".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Saturday, 17 December 2016

Asal Usul Soto dari Mana


Ada yang bilang asal usul Soto dari makanan Tionghoa Semarang. Sebelum menganggukkan kepala, apa ada yang menanyakan dimana bekas-bekasnya ‘caudo’ itu, dan bagaimana mungkin bisa menjadi makanan yang diterima oleh nasional Indonesia sekarang?

Memang boleh diakui bahwa makanan kita sehari-hari banyak pengaruh dari masakan asal Tionghoa, tetapi satu makanan nasional ini, baik namanya maupun resepnya, Soto Madura dan segala soto pada umumnya, pasti bukan yang menyasar dari Tiongkok, karena boleh coba saja mencarinya, dimanapun memang tidak ada dan bagaimanapun tidak pernah ada disana.

Masakan Tionghoa pada umumnya berasalkan dari pesisir selatan Tiongkok yang menyebar dengan kedatangan Hoakiaw di Nusantara selama ratusan tahun belakangan ini. Dari Hokkian dibawakan bakmi, dari Hakka dibawakan bakso, dari Kanton dibawakan cap-cai, dan dari Hainan, kaum Muslim Utsul membawakan masakan asam manis.

Hanya saja dari Tiongkok tidak pernah ada masakan yang menggunakan rempah-rempah yang merupakan bahan utamanya soto. Yang pasti pula, soto bukan masakan nyonya peranakan maupun nyai seperti lontong cap-go-meh.

Mencari sumber mata air-nya soto, pertama-tama perlu menelusuri bengawan riwayat pembentukan bangsa Indonesia sampai di India, tepatnya: Tamil Nadu di India Selatan.

Pada awalnya disekitar 2200 tahun lalu, berbagai golongan orang Tamil dari Kerajaan Hindhu Kalinga India Selatan didesak untuk melarikan diri ke-Nusantara, akibat kekuatan Kerajaan Maurya Maharaja Ashoka yang menganut Buddhisme bangkit dinegaranya. Diantara Tamil Hindhu tersebut ada tiga golongan utama yang mencapai Nusantara: Golongan Ksatria (militer) yang meng-kolonisasi dan mendirikan kerajaan-kerajaan Dravidian di Nusantara, seperti Kerajaan Funan di Kambodia dan Kerajaan Kalinga di Sumatra dan Jawa; yang Golongan Vaisya (pedagang) itu menemukan bahan mineral dan metal mulia di Nusantara sehingga menamakannya Suvarnabhumi dan Suvarnadvipa (bumi dan pulau emas) dan mereka ini yang mendatangkan rempah-rempah bahan kare.

Bahan kare yang semulanya untuk konsumsi orang sebangsanya sendiri dari India Selatan itu, yang menjadikan sangat mempengaruhi kuliner Nusantara sampai sekarang.  

Golongan Hindhu Tamil yang ketiga adalah Brahmana (pendeta), datang dengan misi penyebaran ajaran Hindhuisme yang membawa kebudayaan dan ritual upacara mereka, mendirikan candi-candi, memperkenalkan sastra klasik dan menggunakan bahasa Sanskrita yang banyak menjadi dasar bahasa Indonesia, sehingga juga dipakai untuk penamaan orang-orang Thailand, Kambodia dan Jawa, juga nama tempat-tempat daerah dan universitas-universitas sampai sekarang.

Pengaruh Hindhu yang merupakan dasar kerajaan-kerajaan Dravidian Nusantara semula, kemudian digantikan oleh pengaruh Buddhis Dinasti Sailendra yang mendirikan Kerajaan Srivijaya di Palembang, yang meluas sampai Champa di Vietnam dan Visaya di Filipina diabad 7 Masehi. Keruntuhan Sriwijaya ini diakibatkan oleh adanya serangan dari kekuatan Muslim yang baru bangkit di-India Selatan dan mendirikan Kerajaan Lambri di Aceh, walaupun kekuatan Muslim Chola tersebut achirnya bisa ditumpas lagi oleh Sriwijaya diabad 11 Masehi, pada saat itu di Jawa mulai muncul kerajaan Hindhu lagi, yaitu Airlangga di Bali, yang kemudian pecah menjadi Singasari yang mengakhiri Sriwijaya dari Jawa, dan dinasti-dinasti Tamil tersebut berlangsung sampai kerajaan Hindhu Brae Vijaya Majapahit dijatuhkan oleh kerajaan Islam Demak diabad 13 Masehi.

Dari kerajaan-kerajaan Hindhu Kalinga sampai Buddhis Srivijaya Palembang hingga berakhirnya Hindhu Brawijaya Majapahit, selama 1400 tahun Indonesia merupakan perluasan Tamil India dan itu telah menjadikan Nusantara rumpun orang Dravidian, boleh dikatakan hampir semua eyang bangsa Indonesia sekarang berasalkan Tamil India dengan adat istiadatnya, namanya, bahasannya, maupun segala kebiasaan makanannya, dan merekalah yang membawakan Soto itu.

Pada dasarnya yang kita sebut Soto itu adalah semacam sup kare ringan yang meluas di Madurai dipertengahan wilayah Tamil Nadu. Sedangkan sumbernya sup kare ringan tersebut, pada umumnya dikatakan asalnya dari daerah Nellai di Tirunelveli yang 162 Km diselatannya Madurai dekat Samudra Hindia diseberang Sri Lanka, disana sup kare ringan tersebut namanya: Sothi.

Beda Sothi Madurai dengan Soto Madura hanya dibahannya, karena Hindhu tidak makan daging sapi, maka Sothi hanya sayuran yang lebih mendekati Lodeh yang merupakan asalnya lontong cap-go-meh, kecuali Sothi yang juga disebut light yellow curry dari Sri Lanka itu mengandung ikan, dan yang ini dikenal sebagai Fish Sothi di Malaysia dan Singapore.

Kesimpulannya, dari Tamil India Selatan dan Sri Lanka, itu sup Sothi yang setelah mendapat modifikasi kreatif bangsa kita menjadilah makanan nasional Indonesia yang kita sebut: Soto. Asal Madurai, semestinya juga menyebar dari Madura, Jawa Timur.

Catatan :
Artikel ini diambil dari tulisan Anthony Hocktong Tjio, Monterey Park, 21 Desember 2015.