“…the fate of nations has often been sealed at a banquet.” (Brillat-Savarin 1970 55)
GASTRONOMI, KULINER & DIPLOMASI
• Diplomasi adalah suatu strategi, taktik dan siasat untuk melakukan pengorganisasian lobi dan negosiasi dalam menyelesaikan perbedaan atau menyamakan (memperkuat) persamaan posisi.
• Kuliner adalah “the art of good cooking” yakni seni persiapan, hasil olahan dan presentasi penyajian masakan yang dilakukan oleh chef profesional atau ahli masak otodidak ("pemasak" atau"koki" atau "juru masak").
• Gastronomi adalah “the art of good eating” yang diekspresikan dalam suatu perjamuan makan yang penyajiannya dilakukan dalam wadah perangkat peranti saji.
• Perjamuan makan ini selalunya menampilkan seni memasak dari ahli kuliner, (chef profesional atau ahli masak otodidak), karena bagi gastronomi penting diketahui siapa pemasak dari menu resep makanan yang disajikan.
• Dalam perjamuan makan, bertemu gastronomi dan kuliner dalam satu perhelatan dimana “the art of good eating” bersanding dengan “the art of good cooking”. Ibarat bahasa “man on the street”, nan satu “tukang makan” dan yang satu lagi “tukang masak”.
• Sedangkan salah satu bentuk perjamuan atau perhelatan makan itu dilakukan melalui diplomasi yang disebut sebagai GastroDiplomacy.
MAKANAN & DIPLOMASI
• Dahulu kala, makanan adalah sekedar obyek dari suatu simbol yang diartikan untuk mempertahankan hidup.
• Semenjak tahun 1900, makanan mulai dikaji kalangan akademisi yang kontribusinya sangat signifikan, terutama bagi disiplin ilmu politik yang mulai memperkenalkan isyu makanan sebagai basis ilmu politik untuk kelangsungan dan proliferasi dari sebuah negara dan bangsa yang modern.
• Dasar pemikiran merujuk kepada gagasan yang diajukan Morgenthau mengenai “Kekuatan Prestise” suatu negara, yang merupakan proto-konseptualisasi tentang bagaimana elit politik menggunakan kekuatan diplomasi untuk mencapai tujuan mereka.
• Salah satunya dalam memahami kekuatan diplomasi itu adalah melalui lensa makanan dengan keramah-tamahan budayanya yang dimanfaatkan oleh aktor dan elit politik sebagai bentuk diplomasi negara yang bersangkutan.
PRESTISE DIPLOMASI MELALUI MAKANAN
• Prestise atau wibawa atau gengsi adalah suatu tindakan strategi, taktik dan siasat dari kekuatan diplomasi.
• Tujuannya untuk mengubah perilaku aktor / elite politik melalui persepsi, simbolisme dan budaya.
• Makanan adalah salah satu instrumen senjata kewibawaan prestise diplomasi tersebut.
• Salah satu ukuran (barometer) suksesnya wibawa diplomasi adalah melalui media perjamuan makan yang digunakan sebagai sarana interaksi untuk mengkomunikasikan ide-ide maupun informasi.
• Kemampuan mengorganisir perjamuan makan itu membuktikan kekuatan tuan rumah (sebagai diplomat) mengakses counterpart mereka di luar jalur birokrasi yang kaku.
• Makanan yang dihidangkan merupakan simbol kekuatan diplomasi dalam menilai bagaimana counterpart melihat kekuatan negara lain mengorganisir kekayaan budaya makanan yang dihidangkan.
GASTRODIPLOMACY
• Ini semua berkaitan erat dengan "Gastronomi Diplomasi" yang menggambarkan kekuatan prestise menggunakan makanan sebagai media interaksi.
• Semenjak tahun 1900, makanan telah menjadi sarana diplomasi pemerintah dalam menterjemahkan aristokrasi politik dan simbol kekuasaan budaya negaranya.
• Namun Gastronomi Diplomasi itu sendiri baru lahir di tahun 2010-an yang diprakarsai oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai peranti diplomasi White House & Kementerian Luar Negeri.
• Gastronomi Diplomasi dalam bahasa kita disebut sebagai "Diplomasi Melalui Makanan", atau dalam bahasa antar bangsa disebut sebagai "GastroDiplomacy" merupakan ekspresi kekayaan dan kekuatan seni budaya makanan suatu bangsa yang beradab.
