".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Sunday, 13 February 2022

Wisata Halal Indonesia : Part II

PRAKATA
Presiden Jokowi mengatakan Indonesia saat ini dinobatkan menjadi wisata halal nomor satu dunia.

Pertanyaannya sampai sejauh mana kesiapan Pemerintah mengambil peluang dari potensi wisata halal ini, karena negara-negara tetangga (seperti Malaysia, Singapore, Thailand termasuk Korea Selatan, Taiwan & Jepang),  sangat agresif mendapatkan porsi kue ekonomi dari wisata muslim ini.

Indikator perjalanan wisata halal dunia (bisnis kepariwisataan) bisa menjadikan Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dalam waktu dekat.

Untuk diketahui  sejak tahun 2016, jumlah industri wisata Muslim telah tumbuh hampir 30% dan diproyeksikan selama dekade berikut kontribusi sektor ini terhadap ekonomi global akan meningkat menjadi $ 300 miliar dari $ 180 miliar per tahun.

Global Islamic Economy Report mencatat untuk tahun 2016 sekitar USD 176,9 miliar telah dibelanjakan umat Muslim untuk urusan perjalanan (travelling) ke berbagai negara. Kontribusi ini sebesar 11,9% dari total pengeluaran global pariwisata dunia (tidak termasuk haji dan umrah).

Diperkirakan pada tahun 2022 akan mencapai USD 268,5 milyar atau meningkat 40% (GIE Report). Sedangkan menurut catatan Laporan Ekonomi Global  di tahun 2017 angka kontribusi sektor ekonomi umat Islam secara global sebesar USD 169 miliar.

ISU WISATA HALAL
Isu utama di wisata halal bukan terletak di bisnis kepariwisataanya, tetapi dalam penggunaan kata Halal itu sendiri.

Sejauh yang diperhatikan penggunaan kata Halal belum bisa banyak diterima masyarakat non muslim sehingga perlu dicari kosa kata lain seperti Muslim Friendly yang digunakan Malaysia.

Sebaiknya disarankan dilakukan sosialisasi dan pendekatan lebih banyak kepada tokoh-tokoh non muslim akan kegunaan bisnis kepariwisataan Wisata Halal bagi penguatan ekonomi Indonesia serta melakukan konsultasi juga dengan para ulama, kiyai dan ustad umat Islam dalam mencari kosa kata lain daripada penggunaan kata  Halal tersebut.

Kata halal itu sangat sensitif dan bisa ditafsirkan macam-macam oleh berbagai pihak sehingga menyulitkan bagi pejabat Pemerintah bertindak, baik untuk kepentingan mengakomodasi atau untuk  menyerap potensi wisatawan muslim datang ke negeri ini.

Perlu dipahami bahwa :
1.     Kata wisata halal atau ramah muslim adalah additional facilities (fasilitas tambahan) yang bertujuan bukan untuk menghalalkan destinasi.
2.     Fasilitas additional facilities sudah ada sejak dulu sebelum kalimat wisata halal atau ramah muslim itu dipromosikan ke panggung dunia.
3.     Dunia sudah mengetahui Indonesia masyarakatnya mayoritas beragama Islam, sehingga fasilitas kehalalan itu sudah tersedia dan terjamin dengan sendirinya.
4.     Masyarakat muslim dan non muslim di Indonesia sangat menghargai kehadiran keanekaragaman kuliner halal dan non halal.

Dengan demikian pariwisata halal Indonesia bukan bersifat zonasi dan tidak ada mensyariahkan. Destinasi halal justru merupakan penyediaan layanan tambahan (additional facilities)

Jika soal isyu ini tidak diselesaikan dengan baik maka apa yang dicanangkan Presiden Jokowi menjadikan Indonesia wisata ramah Muslim nomor satu dunia, akan sulit tercapai & status ceruk (niche status) wisata halal hanya akan berada di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan.

Promosi kalimat wisata halal dilakukan negara-negara tetangga (seperti Jepang, Taiwan, Korsel, Singapura, Thailand dan sebagainya), karena mereka ingin menjamin soal kehalalan itu kepada wisatawan muslim dunia mengingat masyarakat di negaranya bukan mayoritas beragama Islam.

WISATA BUDAYA RELIGI
Secara tersirat apa yang diucapkan Presiden Jokowi mengenai wisata halal atau ramah muslim mempunyai banyak sekali makna & catatan sejarah dalam perjalanan Islam di negeri ini.

Jika kepentingan wisata halal atau ramah muslim ingin mengambil ceruk wisatawan muslim dunia berwisata ke Indonesia, maka bisa dikembangkan dengan versi lain.

Bisa dibuat dengan mempromosikan wisata budaya religi (tanpa gunakan kata halal) dimana wisatawan muslim dunia dapat mengunjungi tempat-tempat dan bangunan-bangunan sejarah perjalanan Islam di Indonesia, lengkap dengan cerita dan kisahnya (seperti Wali Songo dan sebagainya), dengan pengenalan kuliner halal dengan perangkat gastronominya.

Sebagai contoh Islam dibawa pedagang India muslim maupun pedagang Arab muslim maupun pedagang Persia muslim ke kepulauan Nusantara. Belum lagi catatan perjalanan para Wali Songso.

Islam juga sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.

Ini belum lagi bicara mengenai tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai di berbagai tempat di Indonesia. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah, dimana angka masjid ada sekitar 800 ribu.

Dalam pada itu, pengelolaan masjid di Indonesia berbeda dengan negara lain. Pemerintah tidak secara langsung membangun dan mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu juga dalam hal pengelolaannya.

Dari swadaya masyarakat itu bisa menjadi daya tarik pelancong muslim untuk belajar dan mencatat sebagai pengetahuan baru bagi mereka.

