".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Tuesday 28 October 2014

Tumpeng sebagai Sarana untuk Membiasakan Mengkonsumsi Makan Lengkap sejak Anak Usia Dini

Masyarakat Jawa memiliki alam pikiran yang berakar pada adat istiadat, tradisi serta kepercayaan sebagai kebudayaan dalam hidupnya. Selanjutnya, orang Jawa memiliki pandangan hidup yang mengharuskan adanya keselarasan dan keseimbangan dalam dirinya maupun lingkungannya. Orang Jawa hidup dalam pemikiran tentang dirinya (mikro kosmos) dan lingkungannya yaitu alam semesta (makro kosmos).

Agar keseimbangan dan keselarasan itu tercapat, harus ada pola hidup bermasyarakat dan pola hidup yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Semua itu berlandaskan aturan moral dan dalam tata nilai kehidupan disebut etika.

Etika Jawa di Indonesia banyak menjadi rujukan dalam pengaturan pola hubungan masyarakat. Dalam mencapai keseimbangan dan keselaranan, orang Jawa berpikir harus selalu menjaga hubungan dengan lingkungan agar tetap harmonis (rukun, damai dan ramah). Salah satu implikasinya adalah hidup bergotong royong (bekerjasama dan saling membantu) diantara sesama. Selanjutnya dalam hal merencanakan, memecahkan masalah dan mengambil keputusan jalan yang harus ditempuh adalah “rembugan” (musyawarah).

Agar supaya harmoni tetap terjaga, orang Jawa sangat menghormati pengalaman masa lalu yang menjadi kepercayaan dan tradisi, menjadi ritual yang tetap dijalankan hingga kini. Ritual yang paling penting adalah “slametan”. Untuk selalu berada dalam kondisi “slamet” (rukun, damai, tenang) dengan doa bersama orang-orang terdekat menangkal gangguan dari yang “gaib”. Dalam slametan inilah terdapat berbagai bentuk sarana mohon slamet, salah satu diantaranya Tumpeng. Untuk keperluan slametan, masyarakat Jawa memiliki 17 macam tumpeng.

Makna Tumpeng
Secara tersirat (jarwo dosok, kerata basa), tumpeng juga berarti “Tumapak Lempeng, Tumuji ing Pangeran” (jalan lurus kepada Tuhan). Hal ini ditunjukkan dengan bentuk yang pada bagian bawah melebar sedang makin keatas makin sempit yang akhirnya dipuncaknya hanyalah sebutir nasi.

Dari sisi lain bentuk kerucut dapat dimaknai sebagai ekspresi kesatuan, keseimbangan dan harmoni. Secara spritual tumpeng merupakan simbol hubungan manusia secara horisontal dan vertikal. Dalam hal ini hubungan vertikal adalah dengan Tuhan (Manunggaling kawula lan Gusti) sedang hubungan horisontal adalah hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya di alam semesta (Memayu Hayuning Bawana). Hubungan harmoni dengan seluruh komponen ini merupakan syarat penting bagi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Ragam Tumpeng
Dalam mencapai “keselamatan” ada berbagai maksud dan tujuan, tujuan ini tercermin dalam warna dan kelengkapan tumpeng yang dibuat sebagai lambang permasalahan yang dihadapi oleh yang bersangkutan.

1)     Tumpeng Asrep-asrepan: untuk menciptakan suasana tenang

2)     Tumpeng Among-among: menghormati roh halus yang gaib

3)   Tumpeng Alus: untuk pengantar ziarah kubur, upacara “tandur” mengolah tanah, dan mulai tanam.

4)     Tumpeng Blawong: kiriman Sultan untuk penghulu Kraton

5)     Tumpeng Duplak: upaya mengabulkan permohonan

6)     Tumpeng Kapuranto: sarana permohonan maaf

7)     Tumpeng Kendit: ungkapan rasa syukur terbebas dari kesulitan atau permohonan mendapatkan jalan keluar dari suatu kesulitan hidup

8)     Tumpeng Megana: untuk upacara kelahiran, agar selamat, bahagia dan penuh rahmat

9)     Tumpeng Ponco Warno: untuk menghormati alam semesta

10)   Tumpeng Punar: yaitu simbol kebahagiaan dan kegembiraan serta banyak rejeki

11)  Tumpeng Pungkur: untuk mengharap agar yang meninggal ikhlas dan menghadap sang Khalik dengan tenang

12)  Tumpeng Pustaka: untuk menyampaikan rasa syukur telah berhasil meraih pengetahuan atas restu Tuhan dan pemimpin masyarakat

13)  Tumpeng Robyong: untuk mengatakan syukur bahwa pemangku hajat didukung seluruh keluarga dalam melaksanakan hajat

14) Tumpeng Urubing Damar: simbol pengharapan agar pemangku hajat mampu memberi pencerahan bagi orang sekitarnya.

