Masyarakat Minangkabau sangat peka dan menyadari kondisi lingkungannya, sebagaimana tertuang dalam mamangan adat mereka yakni : "Alam Takambang Jadi Guru".
Karena itu, berdasarkan keadaan geografis, daerah Minangkabau terbagi dua yakni :
1. Daerah inti (darek)
2. Daerah rantau (pesisir barat dan pantai timur)
Perbedaan ini sangat mempengaruhi tingkah laku, kebiasaan dan jenis makanan yang mereka konsumsi.
Makanan tradisional Minangkabau (baik di darek maupun di rantau) dibedakan berdasarkan kepada aktivitas budaya mereka, yakni :
1. Makanan yang dikonsumsi untuk sehari-hari
2. Makanan yang dikonsumsi dalam berbagai upacara (adat maupun agama)
Bahan baku masakannya berdasarkan kepada yang dekat dengan lingkungannya, baik itu flora maupun fauna. Bahan baku yang berasal dari tanaman dan tumbuh-tumbuhan antara lain adalah; padi cerai dan pulut disertai dengan kelapa, cempedak, paku, rebung.
Sedangkan bahan baku yang berasal dari hewan adalah; kerbau, sapi, kambing, ayam, itik, ikan (ikan air tawar terutama di darek dan ikan laut laut untuk di pesisir).
Jenis makanan yang dihidangkan dalam upacara-upacara terdiri dari makanan pokok: nasi dengan lauk pauknya; daging, ikan dan sayur-sayuran. Parabuang (dessert / makanan penutup) yang terdiri dari kue-kue dengan bahan beras dan beras pulut.
Masyarakat Minangkabau tidak mengenal makanan pembuka (appetiser) dimana ciri utama lauk pauk makanan pokok mereka berasa pedas dengan bumbu yang beragam, sedangkan parabuang umumnya berasa manis.
Proses pembuatan lauk pauk dan parabuang tersebut umumnya membutuhkan waktu yang lama dan umumnya memakai santan kelapa. Tetapi yang jelas masyarakat Minangkabau tidak mengenal bumbu penyedap, bumbu pengawet dan bumbu penyegar.
Lauk pauk yang dikonsumsi untuk upacara adat berbeda dengan lauk-pauk yang dikonsumsi sehari-hari. Lauk pauk utama untuk upacara adat batagak pangulu adalah: gulai daging sapi dalam dua macam; gulai merah dan gulai putih. Sedangkan parabuangnya; nasi kuning, wajik, gelamai. Makanan untuk upacara agama (acara hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, Maulud Nabi) biasanya; lemang, paniaram. Upacara-upacara yang spesifik seperti acara perkawinan, turun mandi, sunatan makanannya lebih beragam dan tidak meninggalkan jenis makanan yang harus selalu ada. Lauk pauk untuk makanan sehari-hari umumnya lebih beragam tergantung kepada selera dan kondisi.
Cara pembuatannya pun ada yang direndang, digulai, dibakar, dilempap, direbus, diulam (makanan mentah. Sedangkan cara menghidangkan makanan dalam upacara adat adalah: langsung menghidangkan makanan pokok baru kemudian makanan parabuang.
Pola makanan Minangkabau dalam perkembangannya mengalami berbagai perubahan dan variasi, baik itu mengenai bahan baku, pengolahan, penyajian dan cita rasa. **