SWOT adalah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis maupun pada individu atau organisasi.
Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, dan threats).
Biasanya SWOT dibahas menggunakan tabel yang
dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan dari
setiap aspek. Tetapi dalam tulisan ini akan dibuat berdasarkan narasi diksi
sehingga akan didapatkan efek sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
Tulisan analisa SWOT ini akan melihat
makanan (boga) Indonesia dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis maupun pada individu atau organisasi.
Prosesnya melibatkan penentuan tujuan yang
spesifik dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisa SWOT kemudian dapat digunakan sebagai
pijakan untuk menerapkan instrumen Nation
Branding Power, Ratio Entrepreneurship & GastroDiplomacy.
Analisis SWOT yang dilakukan diterapkan dengan
cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
yakni :
·
Bagaimana kekuatan
(strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada.
·
Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada.
·
Bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman
(threats).
·
Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman
baru sebagai landasan untuk menghasilkan berbagai alternatif strategi.
Tidak terlupakan akan disampaikan saran dalam mengatasinya
& sasaran (target) dalam apa yang
ingin dicapai.
Adapun analisis SWOT Boga Indonesia adalah
sebagai berikut :
a. Strength
Analisis terhadap unsur keunggulan
dan kekuatan (strength) yang dimiliki
Boga Indonesia menganalisis tentang kelebihan
apa saja yang dimiliki dari segi sejarah, budaya, lokasi strategis, atau unsur
kekuatan lainnya.
Dapat disampaikan beberapa faktor
strenght dari Boga Indonesia adalah :
· Aneka ragam seni dapur masakan
yang dimiliki 1334 suku & sub-suku di kepulauan Nusantara, termasuk etnis
pendatang.
·
Memiliki Garis Seni
Boga yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas
sampai Pulau Rote.
·
Memiliki keanekaragaman kekayaan hayati yang besar dan merupakan nomor dua
di dunia (77 jenis karbohidrat, 75 jenis
sumber lemak / minyak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228
jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, dan bumbu-bumbuan)
· Memiliki
kekayaan keragaman
lebih dari 1,000 jumlah spesies tanaman sayuran, buah, 110 jenis rempah-rempah
dan flora nomor dua di dunia yang tidak tumbuh di negara lain.
· Bumbu Indonesia
mengubah revolusi cita rasa dunia (Kayu Manis, Lada, Pala, Bunga Pala &
Cengkeh)
· Rijsttafel sebagai aset kedua seni budaya makanan dunia setelah seni dapur masakan
Perancis.
· Boga Indonesia punya kisah mengenai sejarah
& budaya, baik tangible &
intangible.
· Semaraknya entrepreneur Boga
Indonesia (pengusaha Menengah, Mikro,
Kecil & UKM) yang lahir melalui inkubator secara alam (otodidak).
· Boga sebagai pilihan utama bisnis
masyarakat menengah & bawah dalam mengatasi kesulitan ekonomi saat ini.
· Diaspora Indonesia di luar
negeri (4,6 juta orang)
b. Weakness
Untuk mengetahui kelemahan
bisa dengan melakukan perbandingan dengan pesaing seperti apa yang dimiliki
boga negara lain namun tidak dimiliki Indonesia.
Dapat disampaikan beberapa
faktor kelemahan dari Boga Indonesia sebagai berikut :
· Belum ada alas (dasar) atau payung hukum mengenai boga
Indonesia.
· Kebijakan Pemerintah mengenai boga
belum menyeluruh secara komprehensif.
· Penangananan boga antara
stakeholders masih bersifat lintas sektoral, belum tersentralisir & kurang
sinergik satu sama lain.
· Fasiltas pembiayaan sektor boga
dari perbankan terhadap pengusaha Menengah,
Mikro, Kecil & UKM) belum maksimal.
· Belum ada kelembagaan
Pemerintah yang menangani boga secara menyeluruh.
·
Belum ada suatu
strategi orientasi yang menekankan pentingnya memperkuat kemampuan dan
kemandirian boga daerah.
· Kualitas Nation Branding Power, Entrepreneurship & GastroDiplomacy belum
diolah (ditata) dengan baik.