15)  Tumpeng Gundul: simbol kerendahan hati pemangku hajat yang telah tercapai cita-citanya atas dukungan seluruh keluarga.

16)  Tumpeng Ropoh: untuk menyampaikan rasa kebersamaan yang sejati

17)  Tumpeng Rasulan: untuk mengungkapkan keteladanan sifat Nabi Muhammaad SAW

Tumpeng Megana
Tumpeng Megana disajikan untuk memperingati kelahiran atau kehamilan. Secara populer, tumpeng ini sebagai simbol “ngelingi mergane ana” yaitu selalu  ingat asal-usul kita, orangtua dan Tuhan. Tumpeng Megana terdiri atas:

a)    Nasi putih: lambang niat yang suci, dicetak padat – lambang tekad untuk hidup baik.

b)  Sayuran: bermacam-macam jenis dan warna: lambang dari masalah dan pengalaman dalam hidup yang sangat beragam. Semua itu bila diramu dengan baik (dengan bumbu parutan kelapa) akan jadi hidangan lezat. Artinya bila seseorang mampu mengambil hikmah dari masalah dan pengalaman hidup akan menjadi memori yang indah dan menarik.

c)   Telur rebus yang bulat dengan warna putih, hijau kebiruan dan kuning: merupakan simbol dari kesucian dan kebulatan tekad untuk mengatasi masalah yang akan sselalu  dijalankan demi mencapai cita-cita yang bahagia.

d)  Rempeyek teri: ikan teri selalu hidup bergerombol, ini simbol dari kebersamaan yang selalu diperlukan selama menjalani hidup ini.

Dari seluruh bagian yang disajikan dalam tumpeng megana ini merupakan makan lengkap sesuai dengan piramida makanan, yaitu:

1.     Nasi – sumber karbohidrat

2.     Sayur – sumber serat dan vitamin

3.     Kelapa – sumber protein nabati dan lemak

4.     Telur – sumber protein hewani

5.     Ikan teri – sumber kalsium dan protein ikan

Dari sinilah dikatakan bahwa sejak lahir manusia dikenalkan pada susunan makanan lengkap

Bancakan Kalo
Dalam rangka memohon keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan bagi seorang anak, setiap 35 hari sekali saat hari dan pasaran kelahiran anak sesuai dengan saat kelahirannya dibuatkan selamatan berupa nasi, gudangan bumbu megana, telur pindang, rempeyek teri dan opor ayam. Bancakan ini ditata dalam kalo (alat peniris santan kelapa) dengan posisi bagian dasar ditaruh nasi kira-kira untuk 10-15 orang anak kecil, diatasnya diberi gudangan yang telah dicampur dengan bumbu megana. Selanjutnya ditata diatasnya telur yang sebutir dipotong jadi 4 atau 8. Rempeyek dan opor disajikan terpisah. Setiap anak lain yang datang diberi sebuah pincuk (wadah nasi yang terbuat dari daun pisang) yang diisi semua komponen bancakan. Karena makan bersama-sama dengan teman-temannya anak-anak menjadi lahap menghabiskan isi “pincuk” mereka masing-masing. Nah kalau di kampung itu ada 10 orang balita maka sebulan pasti 10 kali bancakan. Hal ini membuat bancakan kalo mengajari anak-anak mengkonsumsi makanan lengkap bagi sejak usia dini.

Dengan demikian, jelas bahwa Tumpeng Megana adalah sarana mengenalkan makanan lengkap yang menyehatkan bagi semua orang, khususnya anak-anak yang sejak usia dini dibuatkan events yang menyenangkan untuk mengenal makanan lengkap melalui undangan “bancakan kalo”.

Penulis: Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, dosen di Fakultas Teknologi Pertanian UGM dalam bidang Teknologi Pangan