Pengantar
Jamu adalah satu kata untuk menyebut nama beberapa jenis minuman ramuan bahan herbal dengan maksud untuk menghindari penyakit tertentu atau menyembuhkan keluhan yang diderita seseorang.
Tidak mudah untuk mengetahui kapan jamu itu mulai dikenal namun karena bahan jamu sangat dekat dengan kehidupan manusia diperkirakan sejak terjadinya peradaban itu pulalah orang mengenal jamu. Bahan jamu yang disebut dalam kelompok dengan nama empon-empon (berbagai jenis rimpang) merupakan kelompok komoditi yang dijual di pasar tradisional dan mengelompok dalam satu area yang ditempati penjual bahan jamu yang disebut craken. Di rumah, orang Jawa memiliki wadah khusus berbentuk kotak berisi banyak laci untuk menyimpan bahan jamu yang disebut “bothekan”.
Jamu selain dibuat di rumah menggunakan “pipisan” dan “gandik” dari batu juga dapat dibuat dengan “lumpang” batu dan “alu” kayu. Minum jamu bagi keluarga Jawa dapat dilakukan di rumah; dibuat sendiri atau membeli jamu yang dibuat orang lain, di warung atau dijajakan keliling oleh penjual jamu. Tergantung pada dampak yang diinginkan atau diharapkan, minum jamu dapat dilakukan setiap hari atau periodik beberapa hari sekali.
Penjual jamu pada saat ini dapat dilihat sebagai “jamu gendong” karena penjual menggendong jamu dalam beberapa botol yang disusun dalam bakul kemudian si penjual menggendong bakul ini berkeliling mengunjungi konsumennya. Ada juga yang membawa jamunya berkeliling naik sepeda, sepeda motor atau gerobak dorong.
Jamu yang dibuat dituangkan kedalam gelas atau wadah jamu dari tempurung kelapa yang disebut “bathok”. Jenis jamu yang dijual umumnya jamu parem, jamu beras kencur, kunir asem, brotowali, galian singset, cabe lempuyang atau uyub-uyub. Masing-masing jamu dipercaya memiliki khasiat bagi konsumennya masing-masing, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Jamu selain dibuat dan dijual oleh keluarga-keluarga dan merupakan industri rumahan ada pula jamu yang dibuat dan dipasarkan oleh industri besar. Di Indonesia pemasaran jamu produk industri besar sangatlah luas bahkan sampai diekspor ke negara lain. Namun demikian konsumen jamu tradisional dari penjual jamu rumahan gendong, dorong dan lain-lain masih cukup banyak.
Masyarakat pada umumnya masih suka minum jamu dengan maksud menjaga kesehatan dan beberapa merasa sakitnya sembuh karena minum jamu. Menurut data Riskesdas 2012, saat ini 50% masyarakat Jawa masih suka minum jamu dan percaya bahwa jamu dapat membantu memelihara kesehatannya.
Bahan dasar jamu
Bahan dasar jamu adalah tanaman atau bagian-bagiannya yang diramu dalam komposisi tertentu. Bahan dasar itu umumnya segar seperti kunyit, kencur, jahe, temu lawak, temu hitam, temu putih, sunthi, kunci, sere, laos, dan yang berbentuk kering misalnya cengkeh, kemukus, kayu manis, dan masih banyak lagi. Semua itu dapat dibeli di pasar di bagian “craken”. Craken ini adalah nama profesi orang yang menjual bahan jamu. Pada para craken ini tersedia lengkap bahan jamu, bahkan para “craki” (sebutan bagi orang yang mengelola craken) hafal susunan setiap jamu diluar kepala. Sudah tentu dengan istilah jawa seperti “widara upas” jebug sari, ……………………………………….dll. Craken ini selain dijumpai di pasar juga di warung daerah tertentu di Yogya seperti di Pasar Ngasem. Selain di craken, ada tempat-tempat tertentu sebagai “pasar empon-empon” dimana para penjual jamu sambil pulang setelah selesai berjualan langsung membeli bahan dan dibawa pulang.
Tanaman empon-empon juga diusahakan oleh petani di berbagai lokasi. Akhir-akhir ini masyarakat membudidayakan tanaman obat di sekitar rumah yang dikenal dengan Program TOGA (tamanan obat untuk keluarga) yang merupakan salah satu proram bidang kesehatan dari gerakan PKK) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) dalam masyarakat. Pada umumnya pejual jamu tidak terlalu sulit mendapatkan bahan jamu.
Meramu jamu
Pada umumnya , penjual jamu memiliki resep masing-masing jamu yang berasal dari nenek moyangnya atau kalau sekarang dari kelompoknya. Orang-orang dahulu memiliki buku yang disebut “primbon” untuk menemukan catatan resep masing-masing jamu.