· Belum ada penghargaan Negara terhadap
pengusaha boga Menengah, Mikro, Kecil
& UKM) seperti pemberian penghargan Kalpataru.
· Belum adanya road map program
pembangunan sektor agrobusiness.
· Belum terdokumentasinya data seni
dapur masakan Indonesia dengan baik.
· Belum ada Lembaga Ilmu Pengetahuan & Perguruan Tinggi yang mengkaji
secara ilmiah mengenai Boga Indonesia.
· Belum maksimal memanfaatkan
jaringan diaspora Indonesia dan non-diaspora di luar negeri, baik sebagai
konsumen maupun sebagai wahana promosi secara lebih luas.
c. Opportunity
Unsur peluang (opportunity) atau kesempatan dari
potensi Boga Indonesia yang akan menjadi daya tarik, mampu bertahan dan
diterima oleh kebanyakan masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Dapat disampaikan beberapa unsur
peluang dari Boga Indonesia sebagai berikut :
· Trend globalisasi makanan
cenderung beralih ke seni dapur masakan Asia Tenggara, antara lain Indonesia.
· Eksplorasi & investigasi
pemasak dunia (master chef & chef)
terhadap kekayaan bumbu & rempah serta teknik memasak Boga Indonesia.
· Wisata halal (friendly muslim tourism) yang menjadi
trend baru dunia dengan semakin meningkat tajam jumlah wisatawannya.
· Ikatan emosional berbasis
sejarah (bumbu, kopi & rijsttafel).
· Semaraknya pemangku kepentingan
(otoritas) di daerah-daerah
mengangkat Boga ke dalam acara-acara (festival)
sebagai wujud identitas & kemaslahatan perekonomian masyarakat setempat.
· Lahirnya organisasi &
komunitas gastronomi (upaboga) di
berbagai masyarakat Asia Tenggara, khususnya
ASEAN, dalam menelusuri, mengangkat & melestarikan seni dapur masakan
negaranya masing-masing.
· Akses media sosial & era
IT yang semakin mempermudah masyarakat dunia membuka dan mengenal seni dapur
boga, pariwisata & kepariwisataan Indonesia.
d. Threat
Analisis terhadap unsur
ancaman sangat penting karena menentukan apakah potensi boga Indonesia dapat
bertahan atau tidak di masa depan atau untuk jangka pendek maupun jangka
panjang serta bisa sewaktu-waktu bertambah atau berkurang.
Beberapa hal yang termasuk
unsur ancaman misalnya banyaknya pesaing, ketersediaan sumber daya, jangka
waktu minat konsumen, dan lain sebagainya.
Dapat disampaikan beberapa unsur
ancaman bagi Boga Indonesia sebagai berikut :
· Sudah ada kompetitor yang
lebih mapan dari negara tetangga.
· Lemahnya fasilitas
infrastruktur akses, akomodasi, kesehatan, kebersihan, hospitality & keamanan serta keteraturan.
· Belum
dikelola dengan baik tata pengorganisasian bisnis boga pengusaha Menengah, Mikro, Kecil & UKM
· Fasilitas
pembiayaan perbankan di sektor boga belum maksimal menjangkau pengusaha Menengah, Mikro, Kecil & UKM.
· Masih belum terlalu dikenalnya
seni dapur masakan Indonesia di luar negeri
Suggestion
Solusi yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi boga Indonesia adalah sebagai berikut :
·
Merumuskan kebijakan Pemerintah mengenai boga
secara komprehensif.
·
Penangananan boga antara stakeholders
tersentralisir & sinergi lintas satu sama lain.
·
Mendirikan kelembagaan Pemerintah yang menanganai
boga secara menyeluruh.
·
Perlu dibuat alas (dasar) atau payung hukum mengenai boga Indonesia.
·
Kembangkan kualitas Nation Branding Power, Entrepreneurship & GastroDiplomacy.
·
Susun road map program pembangunan sektor
agrobusiness (by sector)
·
Mendirikan Lembaga
Ilmu Pengetahuan & Perguruan Tinggi yang mengkaji secara ilmiah mengenai
Boga Indonesia.