• GastroDiplomacy adalah kelanjutan dari "instrument diplomasi tertua" yang memanfaatkan makanan untuk pemahaman lintas budaya dengan harapan agar meningkatkan interaksi dalam kerja-sama bilateral maupun multilateral.
• Pemahaman menggunakan makanan sebagai media berinteraksi terhadap mitra kerja (counterpart) mereka, dilakukan melalui 2 (dua) tahap strategi, taktik & siasat, yakni :
1. Tahap pertama melalui Diplomasi sebagai perangkat lobi untuk membahas isyu internasional, multilateral & bilateral. Pada tahap ini, pelobi tidak memutuskan.
2. Tahap kedua melalui GastroDiplomacy sebagai perangkat negosiasi untuk menyelesaikan perbedaan atau menyamakan (memperkuat) persamaan posisi. Pada tahap ini, negosiator mencapai keputusan dan kesepakatan bersama.
PROGRAM GASTRODIPLOMACY PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT
• Pemerintah Amerika Serikat melansir GastroDiplomacy pada tanggal 7 September 2012 yang dikenal dengan program “Culinary Diplomacy Partnership Initiative” (CDPI)
• Instrumen diplomasi Washington ini bertujuan memperkuat hubungan bilateral di meja makan dengan rekan mitra kerja mereka, baik itu diselenggarakan di dalam negeri maupun di berbagai acara-acara internasional maupun di berbagai perwakilan Amerika di luar negeri.
• Pada setiap acara CDPI dipilih topik internasional (multilateral), bilateral dan regional yang akan menjadi tema diplomasi Pemerintah Amerika Serikat dengan counterparts mereka di meja perundingan.
• Culinary Diplomacy Partnership Initiative Pemerintah Amerika Serikat tidak hanya menampilkan makanan tetapi juga aneka seni budaya dan keragaman yang dimiliki.
• Lebih dari 80 juru masak profesional, termasuk para master chef senior dari Gedung Putih dan para chef executive senior anggota "American Chef Corps" bergabung dalam program ini.
• Inisiatif program CDPI diselenggarakan oleh White House & Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
• Salah satu tujuan dari program adalah untuk mengirim anggota Chef Korps ke seluruh kedutaan Amerika di luar negeri untuk misi diplomasi publik dan mengajarkan tentang seni masakan & hospitality Amerika.
GASTRODIPLOMACY INDONESIA
• Pemahaman kita sekarang adalah bagaimana mendayagunakan Gastronomi Diplomasi sebagai prestise negara Indonesia di mata dunia dengan dimasukan ke dalam ranah program kerja politik para elit politik yang berkuasa.
• Isyu-isyu internasional (multilateral), bilateral dan regional yang dibicarakan dengan counterparts melalui mekanisme diplomasi, diberi warna dengan penampilan sajian seni masakan Nusantara.
• Melalui makanan, Pemerintah Indonesia dapat memperlihatkan sifat keramah tamahan, wibawa, kekuatan dan kelembutan diplomasi bangsanya.
• Hidangan nasional makanan tradisional Indonesia dan kebiasaan tata cara makan bangsa ini dapat dianggap sebagai identitas nasional bangsa, yang menyentuh semua bagian dari sejarah, budaya, ekonomi, politik dari masyarakatnya sendiri.
• Makanan tradisional bangsa ini bahkan dapat dilihat sebagai faktor kunci dalam bagaimana kita melihat diri kita sendiri maupun orang lain, tak terkecuali dalam hubungan diplomatik.
• Oleh karena itu, kompetensi Gastronomi Diplomasi diperlukan untuk memungkinkan elit politik Indonesia memanfaatkan wibawa yang ada sebagai bentuk menjaga status quo kekuasaan dan menjamin stabilitas jangka panjang politik luar negeri bebas aktif.
PRAKARSA DIPLOMASI KEMITRAAN MAKANAN WARISAN TRADISIONAL
• Mengingat ada kepentingan untuk mengaplikasikan makanan sebagai instrument diplomasi Indonesia, maka sebaiknya Pemerintah luncurkan program “Prakarsa Diplomasi Kemitraan Makanan Warisan Tradisional” (Diplomacy Initiative Partnership Heritage Traditional Food).