Untuk membuat jamu pada umumnya empon-empon dan bahan jamu dicuci bersih, dikupas, dan dicuci ulang lalu dipotong-potong kecil-kecil. Setelah dipotong kecil-kecil kemudian bahan jamu ini dihaluskan dengan cara:
a) Ditumbuk menggunakan “lumpang” dan “alu” atau menggunakan “pipisan” dan “gandik”
b) Dihaluskan dengan menggunakan alat yang sama dengan untuk menumbuk
c) Pencampuran dilakukan dengan menambahkan masing-masing bahan yang dicampur dan menghaluskannya berulang-ulang sehingga ramuan tercampur betul.
Untuk menjadikan jamu yang siap minum, campuran berbagai bahan tadi diekstrak dengan air matang, diaduk, disaring serta diperas. Agar jamu lebih segar, kadang-kadang ditambahkan air jeruk nipis. Minum jamu dapat dilakukan dengan gelas minum biasa atau tempat minum jamu terbuat dari tempurung kelapa (bathok).
Minum jamu dapat dilakukan kapan saja, umumnya pagi atau sore hari. Frekuensi dan lamanya minum jamu juga tidak ditentukan, tergantung pada kesukaan atau keperluan konsumen untuk jamu tersebut.
Konsumen jamu
Konsumen jamu di Jawa masih cukup banyak, dan minum jamu dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Jamu yang biasa diminum para konsumen dan khasiatnya:
a. Beras kencur: bahan utamanya kencur, beras, gula jawa, cengkeh, kemukus dan kayu manis serta jeruk nipis. Dipercaya memelihara stamina, memperlancar aliran darah dan menghangatkan badan, menghilangkan rasa lelah.
b. Kunyit asam: bahan utamanya kunyit, asam jawa, dan gula jawa. Dipercaya sebagai pemberi efek dingin mengurangi rasa sakit perut
c. Wedang adu limo
d. Wedang tajin: untuk memelihara stamina dan memperlancar ASI. Terbuat dari tajin (air) beras merah, temu lawak dan gula aren.
e. Wedang empon-empon: terbuat dari akar aren, kayu legi, jongrahab, dan secang. Minuman ini bagus untuk merawat kesehatan, diminum sebagai pengganti air biasa
f. Wedang asem: bahan yaitu asem jawa yang diseduh air mendidih, diberi gula secukupnya. Bagus untuk meningkatkan bio vitalitas
g. Jamu parem
Penulis: Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, dosen di Fakultas Teknologi Pertanian UGM dalam bidang Teknologi Pangan
Jamu adalah satu kata untuk menyebut nama beberapa jenis minuman ramuan bahan herbal dengan maksud untuk menghindari penyakit tertentu atau menyembuhkan keluhan yang diderita seseorang.
Tidak mudah untuk mengetahui kapan jamu itu mulai dikenal namun karena bahan jamu sangat dekat dengan kehidupan manusia diperkirakan sejak terjadinya peradaban itu pulalah orang mengenal jamu. Bahan jamu yang disebut dalam kelompok dengan nama empon-empon (berbagai jenis rimpang) merupakan kelompok komoditi yang dijual di pasar tradisional dan mengelompok dalam satu area yang ditempati penjual bahan jamu yang disebut craken. Di rumah, orang Jawa memiliki wadah khusus berbentuk kotak berisi banyak laci untuk menyimpan bahan jamu yang disebut “bothekan”.
Jamu selain dibuat di rumah menggunakan “pipisan” dan “gandik” dari batu juga dapat dibuat dengan “lumpang” batu dan “alu” kayu. Minum jamu bagi keluarga Jawa dapat dilakukan di rumah; dibuat sendiri atau membeli jamu yang dibuat orang lain, di warung atau dijajakan keliling oleh penjual jamu. Tergantung pada dampak yang diinginkan atau diharapkan, minum jamu dapat dilakukan setiap hari atau periodik beberapa hari sekali.
Penjual jamu pada saat ini dapat dilihat sebagai “jamu gendong” karena penjual menggendong jamu dalam beberapa botol yang disusun dalam bakul kemudian si penjual menggendong bakul ini berkeliling mengunjungi konsumennya. Ada juga yang membawa jamunya berkeliling naik sepeda, sepeda motor atau gerobak dorong.
Jamu yang dibuat dituangkan kedalam gelas atau wadah jamu dari tempurung kelapa yang disebut “bathok”. Jenis jamu yang dijual umumnya jamu parem, jamu beras kencur, kunir asem, brotowali, galian singset, cabe lempuyang atau uyub-uyub. Masing-masing jamu dipercaya memiliki khasiat bagi konsumennya masing-masing, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Jamu selain dibuat dan dijual oleh keluarga-keluarga dan merupakan industri rumahan ada pula jamu yang dibuat dan dipasarkan oleh industri besar. Di Indonesia pemasaran jamu produk industri besar sangatlah luas bahkan sampai diekspor ke negara lain. Namun demikian konsumen jamu tradisional dari penjual jamu rumahan gendong, dorong dan lain-lain masih cukup banyak.
