Gastronomi dalam perspektif ekonomi adalah sekumpulan komoditas makanan atau kuliner yang punya nilai-guna (use value), nilai-tukar (exchange rate) dan nilai (value) yang memberi kesejahteraan atau kekayaan bagi masyarakat.
Komoditas disini diartikan sebagai produk, atau benda atau barang atau hal ihwal yang kelihatan (appear) dan atau dapat dirasakan (be perceived) oleh panca indera manusia. Contoh komoditas itu dalam gastronomi adalah seperti bahan pangan, makanan, minuman dan jasa layanan (services).
Nilai-guna (use value) disini diartikan sebagai kapasitas suatu produk atau benda atau barang atau hal ihwal yang digunakan atau diperlukan oleh manusia. Dalam kaitannya dengan komoditas gastronomi adalah yang dikonsumsi atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.
Contoh nilai-guna itu adalah sumber nutrisi energi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.
Perlu diingat nilai-guna komoditas itu selalunya tidak dihasilkan oleh diri kita sendiri karena nilai-guna-nya diproduksi (dihasilkan) orang lain yang dipertukarkan dengan nilai-guna yang kita hasilkan.
Disinilah terjadinya nilai-tukar diantara sesama manusia atau sekelompok manusia atau masyarakat yang pada jaman dahulu pertukarannya dilakukan melalui barter dan di jaman sekarang sarana itu dilakukan melalui uang yang nominalnya ekuivalen dengan bobot emas.
Nilai-tukar (exchange rate) disini diartikan sebagai kapasitas suatu hal ihwal atau produk atau atau barang atau benda untuk ditukarkan dengan yang lain. Pertukaran ini mempunyai nilai atau kurs riil yang mengacu pada daya beli dalam transaksi perdagangan.
Kategori kerja nilai-tukar harus ada penjual dan pembeli di dalam pasar transaksi dengan kehadiran komoditas berupa barang atau benda atau produk atau hal ihwal melalui proses jual beli dengan menentukan harga riil-nya akibat ada permintaan dan penawaran (supply and demand).
Contoh nilai-tukar itu seperti harga produk bahan pangan yang dijual senilai mata uang untuk kemudian dengan rasio perbandingan tertentu membeli produk bahan pangan lain atau bahan makanan atau minuman. Contoh lain, seperti tukar tambah HP bekas dengan HP baru dengan proses yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Nilai (value) adalah proses kerja konkrit dan kerja abstrak manusia secara keseluruhan dalam menyetarakan elemen bersama nilai-guna dan nilai-tukar dari setiap komoditas. Kerja konkrit adalah aspek kualitatif dalam manusia menciptakan (memproduksi atau membuat) secara spesifik nilai guna komoditas. Sedangkan kerja abstrak adalah aspek kuantitatif dalam manusia menciptakan (menilai atau menghitung) ukuran dan waktu lama berlakunya nilai-tukar komoditas menjadi suatu nilai.
Nilai tersebut adalah strategi penetapan atau taksiran angka harga atau nilai finansial terhadap suatu produk, atau benda atau barang atau hal ihwal yang dihasilkan jasa layanan (services) kerja manusia atas biaya yang dikeluarkannya untuk menghasilkan produk tersebut pada waktu tertentu dan di tempat tertentu.
Contoh nilai itu seperti nilai nominal sepotong kue klepon atau seikat sayur mayur organik di pasar tradisional berbeda kalau dibeli di supermarket. Contoh lain, seperti makan di restoran padang di Mall dan rumah makan padang di kios ruko punya nilai nominal yang berbeda harga.
Dengan demikian, nilai-guna, nilai-tukar dan nilai adalah keberagaman pembagian kerja manusia atau sekelompok manusia atau komunitas masyarakat terhadap komoditas menjadi suatu produk atau benda atau barang atau hal ihwal yang digunakan atau diperlukan oleh manusia.
Pembagian kerja itu diukur dari waktu kerja yang diperlukan berdasarkan skala durasi spesifik dari keahlian dan intensitas kerja suatu masyarakat dalam menghasilkan nilai-guna, nilai-tukar dan nilai suatu komoditas. Sedangkan perubahan terhadap substansi nilai suatu komoditas ditentukan oleh tingkat rata-rata keahlian pekerja, tingkat perkembangan dan penerapan teknologi yang dipakai, perkembangan serta proses produksinya, keluasan dan ketepatgunaan penggunaan sarana produksi, dan kondisi nyata lingkungan kerja.
Oleh karena itu, penentuan nilai suatu produk atau benda atau barang ditentukan bukan di pertukaran (pasar) tapi di ranah produksi.