• Program “Prakarsa Diplomasi Kemitraan Makanan Warisan Tradisional” ini bertujuan memperkuat hubungan maupun menyelesaikan isyu-isyu bilateral, multilateral dan lokal di meja makan dengan mitra kerja (counterpart) Pemerintah Indonesia, baik itu diselenggarakan di dalam negeri maupun di berbagai acara-acara internasional maupun di berbagai perwakilan Indonesia di luar negeri.
• Diplomacy Initiative Partnership Heritage Traditional Food ini tidak hanya menampilkan seni masakan tetapi juga aneka ragam seni warisan tradisional budaya lainnya yang dimiliki bangsa Indonesia (antara lain seni fashion mode tradisional, seni perhiasan tradisional, seni lukis, seni tarian tradisional, seni musik tradisional, seni kerajinan tangan tradisional, seni tenun tradisional dan lain sebagainya).
• Motif utama program ini adalah untuk berperan dalam meningkatkan kemaslahatan ekonomi rakyat Indonesia, yakni dengan menggali potensi pelaku-pelaku yang mempersiapkan dan siapa yang menggerakan sampai tersedianya keperluan bahan baku makanan dan minuman, antara lain para pembudidaya, petani, peternak, nelayan, pemburu hewan, koki, atau apapun judul maupun kualifikasi mereka.
• Kebhineka tunggal ika-an masakan Nusantara, sebagai makanan warisan tradisional bangsa Indonesia itu, diolah menjadi sebagai pintu gerbang citra budaya Indonesia dan bagian penting dari pembangunan sosio budaya-politik-ekonomi berbasis kreatifitas.
APLIKASI PROGRAM
• Contoh sederhana yang bisa dilakukan adalah dalam setiap tindakan diplomasi menampilkan seni masakan sebagai bentuk prestise dalam melakukan lobi dan negosiasi tersebut.
• Mendorong pada setiap acara kunjungan kenegaraan ke luar negeri, pimpinan delegasi menjamu mitra kerja mereka dengan hidangan tradisional nusantara yang dipersiapkan oleh para ahli masak yang dibawa dari Indonesia.
• Hal itu juga bisa dilakukan pada saat kunjungan pejabat Pemerintah ke daerah-daerah dan dengan menerapkan program “Prakarsa Diplomasi Kemitraan Makanan Warisan Tradisional”
• Selain itu, mengajak Pemda-Pemda seluruh Indonesia ikut menerapkan program “Prakarsa Diplomasi Kemitraan Makanan Warisan Tradisional” dengan mengangkat ikon masakan daerah mereka.
• Malah apabila perlu, dalam acara pilpres dan pilkada, program ini dimasukkan dalam acara pembinaan partai politik kepada masyarakat dengan mengajak pendukungnya melakukan makan bersama membawa masakan rumah untuk disajikan dalam acara kerja politik itu.
• Untuk terselenggaranya program ini, para ahli masak Indonesia (chef profesional dan pemasak otodidak) harus dilibat sertakan, baik yang tergabung dalam organisasi maupun non-organisasi, ke seluruh kedutaan Indonesia di luar negeri untuk misi diplomasi publik dan mengajarkan tentang seni masakan tradisional & hospitality dari keragaman seni budaya bangsa Indonesia.
SETTING UP PROGRAM
• Program “Prakarsa Diplomasi Kemitraan Makanan Warisan Tradisional” bicara mengenai perjamuan makan yang setting up-nya harus memenuhi klasifikasi adiboga (fine dine).
• Standard sajian hidangan sebagai berikut :
1. Appetizer (makanan pembuka)
2. Main course (makanan utama) & Side dish
3. Deserts (makanan penutup)
4. Beverages (kopi, teh, aqua & wine lokal)
• Standard venue harus menyediakan berupa :
1. Infrastructure (tables, chairs, sound sytem, kitchener crew’s, etc)
2. Hospitality & Pramubhakti
3. Dine Plating
• Disamping itu sajian hidangan appetizer & deserts harus pairing dengan main course.
• Mengenai minuman wine, sebaiknya menggunakan produk dalam negeri yang sudah cukup baik dikenal kalangan masyarakat sommelier.
• Menentukan topik (tema) dari kegiatan diplomasi dengan counterparts yang akan diundang dalam kepentingan melakukan lobi dan negosiasi tersebut.
Catatan :
Presentasi Indonesian Gastronomy Association di acara Talkshow Interaktif "International Art & Culinary Day" (IACD) yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Fisip Unpad tanggal 24 November 2016