".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Thursday, 3 October 2019

Apa Itu Gastronomi


Secara Universal, gastronomi mempunyai 3 (tiga) kegiatan yang berkaitan satu sama lain; yakni mengenai :

1.     Kisah Makanan (Food Story)
2.     Penilai Makanan (Food Assessment)
3.     Seni Akan Makan Yang Baik (The Art Of Good Eating)

Sebagai Food Story, gastronomi mempelajari hubungan makanan - selaku poros tengah  - dalam kaitannya dengan pengetahuan Sejarah & Budaya, yang di dalamnya ada kisah atau cerita.

Pelakunya disebut sebagai gastronom yang menikmati dan mengetahui tentang makanan dan minuman yang berkualitas prima.

Seseorang yang menekuni Food Story, harus mempunyai passion terhadap seni makanan mengingat yang bersangkutan adalah food connoisseur (pecinta, pemerhati & penikmat makanan) & food enthusiastic (penggemar makanan - foddie) yang melihat dan mengkaji makanan dari sejarah & budaya.

Sebagai Food Assessment, gastronomi adalah tindakan penilaian yang fokusnya pada hidangan makanan yang berkualitas prima dengan cakupan sebagai berikut :

a.     Makanan : Menu, Gaya & Jenis, Cita-Rasa, Rasa, Flavoring, Aroma, Sensasi, Tekstur, Estetika, Presentasi, Creativity & Food Pairing.
b.     Non Makanan : Pemasak (Chef Profesional & Otodidak), Tipe Restoran, Tema, Hospitality, Dekorasi, Musik, Popularity & Kebersihan.
c.     Penataan : Table Setting & Food Plating.

Catatan : Makanan merujuk kepada Seni Keahlian Masakan, sedangkan Non Makanan & Penataan merujuk kepada Pemasak (Chef Profesional & Otodidak) & Restoran.

Pelaksana atau eksekutor yang melakukan tindakan Food Assessment disebut sebagai Assesor.

Sedangkan The Art Of Good Eating, diartikan sebagai kepiawaian gaya makan yang terampil dan mahir (proficient & skillful eating style). Lengkap dengan tata cara, teknik & sikap makan yang baik.

Gastronom diwajibkan mengikuti aturan protokol terhadap sajian makanan yang ditampilkan di atas peranti saji yang sudah ditata sesuai dengan acara jamuan makan bersama.

Seorang gastronom harus menguasai dan memiliki kompetensi keahlian The Art Of Good Eating dari segala sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan sajian makanan yang apik, indah dan berkelas yang di tata di atas peranti saji yang elok.

Pada intinya The Art Of Good Eating adalah etiket makan atau cara aturan atau tata  sopan santun yang dapat diterima secara sosial untuk makan, terutama ketika makan dengan orang lain.

Dalam sisi lain, The Art Of Good Eating lebih dikenal dengan istilah Table Manner.

Secara singkat dapat disampaikan, bahwa gastronomi adalah segalanya terhubung dengan kenikmatan makan dan minum.

Gastronomi adalah studi tentang hubungan antara budaya dan makanan, di mana gastronomi mempelajari berbagai komponen sejarah & budaya dengan makanan sebagai pusatnya.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gastronomi adalah pengetahuan dan apresiasi terhadap semua makanan dan minuman dari berbagai negara di seluruh dunia.

Namun, harus dipahami dengan benar gastronomi tidak hanya berbicara tentang resep memasak atau sekedar mencicipi makanan, atau sebatas nama makanan itu sendiri, termasuk mengangkat nama seorang chef selebritis; meskipun kita tahu hilirnya adalah untuk tujuan pariwisata.

Gastronomi adalah pengembangan sejarah dan budaya melalui pemberdayaan seni keahlian memasak sebagai kearifan lokal masyarakat setempat.

Dengan pemahaman di atas, maka sebagai penutup, perlu dijelaskan mengenai perbedaan antara Gastronomi & Kuliner yang keduanya berbeda tetapi konsentrasinya sama mengenai makanan.

Kuliner dalam dunia akademik disebut sebagai The Art Of Good Cooking alias Seni Akan Memasak Yang Baik atau dalam bahasa man on the street dikatakan sebagai tukang masak.

Pelakunya disebut sebagai ahli masak atau artis seniman memasak (baik itu chef professional atau pemasak otodidak) yang mata pencahariannya dari komersialisasi masak-memasak.

Sedangkan secara business komersial, kuliner adalah produsen karena mereka adalah tukang masak  yang menguasai teknis memasak mengolah & memproses resep masakan menjadi makanan.

Dalam dunia kuliner tidak ada pembahasan mengenai sejarah & budaya, kisah atau cerita.

Sedangkan secara business komersial, gastronomi adalah konsumen karena mereka adalah tukang makan yang paham mengenai Food Story, Food Assessment & The Art of Good Eating (table manner).

Kalau diibaratkan restoran, maka Kuliner bekerja dan berada di ruang dapur yang mengolah resep masakan.

Sedangkan Gastronom ada di ruang makan yang menikmati olahan makanan yang dibuat oleh ahli masak atau artis seniman memasak.

Kalau diibarat pula sebuah lukisan, maka lukisan (makanan) itu adalah seni artistik dari proses perbuatan dari seorang pelukis (ahli masak).

Sedangkan orang atau kolektor yang menikmati, pemerhati dan mencintai lukisan (makanan) itu adalah gastronomi.

Tetapi perlu diingat ada pelaku yang menguasai gabungan dari kuliner & gastronom yang disebut sebagai Gastrosof atau Gastrosophy. Pelakunya disebut sebagai Gastrosof (Gastrosophers atau Gastrosophy), sedangkan ahli masak atau artis seniman memasak disebut sebagai Chef Gastrosof (Gastrosophers atau Gastrosophy).

Semoga bermanfaat

Jakarta, 4 Oktober 2019
Indrakarona Ketaren
Indonesian Gastronomy Association