".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Sunday 13 March 2016

Keliru Menggunakan Kalimat "Wisata Kuliner"

Saat ini banyak orang salah gunakan kata "wisata kuliner". Coba perhatikan penjelasan di bawah ini :

Berdasarkan catatan ensiklopedia dan kamus bahasa Indonesia diketahui :
1.  Pengertian kuliner adalah seni persiapan, mengolah dan penyajian makanan.
Konklusi dari pengertian kata kuliner di atas menggambarkan kepada kita bahwa :
a.  Subyek-nya adalah artis kuliner (chef pemasak profesional dan chef pemasak otodidak)
b.  Obyek-nya adalah resep masakan
c.  Kegiatan dari subyek terhadap obyek adalah pekerjaan memasak di dapur

2.  Pengertian wisata adalah suatu perjalanan tamasya yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan ke suatu tempat.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan “wisata kuliner” adalah rekreasi tamasya artis kuliner ke suatu tempat mencari resep masakan untuk dimasak di dapur.

Di sini kekeliruan itu terjadi, karena jika ditarik pengertian terhadap wisata kuliner seperti dikemukakan di atas maka :
1.  Subyeknya dilakukan oleh artis kuliner
2.  Obyeknya mencari resep masakan di suatu tempat
3.  Kegiatannya memasak di dapur

Sedangkan maksud sebenar-benarnya dari konsep “wisata kuliner” adalah perjalanan tamasya wisatawan untuk berekreasi ke suatu tempat untuk mencicipi makanan.

Jika disimpulkan maksud sebenar-benarnya dari konsep wisata kuliner seperti yang dikemukakan di atas maka :
1.  Subyeknya bukan artis kuliner tetapi masyarakat umum.
2.  Obyeknya bukan resep makanan tetapi makanan khas di suatu tempat.
3.  Kegiatannya bukan memasak di dapur tetapi mencicipi makanan.

Oleh karena itu hendaknya jangan gunakan kalimat “wisata kuliner” tetapi sebaiknya gunakan kalimat “wisata makanan” atau kalau mau lebih baik gunakan kalimat “wisata gastronomi” karena yang menjadi sasaran dari promosi wisata itu adalah masyarakat umum yang diajak mencicipi makanan khas di suatu tempat. Keterwakilan masyarakat yang menikmati makanan itu ada di gastronomi bukan di kuliner.

Tulisan ini disampaikan dalam memperingati wafatnya Bapak Yus Badudu yang meninggalkan kita semua tadi malam di Bandung pada usia 89 tahun. Selamat jalan senior.

Tabek