunaan laboratorium ini menjadi dasar penggunaan alat memasak bagi hampir semua pemasak profesional saat ini di dunia.

 

Ini adalah buku kedua yang paling penting bagi dunia ilmu memasak setelah buku Harold McGee's, yang mencakup topik metoda memasak mulai dari yang tradisional (klasik) sampai yang terbaru dengan menggunakan perangkat alat modern, seperti sous-vide equipment dan cream siphons.

 

Menciptakan cita rasa baru dan tekstur yang menggunakan alat-alat seperti water baths, homogenizers, centrifuges, ingredients (hydrocolloids, emulsifiers, dan enzymes).

 

Metode ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi memasak yang ditemukan itu, memberi kesempurnaan bagi kalangan pemasak manca negara, mengingat teknik dan peralatan yang digunakan seolah ditakdirkan menemukan kembali gairah memasak.

 

Bisa dikatakan, buku Modernist Cuisine merupakan manifesto sebuah gerakan budaya baru dalam seni memasak yang telah mengubah cara memahami dapur.

 

Modernist Cuisine merupakan kontribusi penting dalam memahami prinsip-prinsip dasar mengenai memasak yang tidak tertandingi oleh buku-buku lain. Bahkan buku ini dikatakan sebagai sebuah buku yang mengakhiri semua buku memasak lainnya.

 

Melihat begitu sistematisnya kodifikasi seni teknik masakan dunia barat, bagaimana dengan Indonesia ?

 

Apa Indonesia sudah punya ?  

 

Apa ada yang berikhtiar membuatnya ?

 

Kemana dunia seni teknik Indonesia mau dibawa ?

 

Itu selalu menjadi pertanyaan banyak kalangan.

 

Sudah 72 tahun negara ini merdeka tidak ada satu halaman pun cerita tentang kodifikasi seni teknik masakannya, walau tidak dinafikan ada terbitan terbatas untuk kalangan tertentu, tetapi bukan dipublikasikan secara nasional menjadi sebuah manual bagi semua kalangan.

 

Indonesia punya begitu banyak buku-buku resep dan teknik masakan nusantara, termasuk peralatannya. Bisa dikatakan ribuan tersebar di toko-toko buku.

 

Kenapa tidak dikompilasi, disortir, dikurasi dan diklasifikasi semua buku-buku itu menjadi sebuah kodifikasi standar teknik memasak Indonesia, sehingga negeri ini punya buku manual yang tersusun resmi menjadi patokan bagi semuanya.


Semoga bermanfaat


Salam Gastronomi
Makanan Punya Kisah
Food Has Its Tale
Cibus Habet Fabula

Tabek
Indra Ketaren

Friday 15 April 2022

Kuliner Mimikri

Pernah dengar kata "MIMIKRI" ? Dalam arti sederhana mimikri adalah suatu hasrat "peniruan" (imitasi) dari suatu subjek yang berbeda menjadi subjek sang lain yang hampir sama, tetapi tidak sepenuhnya sama.


Maksud melakukan "peniruan" itu adalah bentuk sikap perlawanan dari suatu subyek terhadap (dominasi) subjek yang lain untuk mendapatkan kesetaraan dan penyesuaian identitas serta ketidaktergantungan yang bertujuan untuk mencapai kemajuan dan kesejajaran, baik dalam dalam gaya hidup maupun cara berpikir.

Sebagai contoh masa kolonialisme Belanda (sang penjajah) selama tiga setengah abad lalu meninggalkan jejak dampak di masyarakat pribumi (kaum terjajah) yang hingga kini masih terasa.  Hubungan yang berlangsung saat itu bisa dikatakan tidak setara, baik secara jiwa, fikiran dan fisik maupun secara politis, sosial dan budaya untuk membuat bangsa terjajah tetap tunduk dalam kekuasaan kolonial.

Masyarakat pribumi tidak pasrah atas semua perlakuan itu dan timbul kesadaran untuk “membaca” keadaan tersebut. Mereka mulai memberikan perlawanan dengan mengidentifikasikan dirinya seraya membangun identitas atau persamaan untuk menaikkan martabatnya agar sederajat dengan kaum penjajah, walaupun mereka tetap mempertahankan perbedaan yang ada.

Upaya itu dilakukan untuk mengukuhkan dan sekaligus mendistorsi otoritas kolonial dengan menunjukkan ketidaktergantungan kaum terjajah terhadap dominasi sang penjajah. Perlawanan ini dilakukan terutama oleh kelompok masyarakat yang mengalami pendidikan gaya Belanda.

Salah satu ikhtiar bentuk perlawanan itu adalah dengan melakukan "mimikri" melalui cara meminjam berbagai elemen budaya untuk peniruan.  Pola imitasi ini tidaklah menunjukkan ketergantungan yang terjajah kepada yang menjajah, malah sang peniru menikmati dalam proses imitasi tersebut.  