·
Menjalin
kolaborasi yang kuat dan sinergik antara Kementerian Negara & Lembaga
Pemerintah terkait urusan boga dengan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia
untuk memperkuat kemampuan dan kemandirian boga daerah, mengingat segala aset
kekayaan boga, pelaku boga (konsumen & produsen) &
penyelenggaraan boga di daerah dikelola langsung oleh badan & dinas Pemerintah
Daerah terkait.
·
Mengangkat budaya boga daerah sebagai wawasan kebangsaan dan cetak
biru kearifan lokal masyarakat daerah.
· Menghadirkan kepedulian & dukungan Negara terhadap pengusaha Menengah, Mikro, Kecil & UKM boga daerah, yakni antara lain berupa program nyata untuk mendidik, melatih, membina,
bimbingan dan penyuluhan.
·
Pemberian
penghargaan Kepala Negara kepada pengusaha Menengah,
Mikro, Kecil & UKM boga daerah.
·
Dengan
jaminan Pemerintah, fasilitas pembiayaan perbankan di sektor boga harus dapat
menjangkau secara maksimal pengusaha Menengah, Mikro,
Kecil & UKM.
· Memberdayakan keekonomian
boga daerah, khususnya dalam menghadapi globalisasi persaingan pasar bebas.
· Meluaskan segmentasi dan
penetrasi pasar boga daerah secara Nasional dan internasional
·
Gerakan terpadu melibatkan orang banyak
melalui boga dengan menampilkan masakan daerah menjadi bagian dari boga
Indonesia dan dunia.
·
Menjadikan boga daerah sebagai benchmark makanan Indonesia secara nasional dan di mata dunia.
·
Menjadikan boga daerah sebagai patokan, lanskap & teater
makanan Indonesia & keahlian seni memasak bangsa ini.
·
Menaikkan angka brand power Indonesia yang tolak ukurnya salah satu diangkat melalui skala brand equity boga
daerah
·
Membangun dan mengembangkan sistem dan jaringan entrepreneurship
masyarakat boga daerah Indonesia.
· Memberdayakan secara
maksimal wisata minat khusus
Indonesia melalui boga daerah Nusantara.
·
Dokumentasi ensiklopedia data seni dapur masakan
Indonesia.
·
Memanfaatkan jaringan diaspora Indonesia dan
non-diaspora di luar negeri, baik sebagai konsumen maupun sebagai wahana
promosi secara lebih luas.
·
Membangun jiwa entrepreneurship melalui program
pengembangan kapasitas jasa boga serta dukungan pemberian kredit modal usaha (usaha bidang restoran di luar negeri).
·
Melakukan kolaborasi boga dengan restoran Asia
yang lebih maju seperti restoran China,
Korea Selatan, Malaysia dan Thailand.
Objective
(Target)
Sasaran (target) dalam apa yang ingin dicapai, sebagai berikut :
·
Menaikkan angka brand power pariwisata Indonesia (5,2%) yang masih ketinggalan dibanding dengan negara-negara tetangga seperti Thailand (9,4%) dan Singapura (8,6%) atau
rata-rata brand power pariwisata dunia
yang berkisar di angka 7,7%.
·
Menaikkan ratio
entrepreneurship Indonesia (0,18%) yang masih ketinggalan dibanding dengan negara-negara tetangga Malaysia (5%) dan Singapura (7%) atau rata-rata ratio
entrepreneurship dunia yang berkisar di angka 2%. Ratio entrepreneurship akan
turut mendorong brand power perdagangan
Indonesia (6,4%) yang kalah bersaing dengan Singapura (10%).
·
Kewiraswastaan dalam arti penghasilan pasif yang menikmati wirausahanya sebagai pemilik atau
partner usaha berupa residual income, atau laba residu atau laba bersih (royalti,
bunga saham, profit, dll).
·
Pangsa pasar 25% kalangan kelas menengah
keatas Indonesia yang tercatat saat ini 70 juta jiwa dari total penduduk 260 juta jiwa. Dari 25%
itu sasaran termasuk generasi milenial
yang berusia antara 15 – 34 tahun yang saat ini berjumlah 34,45% dari total
populasi Indonesia.
Semoga
bermanfaat
Indrakarona
Ketaren
Indonesian
Gastronomy Association