".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Wednesday 7 December 2016

Apakah Gastronomi memiliki tempat dalam Ekonomi Kreatif dan apa peran yang dimainkan pemimpin kreatif dalam kepemimpinannya ?


Apakah Gastronomi memiliki tempat dalam Ekonomi Kreatif dan apa peran yang dimainkan pemimpin kreatif dalam kepemimpinannya ?

Artikel ini didasarkan pada pendapat terkini yang mengatakan bahwa "Industri Masa Depan adalah Industri Kreatif"

Industri kreatif adalah kegiatan ekonomi generasi baru dalam eksploitasi tehnologi media, pengetahuan dan informasi. Dalam berbagai pembicaraan pelakunya kerap disebut sebagai industri budaya (Hesmondhalgh 2002, hal. 14) atau ekonomi kreatif (Howkins 2001).

Bidang-bidangnya mencakup periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, fashion, film, musik, seni pertunjukan, penerbitan, R & D, perangkat lunak, mainan dan permainan, TV dan radio, dan video game. Ada pula yang beranggapan industri pendidikan termasuk yang membentuk bagian dari industri kreatif, meskipun rujukannya belum diakui secara internasional.

Saat ini industri kreatif telah menjadi semakin penting untuk membangun kesejahteraan ekonomi dunia. Malah ada yang berpendapat "kreativitas manusia adalah sumber utama daya ekonomi," (Florida 2002) dan "industri abad kedua puluh satu akan tergantung semakin pada generasi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi "(Landry & Bianchini 1995).

PERTANYAAN PERTAMA
Apakah Gastronomi memiliki tempat dalam Industri Kreatif ?

Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kita ketahui apakah seni masakan (gastronomi) dapat diklasifikasikan sebagai kreatif ?

Tahun 1998, gastronomi belum termasuk dalam koridor peta kegiatan industri kreaftif dari Kementerian Kebudayaan, Media & Olah Raga di Inggris. Bahkan, seni masakan tidak termasuk dalam salah satu dari enam model kunci yang digunakan Kementerian Britania Raya itu secara global untuk mengidentifikasi konstituen dari industri kreatif (Throsby, 2007).

Sedangkan di negara Perancis, Spanyol, Italia & Rusia - dari semenjak awal tahun 1970-an - seni masakan merupakan prioritas utama dari industri ekonomi kreatif karena disadari pengelolaannya memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap produk domestik bruto dan membuka lapangan kerja baru di negara-negara ini dengan kemunculan berbagai tempat makan dan minum di berbagai kota.

Namun memasuki tahun 2000, hampir semua negara-negara di Europa Barat dan benua Amerika, menekankan keahlian memasak dari gastronomi merupakan bagian terpenting dari industri ekonomi kreatif masa depan negara mereka. Kebijakan ini terlebih dirasakan dengan hadirnya gerakan gaya seni masakan Nouvelle Cuisine & Haute Cuisine dari sejumlah referensi chef berpengaruh dan terkenal yang menampilkan konsistensi avant-garde cuisine. Semenjak itu, seni masakan gastronomi sudah mendarah daging dalam kebangkitan kreativitas dalam industri budaya masyarakat barat, malah produknya sudah sampai pada peringkat diekspor ke luar negeri (Lubow, 2003).

John Howkins (2007) mendefinisikan dua makna utama kreatifitas dalam seni masakan gastronomi yakni :
1. Memberi karakter baru untuk sesuatu (giving a new character to something)
2. Menciptakan sesuatu dari ketiadaan (creating something from nothing)

Dalam seni memasak, bahan baku yang dipakai dipilih secara hati-hati, disiapkan, dikombinasikan dan diubah menjadi cita rasa baru dan bernilai bagi konsumen. Selain itu, chef memberi makna untuk makanan yang disajikan, bermain di ingatan konsumen dan / atau memberikan narasi untuk dikonsumsi. Dengan demikian, dapat dikatakan karya seni masakan gastronomi adalah kreatifitas dari sesuatu keahlian industri yang eksklusif, unik dan tidak bisa diragukan.

Di Amerika Serikat sendiri, industri kreatif seni masakan gastronomi lebih pragmatis dan sudah dinyatakan sebagai dogma yang mendarah daging dalam pemahaman kreatifitas bangsa ini sehingga masuk dalam klasifikasi hak cipta intelektual yang dilindungi.

PERTANYAAN KEDUA
Peran apa yang dimainkan pemimpin kreatif dalam kepemimpinannya ?

Bernard Bass (1990) mengatakan ada dua bentuk utama gaya kepemimpinan, yakni :
1. Kepemimpinan Transaksional yakni gaya kepemimpinan yang mana untuk mencapai tujuan kelompok memasukkan unsur transaksi kepada kelompok/karyawannya (seperti kenaikan gaji, pengakuan dan kemajuan dalam pertukaran untuk kinerja yang baik atau hukuman dan tindakan disiplin untuk kinerja yang buruk).
2. Kepemimpinan Transformasional yakni gaya kepemimpinan yang mana untuk mencapai tujuan kelompok/karyawan memperluas dan meningkatkan keterlibatan dengan jelas dan mengkomunikasikan tujuan untuk mendapatkan penerimaan dengan memotivasi melihat melampaui kepentingan pribadi demi kepentingan seluruh kelompok/karyawan.