Dengan demikian "mimikri" merupakan suatu strategi mengukuhkan dan sekaligus siasat mendigresi dominasi penjajah saat itu.

Muslihat ini bersifat ambivalen karena secara fisik telah melestarikan warisan budaya kolonial namun sebenarnya menegasikan dominasi penjajahan untuk mendapatkan identitas diri kesetaraan dari penjajah, baik dalam dalam gaya hidup maupun cara berpikir.

Mimikri itu dilakukan sebagai hasrat masyarakat terjajah untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan demi mencapai kemajuan, dan menempatkan diri sejajar dengan bangsa penjajah. Salah satu sorotan kesuksesan "mimikri" itu bisa dilihat dari peniruan resepi masakan Belanda, yang dapat melukiskan perpaduan imitasi nyata dalam gaya hidup dan dalam cara berpikir masyarakat Indonesia saat itu sampai sekarang.

Contoh masakan mimikri ini antara lain seperti : “Klappertaart” atau “Manuk Enom”. Selain itu hidangan “Bestik” yang merupakan mimikri dari “Steak”. Di kalangan Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan Solo, mimikri dari steak menjadi “Selat Solo”. Juru masak Keraton Yogya melakukan mimikri menjadi “Manuk Enom”.

Di Manado “Custard Pudding” bermimikri menjadi “Klappertart”. Contoh lain, yang dikenal sebagai “Sop Sayur” sebenarnya adalah mimikri dari “Groenten Soep” dalam masakan Belanda. “Bir Pletok” merupakan mimikri dari “Bir”.

Gado-gado yang terkenal sebagai hidangan khas Indonesia, ternyata merupakan mimikri dari “Huzarensla”, hidangan dari Belanda.  Huzarensla adalah campuran kentang dan sayuran yang dicampur dengan mayonaise dan krim yang berbahan dasar susu.

Hidangan ini dibawa Belanda ke Indonesia dalam masa penjajahan. Masyarakat di Batavia memikrikan menjadi gado-gado yang juga menggunakan bahan kentang dan sayuran, diberi kekhasan ditambah lontong dan kerupuk atau emping goreng. Mayonaise dan krim diubah menjadi saus kacang yang berbumbu pedas.

Selain mimikri, peniruan resepi masakan itu bisa juga dikatakan sebagai hasil silang budaya dalam dialog antar masakan dari dua bangsa yang saling bertemu. Contohnya seperti antara lain : “Sate”, “Nasi Goreng”, “Gulai” dan “Soto” yang merupakan mimikri dari etno-masakan Tiongkok maupun “Nasi Kebuli” dari etno pendatang Arab yang bermigrasi ke bumi Nusantara ini sebelum Indonesia merdeka.

Dari uraian diatas, dalam kaitan dengan penjajahan di Indonesia, dapat dipahami mengapa makanan bangsa-bangsa luar menjadi panutan dalam masakan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena dampak hegemoni dalam penjajahan maupun migrasi etnik pendatang di masa silam yang mewariskan representasi ke arah dunia yang lebih bergengsi.

Sebagai bagian dari kebudayaan, masakan Indonesia juga tidak luput dari proses mimikri yang berlangsung, dan kemungkinan akan berlangsung terus pada hari esok. Ternyata walau Indonesia telah mencapai kemerdekaan bangsanya, tetapi masyarakat Indonesia tak serta merta bisa menghapus gaya hidup yang diwariskan oleh bekas penjajahnya, termasuk etno-masakan dari bangsa pendatang (Tionghoa, Arab, Portugis dan India).

Mimikri tersebut tidak berhenti sampai pada mimikri dari budaya Belanda maupun etno-masakan dari bangsa-bangsa pendatang yang telah menetap di negeri ini, akan tetapi juga mengikuti pergeseran imperialis global, dari Euro-sentris ke Amerika-sentris. Proses mimikri ini senantiasa terjadi dalam proses ambivalensi terhadap kekuatan hegemoni dalam globalisasi.

Namun apapun itu, hasil mimikri dapat menjadi positif untuk memperkaya khasanah budaya masakan, asalkan tidak menenggelamkan kearifan lokal dalam makanan tradisional Indonesia.

Semoga bermanfaat

Salam Gastronomi
Makanan Punya Kisah
Food Has Its Tale
Cibus Habet Fabula

Tabek
Indra Ketaren

Saturday 9 April 2022

Wisata Gastronomi

Kita akan menjelaskan mengenai konsep wisata gastronomi (gastronomy tourism) yang merupakan salah satu bentuk dari kegiatan wisata minat khusus (special interest tourism).

Akhir-akhir ini wisata gastronomi berkembang pesat akibat wisatawan ingin tahu dan suka menjelajahi tentang bahan masakan yang baru mereka ketahui, antara lain mengenai bumbu, rempah-rempah, cara memasak dan lain sebagainya.

