Dalam sebuah artikel tertentu, pernah
saya tulis tentang Perbedaan Gastronomi
Barat & Timur.
Dalam artikel itu dijelaskan koridor kajian
gastronomi umumnya menekankan kepada 4 (empat) elemen, yakni :
1.
Sejarah
2.
Budaya
3.
Lanskap Geografis
4.
Metode Memasak
Ke-empat elemen itu dinamakan dengan
*tangible* (nyata, jelas dan terwujud) yang selalu dipakai sebagai tolak ukur
masyarakat barat dalam bicara gastronomi. Sebatas itu saja karakter gastronomi
masyarakat barat walaupun tidak dipungkiri ada juga sedikit unsur
intangible-nya.
Sedangkan gastronomi di masyarakat
timur, seperti juga di Indonesia, mempunyai unsur tambahan, yakni nilai ritual
dan adat istiadat, sebagai elemen kelima. Artinya punya nilai intangible yakni filosofi,
falsafah, kearifan lokal atau cerita warisan pusaka dibelakangnya.
Elemen tambahan itu ada akibat
disimilaritas kebudayaan dan kebiasaan tertentu dalam ciri pola hidup
masyarakat barat dan timur.
Untuk itu karena ada unsur
budaya, maka perlu kita pahami terlebih dahulu pola kebudayaan masyarakat barat
dan timur, karena masing-masing memiliki makna dan fungsi tersendiri.
Soal nilai intangible
tidak perlu dibahas karena kebanyakan dari kita sudah paham apa yang dimaksud
dengan filosofi, falsafah dan atau kearifan lokal.
Kebudayaan
Budaya (disebut juga
kebudayaan) berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "buddhayah", yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal yang
berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut "culture", yang berasal dari kata Latin,
"Colere", yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang
diterjemahkan menjadi "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu gaya
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok masyarakat yang
diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari
banyak elemen yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, pakaian, bangunan, hingga karya seni.
Budaya itu dipelajari dan
merupakan suatu pola hidup sosial manusia secara menyeluruh yang memiliki sifat
yang kompleks, abstrak, dan luas.
Perbedaan kebudayaan
antara barat dan timur dicerminkan oleh banyak faktor yang sekaligus menjadi
ciri masing-masing dalam berpola hidup.
Banyak hal yang mana bagi
orang barat dianggap umum ternyata menjadi sangat tidak etis bagi orang timur.
Hal tersebut membuktikan,
bahwa antara barat dan timur memiliki perbedaan kebudayaan dan
kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam berpola hidup.
Kata barat dalam arti
merujuk kepada masyarakat di benua Eropa, benua Amerika dan benua Australia,
sedangkan diluar itu disebut sebagai masyarakat timur yang pada umumnya ada
disekitar benua Asia dan Afrika.
Perbedaan
Budaya Barat dan Timur
1.
Kebudayaan Barat
Kebudayaan barat tersusun dan terbina dari kumpulan
himpunan dan pemahaman terhadap sastra, ilmu pengetahuan, filsafat, politik,
serta prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain.
Masyarakat barat melakukan berbagai macam cara diskusi
dan perdebatan untuk mempelajari, menemukan atau menentukan makna seperti apa
yang sebenarnya kesadaran akan berbudaya itu.
Kebudayaan barat tidak bisa langsung diartikan murni
datang dari sebuah arah mata angin masyarakat barat itu sendiri. Produknya
merupakan proses akulturasi dan belajar dari perkembangan antara budaya barat
dan budaya timur.
Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan budaya
tersebut dikumpulkan dan dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang
Eropa, misalnya seperti negara-negara di benua Amerika dan Australia, dan tidak
terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat.
Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur
asli dari kebudayaan Barat.
Karena datangnya dari proses rasionalitas & logika, budaya
barat mempunyai ciri lebih selektif dalam banyak hal, memiliki disiplin tinggi,
tertib, sikap to the point, individualis dan lebih terbuka walau sangat jarang
menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dengan adanya maksud atau
kepentingan tertentu.
2.
Kebudayaan Timur
Kebudayaan timur mempunyai
manner yang khas yang membedakannya dengan masyarakat barat.
Bangsa timur sangat
terkenal dengan keramahtamahannya terhadap orang lain bahkan terhadap orang
asing sekalipun. Bagaimana mereka saling memberikan salam, tersenyum atau
berbasa basi menawarkan makanan atau minuman.
Bangsa Timur juga sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai atau norma-norma yang tumbuh di lingkungan
masyarakat mereka. Salah satu contohnya adalah berkaitan dengan nilai
kesopanan.
Pembinaan kebudayaan ini kesadarannya dengan cara
melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental.
Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga
pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman
apa saja yang boleh di minum, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada
pertumbuhan maupun terhadap fisik kehidupan sosial mereka.
Sedangkan untuk pelatihan mental, yaitu dapat berupa
kegiatan ritual yang umumnya dilakukan sendiri atau berkelompok, seperti
bermeditasi, bertapa, berdo’a, beribadah, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, budaya timur mempunyai ciri memiliki
solidaritas tinggi, menghargai orang lain, sangat mengedepankan etika,
mempunyai sifat toleransi yang tinggi, sangat bersosial tidak individualis,
ramah dan bersahabat, suka saling tolong menolong, respek terhadap yang
lebih tua, dekat dengan kerabat terutama keluarga maupun (ini yang paling penting) memegang teguh norma, etika serta nilai ritual
maupun adat istiadat yang ada
Gastronomi
Indonesia
Dengan penjelasan di atas secara
umum dapat dipahami kebudayaan masyarakat timur, terutama di Indonesia, memegang
teguh norma, etika serta nilai ritual maupun adat istiadat dalam kehidupan
mereka.
Sama sebangun keteguhan
ini dibangun dalam budaya makanan yang lahir dari produk warisan kearifan lokal
leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Dengan demikian, jika
bicara peradaban gastronomi masyarakat timur, khususnya Indonesia, elemen tambahan nomor lima koridor
kajian gastronomi itu mutlak ada.
Elemen tambahan ini dalam dunia
gastronomi Indonesia diistilahkan dengan “makanan
punya cerita” (cibus habet fabula – food has its tale), yakni mengenai
intagible dari nilai ritual dan adat istiadat.
Semoga bermanfaat