".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Tuesday 21 October 2014

Culinary Heritage di Jakarta

Di tengah-tengah serbuan kuliner modern, khasanah makanan di Ibu Kota tempo dulu masih eksis. Jakarta masih memiliki kawasan culinary heritage yang cukup menantang untuk dijelajahi dan dinikmati. Culinary heritage yang dimaksud adalah sentra-sentra makanan asli khas Jakarta tempo dulu, namun masih bisa ditemukan di beberapa tempat yang sama hingga saat ini. Sebut saja kawasan jajanan di Pasar Baru, Petak Sembilan, Kota, Kemang, Pluit, dan masih banyak tempat lainnya. Tidak ada pecinta dunia kuliner Jakarta yang belum pernah bertandang ke kawasan-kawasan itu.

Salah satu tempat dunia kuliner tempo dulu yang masih bisa ditemukan di  tengah hirup pikuk kota metropolitan saat ini adalah kawasan Cikini, khususnya Pasar Cikini yang sangat terkenal di kalangan pembesar masa lalu. Bahkan, konon Bung Karno adalah salah satu pengunjung rutin Pasar Cikini.

Kita bisa mengawali petualangan kuliner dengan menikmati gudeg Bu Hardjo yang berhadapan dengan sebuah toko kue yang legendaris bernama Danisa. Di Danisa bisa ditemukan aneka kue basah yang lumayan susah dicari di tempat lain seperti kue mangkok yang dipincuk daun, lepet, celorot. Ada juga titipan makanan yang sudah dikenal enak seperti abon sapi dan bawang goreng yang gurih, nasi bogana Ibu Lies dari Tegal, bandeng presto, dan lainnya. Di Pasar Cikini masih dapat ditemukan permen hopjes dengan merek Venus yang sudah pasti dikenal sejak zaman dahulu dan terkenal enak.

Selain merasakan petualangan kulinari di Pasar Cikini, kita juga dapat menikmati khasanah kulinari lainnya di kawasan Cikini; antara lain di ujung lain jalan Cikini ada toko Toko Roti Tan Ek Tjoan. Bakerij yang dimulai di Bogor pada 1930-an ini masih berkibar kencang dengan kue dan rotinya yang luar biasa. Roti gambang bikinan Tak Ek Tjoan adalah salah satu yang terbaik di seluruh tanah Betawi. Tidak ketinggalan adalah Gado-Gado Bonbin yang sudah buka warung sejak 1960-an. Dulunya, gado-gado ini terletak di Jalan Kebon Binatang III, salah satu sudut Cikini yang dahulu adalah kebon binatang sebelum akhirnya dipindahkan ke Ragunan.

Selain di Cikini, kita juga dapat mengeksplorasi makanan
enak dan unik lainnya di beberapa tempat kota-kota tua di Jakarta yang kaya jajanan kuliner tempo dulu, apalagi jika mau singgah di ke pasar tradisionalnya yang mempunyai jajanan kuliner tempo dulu yang dikenal dengan rasanya yang enak dan lumayan langka diperoleh saat ini. Umpamanya nasi ulam Misjaya yang mangkal di depan klenteng Poa Se Bio dan es selendang mayang di kawasan Petak 9 Glodok.

Selain kawasan kota tua, ada
tempat penjualan es krim Ragusa yang berada di jalan Veteran dan sudah berdiri sejak 1974. Es krim yang satu ini sebenarnya sudah ada di Batavia sejak 1932, namun hanya dijual setahun sekali selama satu bulan di acara Pasar Gambir (pasar malam). Karena makin digemari, akhirnya kiosnya mulai dibuka pada 1947 oleh Ragusa bersaudara, yang masih berdiri dan tetap diminati sampai saat ini.

Kawasan kota tua Jakarta selain bisa dijadikan obyek wisata sejarah juga menjadi target utama wisata kuliner termasuk juga perkampungan tua yang kental dengan nuansa Tionghoa, seperti Kampoeng Kramat Loear Batang, Kampoeng Pekodjan dan Kampoeng Petjinan yang berada di kawasan Tambora, Glodok Jakarta Barat.

Di perkampungan yang tempo dulunya dikenal sebagai kota jasa dan niaga tersebut, biasa dijumpai beragam wisata kuliner khas Tionghoa maupun Betawi sejak zaman dulu seperti sup dan telur penyu, atau bubur kembang tahu yang disiram air gula berbumbu jahe serta minuman teh dingin oolong yang dijajakan di atas gerobak dorong.