Belum lagi kalau bicara soal pesantren yang merupakan salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia.

Semua itu bisa menjadi daya atraksi, aksesibilitas, dan amenitas bagi wisata halal atau ramah muslim yang mana kelebihan Indonesia ini tidak dimiliki negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, Jepang, Thailand, Taiwan dan di negara lain sebagainya.

Pelancong muslim akan dapat banyak manfaat datang ke Indonesia karena mereka akan dapat pengalaman yang berkesan dan tidak terlupakan di samping mendapat pengetahuan baru dengan datang ke Indonesia.

Kalau Indonesia mampu mengangkat wisata budaya religi ini, maka negara-negara tetangga akan kalah jauh dari Indonesia karena catatan sejarah Islam di Indonesia sangat banyak. Wisata budaya religi ini bisa diinisiasi dengan komunitas pesantren atau lain sebagainya yang punya pengalaman dan pengetahuan mengenainya.

Dengan wisata budaya religi ini, selain catatan sejarah Islam, bisa juga disinergikan dengan kearifan lokal budaya Jawa & non Jawa (seperti busana, tarian, makanan dll) dalam mengadaptasi Islam itu ke negeri ini yang mana komunitas pesantren punya kepakaran dalam hal ini.

Selain Islam, wisata budaya religi ini bisa juga dilakukan dengan catatan sejarah Budha dan Hindu di Indonesia yang punya perjalanan cerita, kisah maupun bukti-bukti sejarah bangunannya.

Menyimpang sedikit dari topik pembicaraan. Terkait pengenalan awal (atau promosi) wisata budaya religi Indonesia kepada dunia dapat dilakukan melalui metaverse; yakni pengembangan suatu Channel (saluran) aplikasi yang merupakan sebuah ruang virtual yang memanfaatkan teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) yang memungkinkan semua orang untuk berkumpul, bertemu dan berinteraksi; bahkan bertransaksi jual-beli layaknya dunia nyata.

Pengalaman metaverse melalui realitas virtual program teknologi aplikasi di gadget adalah mengenai perjalanan wisata budaya religi yang dipresentasikan suara narator, dengan bantuan soundtrack, pertunjukan cahaya, dan mesin angin.

Khususnya mengenai kuliner halal memberi pengalaman unik kepada konsumen berkeliling Indonesia untuk tidak hanya mencicipi masakan lokal setempat tetapi juga virtual memasaknya.

Melalui smartphone, wisatawan dapat membaca dengan teliti sejumlah pengalaman memasak di wilayah yang akan dikunjungi terhadap tekstur, rasa, aroma, sensasi, food pairing makanan tertentu; selain juga memberikan pengalaman virtual saat bersantap.

Realitas virtual metaverse ini akan memberi pengalaman wisata budaya religi Indonesia dengan pengenalan terhadap kuliner ala gastronominya.

Kembali ke topik semula, dengan demikian wisata budaya religi bicara mengenai :
1.  Potensi mengenai perjalanan dan catatan sejarah Islam, Budha dan Hindu dalam versi masyarakat lokal setempat (Jawa & Non Jawa).

2.  Potensi membuka lapangan kerja dan ekonomi kreatif lainnya

3.  Peluang ekonomi kreatif budaya busana, tarian, masakan dan lain sebagainya.

Bisa saja, suatu saat nanti, destinasi wisata budaya religi ke Indonesia akan menjadi daya tarik perjalanan ibadah bagi pelancong muslim dunia; karena perlu disadari kepariwisataan Indonesia adalah bagian dan milik seluruh elemen bangsa yang menghargai budaya, kearifan lokal & keberagaman.

Ada keramah-tamahan khas dengan berbagai latar kekayaan kultural dan agama yang merupakan aktivitas universal, sehingga seluruh tempat wisata di Indonesia terbuka bagi seluruh wisatawan, apapun latar belakang agama, kepercayaan, dan kewarganegaraannya.

PENUTUP

Model pariwisata Indonesia dibangun berbasis kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan toleransi sekaligus sebuah destinasi yang mampu merefleksikan harmoni dalam keberagaman.

Artinya pariwisata Indonesia sebenarnya adalah berbasis budaya, berkearifan lokal, berkelanjutan, berkualitas, dan sehat, sehingga bisa mengakomodasi semua pihak dalam kepentingan mereka baik religi atau agama.

Kue ekonomi dunia untuk wisata halal atau ramah muslim atau wisata budaya religi cukup besar, apalagi sebagai negara penduduk muslim terbanyak di dunia, potensi kekuatan itu di Indonesia sangat banyak,  apalagi punya kekuatan ekonomi syariah.

Jumlah wisatawan Muslim yang melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lainnya sebanyak 158 juta per tahun. Dari jumlah tersebut, Indonesia baru kebagian kurang dari 3 (tiga) juta wisatawan Muslim.

Sekali lagi perlu digaris bawahi, perhatian utama wisata halal atau ramah muslim ada pada pelayanan tambahan di tempat  (additional on-site services atau extended facilities) dan bukan untuk menghalalkan destinasi.

Antara lain berangkat dari kebutuhan wisatawan muslim menjalankan shalat 5 (lima) waktu, sehingga butuh tempat beribadah dan wudhu dan seterusnya.

Lalu, saat berwisata, wisatawan muslim butuh makan, sehingga makanan yang dicari untuk dikonsumsi harus halal. Termasuk hotel yang menyediakan peralatan shalat dan Al Quran, masjid, hingga tidak menyajikan makanan non-halal maupun minuman keras.

Demikian disampaikan sepintas mengenai wisata halal Indonesia.

Semoga bermanfaat.                                        

Jakarta, 24 Oktober 2018
Tabek
Indra Ketaren (Betha)
Founder & President