".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Monday 28 November 2016

Gastronomy Luxury


Di dunia barat, ada gastronomi yang khusus diperuntukkan bagi masyarakat kelas atas, dimana makanan yang dikonsumsi adalah yang terbaik. Karakteristik dan estetika seni masakan gastronomi yang didapatkan menjadi simbol dan mode dari gaya kehidupan mereka sehari-hari.

Mereka terbiasa makan di restoran El Bulli chef Ferran Adrià di Roses Catalonia Spanyol, mengunjungi restoran Eponymous Pierre Gagnaire di rue Balzac Paris, jaringan restoran mewah yang dimiliki chef Joël Robuchon atau chef Alain Ducasse, atau restoran Fat Duck chef Heston Blumenthal di Bray Berkshire London. Restoran-restoran ini harga menunya bisa berkisar minimal 500 Euro per orang, belum termasuk harga botol anggur terbaiknya.

Itu baru bicara invidual. Ada organisasi gastronomi internasional yang bermarkas di Paris setiap tahun menyelenggarakan acara gastronomy tour di Eropa yang biayanya berkisar 4500 Euro per orang selama tiga hari, diluar akomodasi hotel dan tiket pesawat. Berarti per hari utk acara makan pagi, siang dan malam termasuk tea time berkisar 1500 Euro per orang.

Gastronomi ala kalangan ini seperti memilih lukisan, perhiasan, fashion dan seni mahal lainnya yang menjadi dasar pembenaran mereka berada dalam dunia glamour yang mana soal harga bukan menjadi masalah. Hermeneutik dari interpretasi makna gastronomi kalangan papan atas ini adalah simbol dan mitos dari masa lalu aristokrasi yang harus dilestarikan seperti juga mengekalkan kemewahan benda kebangsawanan lainnya.

Penjelasan di atas bukan bermaksud mengartikan gastronomi adalah sesuatu yang selalu mewah walaupun asal muasalnya memang demikian. Penuturan di atas sekedar mengulas satu sisi dari dua dunia gastronomi.

Satu sisi yang kita kenal dengan gastronomi populer (umum) yang menggunakan produk lokal dan resep-resep tradisional sebagai cakupan artistik seni fusion masakan yang kerap dipakai kalangan masyarakat gastronomic connoisseur. Komunitas gastronomi populer berasal dari segala lapisan masyarakat yang mencari, mendapatkan dan menikmati kesenangan melalui makanan dengan melihat persiapan sajian yang dihidangkan kemudian membahas sejarah, budaya, geografis dan metoda memasaknya.

Sisi lain adalah gastronomi mewah (luxury) yang mencari, mendapatkan dan menikmati kesenangan melalui resep makanan tradisional yang mewah, classy, aristokrasi (terutama masakan Perancis de la Cour) yang menggunakan produk peranti saji mewah maupun praktek-praktek seni masakan ala fusion yang canggih dengan menggunakan produk bahan baku terbaik dan mahal dari berbagai belahan manca negara. Gastronomi luxury bukan sekedar bicara resep masakan lokal dari bahan baku yang umum tetapi merupakan konsumsi masakan tradisional mewah yang bahan bakunya berkualitas dengan pelayanan (hospitality) yang classy.

Untuk mendapatkan dan menikmati kesenangan itu, kedua kalangan gastronom mencari tempat-tempat makanan lokal yang baik melalui food traveling adventure ke berbagai negara di dunia yang dikenal dengan istilah gastronomic tourism. Konteks perjalanan mereka bisa dalam kepentingan bagian dari bisnis atau murni dalam konteks bersantai ( leisure).

Parimeter gastronomi mewah (luxury) berkembang cukup subur di Eropa & Amerika dan telah menjadi bagian dari pariwisata papan atas masyarakat barat. Barometer kedatangan mereka ke suatu negara ditentukan dari buku panduan michelin yang kemudian diperkaya dengan guidebooks lainnya.

Pariwisata gastronomic luxury bukan pariwisata massal karena jumlah rombongannya cukup kecil apalagi efisiensi mereka dalam membayar cukup tinggi, semahal berapa pun pengalaman sensorik seni masakan tradisional lokal dan hospitality yang mereka bisa dapatkan.

Nah, sekarang pertanyaannya, apa Indonesia sudah mampu memiliki infrastruktur dan human resources untuk memfasilitasi wisata "Gastronomy Luxury" di negerinya sendiri ?

Tabek