Masyarakat pada umumnya masih suka minum jamu dengan maksud menjaga kesehatan dan beberapa merasa sakitnya sembuh karena minum jamu. Menurut data Riskesdas 2012, saat ini 50% masyarakat Jawa masih suka minum jamu dan percaya bahwa jamu dapat membantu memelihara kesehatannya.
Bahan dasar jamu
Bahan dasar jamu adalah tanaman atau bagian-bagiannya yang diramu dalam komposisi tertentu. Bahan dasar itu umumnya segar seperti kunyit, kencur, jahe, temu lawak, temu hitam, temu putih, sunthi, kunci, sere, laos, dan yang berbentuk kering misalnya cengkeh, kemukus, kayu manis, dan masih banyak lagi. Semua itu dapat dibeli di pasar di bagian “craken”. Craken ini adalah nama profesi orang yang menjual bahan jamu. Pada para craken ini tersedia lengkap bahan jamu, bahkan para “craki” (sebutan bagi orang yang mengelola craken) hafal susunan setiap jamu diluar kepala. Sudah tentu dengan istilah jawa seperti “widara upas” jebug sari, ……………………………………….dll. Craken ini selain dijumpai di pasar juga di warung daerah tertentu di Yogya seperti di Pasar Ngasem. Selain di craken, ada tempat-tempat tertentu sebagai “pasar empon-empon” dimana para penjual jamu sambil pulang setelah selesai berjualan langsung membeli bahan dan dibawa pulang.
Tanaman empon-empon juga diusahakan oleh petani di berbagai lokasi. Akhir-akhir ini masyarakat membudidayakan tanaman obat di sekitar rumah yang dikenal dengan Program TOGA (tamanan obat untuk keluarga) yang merupakan salah satu proram bidang kesehatan dari gerakan PKK) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) dalam masyarakat. Pada umumnya pejual jamu tidak terlalu sulit mendapatkan bahan jamu.
Meramu jamu
Pada umumnya , penjual jamu memiliki resep masing-masing jamu yang berasal dari nenek moyangnya atau kalau sekarang dari kelompoknya. Orang-orang dahulu memiliki buku yang disebut “primbon” untuk menemukan catatan resep masing-masing jamu.
Untuk membuat jamu pada umumnya empon-empon dan bahan jamu dicuci bersih, dikupas, dan dicuci ulang lalu dipotong-potong kecil-kecil. Setelah dipotong kecil-kecil kemudian bahan jamu ini dihaluskan dengan cara:
a) Ditumbuk menggunakan “lumpang” dan “alu” atau menggunakan “pipisan” dan “gandik”
b) Dihaluskan dengan menggunakan alat yang sama dengan untuk menumbuk
c) Pencampuran dilakukan dengan menambahkan masing-masing bahan yang dicampur dan menghaluskannya berulang-ulang sehingga ramuan tercampur betul.
Untuk menjadikan jamu yang siap minum, campuran berbagai bahan tadi diekstrak dengan air matang, diaduk, disaring serta diperas. Agar jamu lebih segar, kadang-kadang ditambahkan air jeruk nipis. Minum jamu dapat dilakukan dengan gelas minum biasa atau tempat minum jamu terbuat dari tempurung kelapa (bathok).
Minum jamu dapat dilakukan kapan saja, umumnya pagi atau sore hari. Frekuensi dan lamanya minum jamu juga tidak ditentukan, tergantung pada kesukaan atau keperluan konsumen untuk jamu tersebut.
Konsumen jamu
Konsumen jamu di Jawa masih cukup banyak, dan minum jamu dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Jamu yang biasa diminum para konsumen dan khasiatnya:
a. Beras kencur: bahan utamanya kencur, beras, gula jawa, cengkeh, kemukus dan kayu manis serta jeruk nipis. Dipercaya memelihara stamina, memperlancar aliran darah dan menghangatkan badan, menghilangkan rasa lelah.
b. Kunyit asam: bahan utamanya kunyit, asam jawa, dan gula jawa. Dipercaya sebagai pemberi efek dingin mengurangi rasa sakit perut
c. Wedang adu limo
d. Wedang tajin: untuk memelihara stamina dan memperlancar ASI. Terbuat dari tajin (air) beras merah, temu lawak dan gula aren.
e. Wedang empon-empon: terbuat dari akar aren, kayu legi, jongrahab, dan secang. Minuman ini bagus untuk merawat kesehatan, diminum sebagai pengganti air biasa
f. Wedang asem: bahan yaitu asem jawa yang diseduh air mendidih, diberi gula secukupnya. Bagus untuk meningkatkan bio vitalitas
g. Jamu parem
Penulis: Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, dosen di Fakultas Teknologi Pertanian UGM dalam bidang Teknologi Pangan