".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Friday 12 February 2016

Fenomena Makanan Indonesia


Salam Gastronomi

Seperti diketahui ajakan untuk meneliti asal-muasal makanan sebenarnya selalu menjadi keinginan kita bersama. Namun minat secara khusus melakukannya belum tampak serius, apalagi pakar-pakar yang bicara selama ini kebanyakan adalah para ahli masak atau penulis makanan yang kebanyaan membahas sisi resep, teknis proses memasak dan lokasi dimana keberadaan makanan itu. Padahal pakar antropologi punya keahlian khusus yang bisa menceritakan kepada kita sisi arkeologi dari asal-muasal makanan bangsa ini. 

Umpamanya mencari alur sejarah dan budaya "mengapa babi menjadi daging pilihan masyarakat Bali? - Mengingat masyarakat Bali penganut kepercayaan Hindu dan seharusnya vegetarian bukan? Pasti ada sejarah dan tradisinya. Sampai sekarang kita belum paham dan perlu ditelusuri riwayat alias foodways-nya.

Mengingat penelitian tentang itu belum banyak, maka pertanyaannya apakah meneliti tentang sejarah antropologi makanan daerah Indonesia itu agak susah ?

Selain masalah penelitian antropologi makanan, ada masalah mengenai isyu image standard masakan Indonesia. 

Saya mengamati di pelosok dunia yang ada restoran India, China atau Thailand, tampak menu-menu mereka sudah "stabil". Kemanapun kita singgah di salah satu restauran itu, pasti rasa dan citarasanya sama dan beda-beda tipis, sehingga si penikmat yang bukan orang Thai, China atau India sudah bisa memperkirakan kalau masuk ke salah satu restoran itu akan mendapatkan taste yang sudah dia bisa bayangkan. Ini memang masalah pemasaran dan brand image yang sudah terbentuk mendunia terhadap masakan India, China atau Thailand. 

Kenapa masakan Indonesia kalah stabil dengan masakan India, China atau Thailand. Apa belum menemukan brand image yang unik dan standard ? 

Kita bisa lihat beberapa restoran Indonesia di benua Barat & Timur, tapi umumnya rasa dan citarasanya bervariasi karena tidak punya kesamaan standard satu sama lain, baik dalam penggunaan feedstock, ingredients & condiments. Sehingga  restoran-restoran Indonesia ini lebih untuk kangen-kangenan buat orang Indonesia di rantau dan bukan untuk di "jual" ke masyarakat lokal non-Indonesia setempat.

Koleksi masakan Indonesia sangat beraneka jenis dan beragam asalnya, tetapi memperlihatkan seperti masih relatif muda dan belum "stabil", cenderung berubah terus. Apalagi saat ini masakan Indonesia telah terpengaruh "local globalize cuisine" akibat daya beli, selera, interaksi dengan budaya luar. Lihat saja menu-menu restoran di Jakarta saat ini - baik yang di tenda maupun di restoran - hampir semua menampilkan menu "fusion" yang sangat kreatif tapi condong mengaburkan ciri masakan tradisionalnya. Tidak ada yang salah, karena masyarakatnya menuntut begitu. Akibatnya loyalitas bisnis makanan kerap "berubah arah" akibat life-cycle-nya pendek dan konsumennya mudah sekali lompat kesana kesini seperti bajing luncat dari satu restoran ke restoran lain. Namun hal ini tidak berlaku terhadap menu-menu yang sudah stabil seperti masakan padang, gudeg, soto, pecel dan sebagainya.

Kalau difikir-fikir menu Indonesia mungkin baru nasi goreng dan sate yang bisa dikatakan sudah mendunia. Itupun kadang-kadang terselip sebagai "brand" makanan Chinese , karena asal muasalnya memang berasal dari China.

Sudah saatnya kita membangun semangat untuk menggali kekayaan budaya bangsa dalam urusan makanan ini. Khususnya dalam mencari jawaban mengapa makanan indonesia tidak sepopuler makanan Thailand, Malaysia, China atau lainnya, padahal bangsa Indonesia punya makanan dan masakan yang tidak asal bikin dan kaya akan riwayat masa lalu.

Apresiasi kita bagi para pemangku kebijakan yang seyogyanya mulai merumuskan brand image yang unik dan standard bagi masakan Indonesia agar bisa diterima oleh masyarakat non-Indonesia di seluruh dunia.

Tabek