Makanan atau kuliner menjadi kebutuhan utama wisatawan untuk mengenalnya. Wisatawan sangat tertarik mencoba hidangan lokal yang disajikan karena memiliki budaya baru.

Wisatawan menempuh perjalanan jarak jauh hanya untuk menikmati makanan yang dipromosikan kelezatannya oleh media. Oleh karena itu dapat menjadi alasan utama mengapa suatu destinasi ramai dikunjungi wisatawan karena kulinernya (makanan) yang kemudian dikenal menjadi program wisata gastronomi.

Wisata gastronomi juga membantu dalam bagaimana wisatawan menemukan budaya baru melalui makanan lokal. Kegiatan itu menjadi motivasi utama bagi para pelancong datang ke destinasi karena makanan adalah cara termudah berkenalan dengan budaya dan tradisi lokal.

Bisa dikatakan pengalaman turis terhadap makanan lokal karena ada pengalaman didapatkan mereka daripadanya. Wisata gastronomi melibatkan persiapan dan menyajikan makanan sesuai dengan adat dan tradisi masyarakat setempat.

Selain itu, seperti juga pengertian gastronomi itu sendiri, wisata gastronomi memberi pengalaman mengenai cerita atau kisah sejarah makanan dan perihal seni meja (table manners) maupun seperangkat aturan makan yang membuatnya berbeda dari kelompok masyarakat lain.

Bisa dikatakan makanan atau kuliner tidak bisa dipisahkan dari pariwisata. Makanan yang dulunya merupakan kebutuhan pokok musafir sekarang telah menjadi kebutuhan wisatawan. Modul kuliner itu dikenal dalam dunia pariwisata sebagai wisata gastronomi yang suka diplesetkan masyarakat sebagai wisata kuliner.

Wisata gastronomi mengacu pada masakan lokal yang mana suatu tempat dikunjungi karena alasan untuk mencoba dan menikmati masakan baru. Wisatawan mencari pengalaman dari hidangan yang unik lengkap dengan segala pengetahuan sejarah, budaya yang ada kisah atau ceritanya.

Industri wisata gastronomi tidak hanya mencakup kegiatan makan di restoran, food  court, street food atau rumah makan. Industri wisata gastronomi mencakup juga ke aktifitas sekolah memasak, pameran dan festival makanan serta juga mengenai operator tur dan media pemandu atau bisnis pertunjukan masakan (pabrik pembuatan minuman dan makanan atau lainnya).

Keaslian wisata gastronomi adalah dalam bagaimana orang-orang lokal dapat meyakinkan produk gastronomi mereka berasal dari budaya tertentu karena disadari wisatawan selalu menekan keinginan tahu mereka untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang destinasi (lokasi) tersebut. Melalui kuliner, wisatawan mendapatkan pengalaman yang membuat mereka merasakan berbudaya.

Keinginan wisatawan mengenal dan merasakan hidangan lokal menempati peringkat teratas dalam pariwisata. Wajar sebagian besar negara-negara Eropa menempatkan lokasi destinasi mereka dengan mempromosikan gastronomi sebagai tulang punggung bisnis pariwisata.

Saat ini, gastronomi sangat penting untuk pemasaran mengingat persaingan ketat dalam dunia pariwisata. Pemasaran wisata gastronomi telah menjadi sumber eksklusif dalam memperkenalkan suatu destinasi. Wisata gastronomi adalah suatu keharusan dan bagian terkait dari pengembangan dan pemasaran tujuan wisatawan mengunjungi suatu lokasi.

Wisata gastronomi merupakan sinyal penting bagi pelancong dalam bagaimana mereka berhubungan dengan apa, dimana, kapan, dan dengan siapa mereka akan makan. Wisatawan selalunya memberi perhatian khusus untuk sesuatu yang detail dan cenderung memilih yang bagus.

Keuntungan pemasaran wisata gastronomi adalah dalam memperkenalkan berbagai acara mencicipi makanan, baik itu di festival makanan, pasar makanan, tur gastronomi dan lain sebagainya. Kualitas perjalanan wisata ditentukan dari rasa puas terhadap pengalaman dan pembelajaran yang wisatawan dapatkan.

Pentingnya gastronomi wisata bagi Indonesia yang dikenal dengan banyaknya tujuan karena kekayaan budaya makanan yang bervariasi dan berbeda dari suatu daerah ke daerah yang lain. Kadang kala spesialisasi masakan Indonesia sulit ditentukan karena satu daerah dengan daerah yang lain hampir mempunyai kemiripan akibat perjalanan sejarah yang terhubung dengan budaya tertentu.

