".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Monday 14 September 2020

Sejarah & Filosofi Rendang

 Rendang merupakan menu utama bagi masyarakat Minang yang dipengaruhi cita rasa masakan India. Dahulu kala rendang disajikan sebagai menu utama bagi para bangsawan. Akan tetapi, saat ini rendang sangat digemari oleh masyarakat minang khususnya dan bahkan oleh seluruh lapisan masyarakat serta para wisatawan asing.


Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau, karena memiliki nilai filosofi tersendiri bagi masyarakat Sumatera Barat, yakni melambangkan keutuhan masyarakat dalam musyawarah dan mufakat dengan merujuk kepada 4 (empat) bahan pokok yang digunakan dalam membuatnya, yakni :

1. Dagiang (daging); sebagai bahan baku utama dalam membuat rendang yang merupakan lambang dari ninik mamak (para pemimpin suku adat) yang ada di Minangkabau.
2. Karambia (kelapa); sebagai bahan pendukung yang merupakan lambang cadiak pandai (kaum intelektual).
3. Lado (cabe); sebagai lambang alim ulama yang pedas yaitu tegas untuk mengajarkan syariat agama.
4. Pemasak (bumbu); sebagai pelengkap yang merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minang.


Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat atau perhelatan keagamaan, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.

Rendang berasal dari daerah pegunungan, tepatnya daerah Pariangan, Padang, Sumatera Barat. Dari sanalah rendang mulai merambah ke daerah-daerah di luar Sumatera bahkan ke seluruh dunia.

Seni memasak Rendang ini berkembang juga ke kawasan serantau lainnya diseluruh Sumatera hingga sampai ke negeri seberang di Negeri Sembilan (Malaysia) yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas di Semenanjung Melayu karena sebagian besar penduduk Malaysia yang berbudaya Melayu berasal dari Sumatera.

Kelebihan rendang selain terkenal sebagai makanan yang tahan lama juga bercita rasa pedas, namun ketika sudah sampai di lidah, rasa pedasnya akan hilang. Masakan ini mampu bertahan sampai 3 (tiga) bulan tanpa dipanaskan kembali, tanpa berubah rasa dan aroma. Semakin lama disimpan maka akan semakin enak rasanya.


Pada awalnya rendang dibuat karena masyarakat Minang membutuhkan makanan untuk dibawa-bawa lebih dari 2 bulan. Seperti diketahui, masyarakat Minang gemar merantau, termasuk untuk bekal naik haji, apalagi perjalanan menuju Mekkah zaman dahulu bisa berbulan-bulan menggunakan kapal laut. Makanya diawetkan dengan cara dikeringkan. Rendang, bila dimasak dengan benar sampai kering, bisa tahan 1-3 bulan di udara terbuka.

Rendang dimasak selama kurang lebih 8 (delapan) jam agar bumbu meresap sempurna, dan diperoleh cita rasa yang khas dan nikmat. Untuk memasak rendang harus menggunakan santan dari buah kelapa yang tua karena lebih banyak lemaknya agar rasanya lebih gurih. Bila menggunakan santan instan rasanya kurang begitu lezat.

Memasak rendang tidak bisa sembarangan. Jika memasak dengan api kecil maka hanya akan menghasilkan kari daging. Bila dimasak terus akan menjadi kalio daging yang agak berminyak dan bila dimasak lebih lama lagi baru akan menghasilkan rendang.