".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Tuesday 6 October 2015

Ragam Masakan Padang


Padang dan Minang itu sebenarnya adalah dua hal  sama tapi tak serupa..Minang adalah suku bangsa yang ada di  daerah-daerah di Sumatera Barat yang salah satunya Kota Padang.

Kenapa kebanyakan orang Minang disebut orang Padang dan kebanyakan rumah makan yang menyajikan masakan khas Minang di sebut rumah makan Padang. Ya kurang lebih karena faktor identiknya saja. Kebanyakan orang  mengenal orang Minang sebagai orang Padang karena Padang kan Ibukota  provinsi Sumatera Barat. Padahal bisa jadi mereka adalah orang Padang  yang berasal dari Bukittinggi, Solok, Padang Pariaman atau memang Kota  Padang itu sendiri.

Dalam hal masakan, makanan Minang merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, termasuk yang bukan orang dari Sumatera Barat. Paduan rasa yang gurih, berempah, dan pedas menjadi ciri khas makanan Minang, yang menjadi daya tarik sendiri bagi setiap orang. Tak heran jika makanan Minang disukai nyaris oleh semua orang, mulai dari gulai tunjang, itiak lado mudo, gulai cubadak, gulai kapau, dendeng batokok, gulai gajebo sampai es tebak.

Rumah makan Minang sendiri sangat mudah ditemukan di berbagai tempat, namun meski sama-sama bertitel makanan Minang nyatanya setiap rumah makan Minang memiliki ciri khas daerahnya masing-masing.

Setidaknya ada sekitar 7 (tujuh) jenis aliran besar makanan Minang berdasarkan ciri daerahnya masing-masing seperti : Kapau, Sawahlunto, Pariaman, Payahkumbuh, Maninjau, Agam dan Solok.

Jenis makanan Minang yang paling populer di Jakarta dan sekitarnya adalah masakan khas daerah Kapau (Bukittinggi) dan Pariaman. Di Sumatera Barat sendiri, makanan khas Kapau merupakan jenis makanan yang masih terjaga keaslian cita-rasa Minangnya serta paling khas dibanding di tempat lainnya.

Makanan khas Kapau adalah makanan yang paling unik dan otentik karena "usia"-nya sudah tua dibanding Minang lainnya. Selain itu, cara masak tradisionalnya pun masih dipertahankan sehingga ciri khasnya tetap terjaga. Ciri khas dari Minang Kapau adalah pada penggunaan bumbu rempah yang kuat serta penggunaan santan kelapa yang kental, namun rasa masakannya lebih pedas dibanding Pariaman.

Ada satu hal yang membedakan sajian nasi kota Minang, dengan nasi Kapau. Seporsi nasi Kapau tak hanya disajikan dengan daun singkong rebus, sambal ijo, dan gulai cubadak (gulai nangka) saja, tapi juga ada tambahan gulai Kapau juga.

Gulai Kapau ini terbuat dari irisan kol dan potongan kacang panjang yang dimasak bersamaan dengan santan kental dan bumbu-bumbu seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, serai, cabe merah keriting, daun jeruk, daun salam, lada, laos, kemiri, dan jahe. Selain itu, tambahan bumbu lainnya yang biasa digunakan untuk membuat gulai adalah bumbu kambing atau tjeongeh.

Bumbu kambing merupakan salah satu bumbu masak berbentuk bubuk yang berwarna kecokelatan dan merupakan campuran dan bermacam-macam rempah seperti kayumanis, kapulaga, jintan, dan lainnya.

Ciri khas nasi Kapau pasti ada gulai kapau-nya. Ini yang jadi faktor pembedanya dan biasanya kuah santannya lebih kental dan berwarna kuning.

Makanan khas Minang memang identik dengan rasa pedas. Masakan khas Kapau ini memiliki sensasi rasa pedas yang lebih tajam dibanding Minang Pariaman. Rasa yang lebih pedas ini disebabkan adanya penggunaan cabai kampung dari Minang. Cabe ini sekilas mirip dengan cabe keriting biasa, namun lebih tipis dan rasanya lebih pedas menggigit.

Pariaman terletak di pinggir pantai dan biasanya lebih jago mengolah makanan laut atau jenis ikan. Wajar pemilik restoran yang orang pariaman kerap banyak sajikan hidangan laut. Namun ada suatu keistimewaan dan terlihat sedikit aneh. Meski Pariaman terletak di pinggir pantai, kebanyakan pedagang sate Padang (yang menggunakan daging sapi) adalah Pariaman.

Sementara jika Bukittinggi atau yang berdekatan seperti Kapau atau Kubang, kebanyakan pilihan makanannya adalah daging-dagingan. Jika mencari gulai itik, rendang yang maknyus, carilah rumah makan yang ada embel-embel Kapau atau pemiliknya orang Bukittinggi, Kubang dan sekitarnya.

Selain itu rumah makan yang  berlabel masakan Minang sering kita temui di pulau Jawa, dan kebanyakan  yang masak malah bukan orang Minang, sehingga cita rasa aslinya sudah  berantakan. Mungkin untuk menyesuaikan citarasa orang Jawa yang tidak  terlalu suka santan kental. Cara mudah untuk mengenali apakah masakan yang disajikan  memang dimasak oleh orang Minang atau bukan biasanya dari gulai dan sambalnya.
 
Gulai asli Minang biasanya santannya sangat kental dan berminyak. Di  pulau Jawa kebanyakan gulainya tidak kental dan pati santannya hanya  kelihatan di bagian atasnya saja, sisanya air. Selain itu perbedaan yang seringkali terasa adalah kebanyakan para penjual menambahakan bumbu kari di hampir setiap menu gulai yang berbahan dasar daging sapi dan ayam, padahal tidak semua gulai memakai bumbu kari seperti : gulai cubadak, gulai bagar, gulai  cancang dan gulai korma..
 
Sedangkan sambalnya yang disebut sambalado biasanya sederhana dimana komposisinya kebanyakan hanya cabe, bawang dan tomat. Di pulau Jawa sering ditemukan sambalado dengan tambahan daun salam dan daun jeruk.
 
Dilain pihak untuk orang Minang yang darek ( pegunungan) dan paisise (deket pantai) perbedaan utamanya memang di makanan spesifik yang mereka olah serta bumbu-bumbu yang mereka pakai. Masakan Minang darek biasanya lebih pedas dan kaya rempah untuk menghangatkan badan. Sambalado mereka biasanya bener-bener pedas. Sedangkan Minang pasisie biasanya lebih ringan dalam soal citarasa pedas karena daerah pantai sudah panas.
 
Sumatera Barat memang terkenal dengan kesuburan tanahnya, sehingga tak heran jika kuliner Minang penuh dengan rempah dan bumbu. Meski sama jenis bumbunya, tapi kesuburan tanah juga berpengaruh pada citarasa dan aroma bumbu, termasuk cabai dan bawang Bukittinggi.