Perbedaan masakan Indonesia (atau di kepulauan nusantara) hanya ditentukan oleh kombinasi bumbu rempah-rempahnya, yakni dari mulai rasa manis sampai pedas yang berbeda dari Sabang sampai Merauke. Bahan-bahan kombinasi yang digunakan bisa menjadi tolak ukur kekayaan wisata gastronomi Indonesia untuk diperkenalkan kepada dunia.

Secara ringkas gastronomi wisata telah mengubah konsep pemasaran suatu destinasi dengan mempertalikan hubungan antara makanan dengan pariwisata yang notabene meningkatkan individualitas dan keanekaragaman budaya lokal setempat.

Kondisi ekonomi gastronomi wisata telah menyumbang devisa bagi suatu negara dan mampu melindungi sejarah warisan budaya suatu bangsa.

Namun apapun itu, konsep gastronomi wisata pada hakekatnya mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat dan dapat meningkatkan entrepreneurship mindset bagi yang terlibat di dalamnya.

Semoga bermanfaat
Tabek
Indra Ketaren

Wednesday 6 April 2022

Pemberian Penghargaan Kepada Restoran Indonesia Di Luar Negeri

Seperti diketahui Kementerian Luar Negeri RI telah melakukan pemetaan sederhana bahwa terdapat 1,177 restoran di 48 negara dalam mempromosikan kuliner Indonesia sebagai gastrodiplomasi.

Disini diperlihatkan makanan bukan semata alat diplomatik bagi Pemerintah dimana masyarakat diaspora Indonesia di luar negeri membangun dan menghubungkan kuliner bangsa ini kepada masyarakat setempat sebagai alat diplomasi budaya dan diplomasi pariwisata Indonesia. Apalagi kuliner telah menjadi mondial secara global dan cenderung memiliki "bahasa" yang sama dalam menyentuh hati masyarakat dunia datang ke negaranya sebagai tujuan liburan.

Kehadiran restoran Indonesia di luar negeri sangat menjadi perhatian kita semua atas bagaimana masyarakat setempat memandang budaya Indonesia, mengingat restoran adalah identitas kekuatan makanan dalam menjembatani diplomasi kebudayaan.

Disini masyarakat diaspora Indonesia sebagai gastrodiplomat  berhasil memperlihatkan restoran yang mereka miliki sebagai  citra nasional bangsa yang positif terhadap diplomasi budaya Indonesia dengan berbagai maupun atraksi makanannya.

Masyarakat diaspora sebagai pengusaha swamandiri dan pengelola restoran dan ahli masak Indonesia bisa dikatakan sebagai benteng terdepan budaya bangsa Indonesia dalam mempromosikan pariwisata negeri ini melalui kuliner.

Aksi mereka adalah lensa diplomasi Indonesia dalam memberi pembelajaran dan pengalaman kepada masyarakat setempat tentang sejarah dan budaya makanan serta penggunaan produk lokal (seperti bumbu dan rempah), resep tradisional maupun cara proses pembuatannya.

Bisa dikatakan warna dan wajah makanan Indonesia di panggung dunia  ada di tangan masyarakat diaspora sebagai benteng dan pembawa pesan terdepan budaya bangsa kepada dunia.

Kehadiran 1,177 restoran tersebut dapat dikatakan merupakan strategi untuk meningkatkan reputasi global Indonesia yang notabene dapat meningkatkan Gastronomi Diplomasi dan Gastronomi Wisata.

Untuk itu, disarankan sudah saatnya Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkenan memberi penghargaan kepada restoran-restoran Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pengakuan atas kreatifitas, kualitas seni makanan, kesempurnaan cita rasa dan keagungan kelezatan makanan yang disajikan masyarakat diaspora.

Penghargaan itu dapat dipilih dari beberapa 1,177 restoran yang ada dengan kategori Indonesian Authentic Cuisine dengan kriteria referensi dan rekomendasi dari perwakilan Indonesia di luar negeri dan dukungan dari Kementerian Luar Negeri.

Teknis pemberian penghargaan dapat dilakukan oleh Duta Besar Indonesia di negara akreditasi atas nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bersamaan dengan waktu acara pemberian penghargaan tersebut, Kemenparekraf / Baparekraf menginisiasi program safari ke negara-negara yang berpotensi untuk kunjungan kembali wisatawan mancanegara ke Indonesia guna mendukung kebangkitan ekonomi, membuka peluang usaha dan lapangan kerja.

Semoga bentuk penghargaan ini dapat mendorong lebih nyata program Indonesia Spice Up The World dalam kepentingan rencana membangun 4,000 restoran Indonesia di luar negeri sampai awal tahun 2024 dimana pada hakekatnya sebagian besar investornya adalah masyarakat diaspora.

Selain itu, penghargaan serupa dapat juga diberikan kepada restoran-restoran Indonesia di dalam negeri dengan versi kriteria yang berbeda tetapi sama nilainya.

Semoga bermanfaat
Tabek
Indra Ketaren