Dalam industri kreatif, gaya kepemimpinan transformasional sangat cocok dan kondusif bagi pengembangan kelompok/karyawannya, karena ketrampilan diri chef mampu memainkan 'variabel kontekstual' untuk mempromosikan dan menjaga kreatifitas individu dan kelompok/karyawannya dalam struktur organisasi.

Seorang chef harus mampu memamerkan keterampilan yang karismatiknya dengan memaksimalkan komitmen dan kepercayaan kepada kelompok/karyawannya. Mereka harus mencapai tujuan ini dengan menanamkan kepercayaan dan keyakinan kepada kelompok/karyawannya melalui komunikasi yang intensif guna mencapai tujuan bersama supaya masing-masing merasa berkontribusi secara maksimal. (Balazs, 2002).

Pemimpin transformasional membantu pertumbuhan kelompok/karyawannya, mendengar lebih banyak dan mempertimbangkan lebih luas dalam menghadapi tantangan yang harus diselesaikan. Harus ada rasa "generativity" yang mendalam untuk mengembangkan generasi berikutnya. Harus mempunyai kepemimpinan yang konstruktif dan berteladan, mampu mengambil peran kebapakan, bertindak sebagai seorang mentor dan senang mentransfer pengetahuannya kepada bawahan. Seorang chef membantu kelompok/karyawannya mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan mengikat mereka dengan aspirasi pribadi dan karir berjenjang.

Dalam interaksi seni memasak Nouvelle Cuisine & Haute Cuisine sangat diperlukan gaya kepemimpinan transformasional ini, dalam arti  chef memainkan peran dominan sebagai pemimpin kreatif. Dalam rangka untuk tetap berada di peringkat papan atas, seorang chef  harus memiliki tim yang terbaik. Apa yang membedakan pemimpin dan kelompok/karyawannya dari yang lain adalah bahwa chef harus mampu membangun kelompok/karyawannya sebagai satu keluarga besar dan yang terbaik (Ferran Adria of elBulli, di Oppenheim 2003)

Ucapan karismatik ini khas dari master chef Ferran Adria of elBulli. Bagi Adria, chef adalah "aktor seniman yang kreatif dan berdisiplin, seorang yang terpelajar yang tergairah memajukan pengetahuan seni memasak kepada orang lain, melebihi dari keinginannya mendapatkan pujian dan reputasi. Chef, bagi Adria, adalah seseorang yang inklusif, bukan eksklusif dalam membangun identitasnya, sehingga bisa dikenal reputasi keahliannya secara keseluruhan (Svejenova et al, 2006).

INDONESIA
Di negeri kita ini, apakah seni keahlian gastronomi sudah masuk dalam koridor industri kreatif ? Sejauh yang diketahui baru unsur karya "kuliner" dan belum masuk ke "gastronomi". Dua pengertian yang berbeda meskipun keduanya fokus di makanan.

Jika ada kepentingan politik untuk dimasukan, unsur pertama yang harus diangkat adalah mencari "pemimpin kreatif" dari kalangan chef profesional dan otodidak untuk dilatih kepemimpinannya bergaya transformasional.

Unsur kedua yang harus dilakukan mencari, mengangkat dan mempetakan seni masakan dari setiap daerah menjadi data ensiklopedia makanan bangsa Indonesia yang kemudian dipromosikan secara nasional maupun internasional sebagai "the Indonesian tourism gastronomic adventures".

KESIMPULAN
Dengan demikian bisa dikatakan seni keahlian makanan gastronomi adalah industri kreatif yang memiliki nilai intrinsik, faktor sejarah, budaya, geografis, sosial dan keuangan yang oleh karena merupakan bagian dari ekonomi kreatif.

Industri kreatif gastronomi masih berkembang dan baru 40 tahun terakhir tumbuh subur di belahan dunia barat meskipun strukturnya telah lahir 200 tahun silam, apalagi studi tentang kepemimpinan kreatif itu sendiri juga masih relatif baru. Namun perlu dicatat elemen penting dari kepemimpinan kreatif adalah adanya motif dan sifat gairah, imajinatif, visi, kepercayaan, integrasi, transformasi, kreatif, warisan, pengetahuan baru, mitos, energi, refleksi, keseimbangan dan paradoks.

Meskipun Indonesia belum memasukan seni keahlian makanan gastronomi sebagai elemen penting dalam industri kreatif dan industri pariwisata, hendaknya perlu dicatat secara alamiah gastronomi itu sudah berjalan dengan sendirinya meskipun dikatakan sebatas sebagai "kuliner". 

Tabek