Jika sudah dapat dipahami gastronomi dalam perspektif ekonomi, seperti dijelaskan di atas, maka bagaimana menempatkannya dalam ekonomi kreatif ?
Ekonomi Kreatif
Pada prinsipnya ekonomi kreatif adalah inkubator yang melahirkan produsen (seperti designer, penyanyi, penari, pemasak, desain grafis dan sebagainya). Kreatif atau kreativitas disini diartikan adalah penggunaan imajinasi atau ide orisinal untuk menciptakan suatu penemuan yang bersifat multidimensional.
Tentu saja sesuai dengan namanya, yang paling dibutuhkan dan berperan besar dalam industri ini adalah kreativitas.
Kreatifitas utamanya adalah tentang bagaimana manusia mengembangkan cara berpikir dan menemukan hal-hal yang baru yang berbasis pengetahuan. Kegiatannya menghubungkan produsen, konsumen dengan memanfaatkan teknologi, bakat atau keterampilan untuk menghasilkan produk budaya yang berwujud dan bermakna.
Oleh karena itu kreativitas adalah inovasi pengembangan produk, barang, benda atau hal ihwal yang memberi suatu pengalaman baru untuk dikonsumsi atau dinikmati manusia.
Mayoritas pelaku industri kreatif yang merupakan anak muda memiliki potensi dan kreativitas besar tanpa batas sehingga mendorong pertumbuhan industri kreatif Indonesia. Apalagi bagi pelaku industri kreatif menengah, kemajuan teknologi berperan besar dalam mendukung industri kreatif.
Dari kemajuan teknologi, muncul media sosial yang pertumbuhan dan perannya memberikan potensi dan peluang besar bagi pelaku bisnis khususnya pelaku industri kreatif. Tidak diperlukan modal besar, biaya tambahan untuk biaya sewa tempat menjual, yang pada akhirnya dapat memudahkan pelaku industri kreatif kecil-menengah.
Industri ekonomi kreatif memainkan peran utama dalam menghasilkan, mengubah dan menyebarkan pengetahuan yang memiliki potensi merangsang pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, mendukung inovasi dan kewirausahaan, membantu regenerasi kota dan pedesaan, dan merangsang ekspor.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri ekonomi kreatif telah berkembang lebih cepat daripada ekonomi global secara keseluruhan. Dengan tingkat pertumbuhan ekspor lebih dari 7% selama 13 tahun, perdagangan global barang-barang kreatif adalah sektor yang berkembang secara tangguh, dimana rata-rata perdagangan barang kreatif dan jasa (services) tumbuh 8,8% setahun.
Dari data beberapa tahun lalu (periode 2002 hingga 2015 ) menunjukkan kontribusi industri ekonomi kreatif terhadap perdagangan dunia berlipat 2 (dua) dari USD 208 miliar pada tahun 2002 menjadi USD 509 miliar di tahun 2015.
Di Indonesia, sektor industri ekonomi kreatif telah berkembang pesat. Pada 2017 misalnya, sektor ini menyumbang Rp 990 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 17,4 persen dan tahun ini diproyeksikan menyumbang PDB sebesar Rp 1.041 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 18,2 persen.
Sedangkan pada tahun 2018 tercatat industri ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,44% terhadap total perekonomian nasional Indonesia. Selain bermanfaat bagi pemasukan ekonomi negara, industri ini juga menjadi wadah untuk menumbuhkembangkan kreativitas bagi pendiri bisnis dan juga pekerjanya, Industri kreatif dapat menjadi solusi bagi banyaknya jumlah tenaga kerja usia produktif di Indonesia, industri ini bila dikembangkan mampu mengurangi tingkat pengangguran di indonesia.
Secara umum, tujuan dari industri ekonomi kreatif ialah menghasilkan sebuah karya kreatif yang bernilai ekonomi tinggi. Jika diambil dari penjelasan mengenai sektor-sektor industri kreatif yang ada, dapat dikatakan industri ekonomi kreatif tumbuh pesat karena banyak digandrungi oleh banyak orang mulai dari anak kecil hingga orang tua, termasuk salah satunya untuk kuliner atau makanan terdapat banyak ide-ide resep-resep baru yang diminati masyarakat.
Sehingga kuliner atau makanan merupakan sesuatu prospek keekonomian yang menjanjikan karena memiliki pasar yang luas dan mampu bersaing dengan pasar ritel modern.
Namun apapun cerita sukses industri ekonomi kreatif, semua terpulang bagaimana rangkaian tahapan nilai-guna (use value), nilai-tukar (exchange rate) dan nilai (value) yang dapat memberi kesejahteraan atau kekayaan bagi sang produsen dan masyarakat secara umum.
Tahapan Gastronomi Dalam Ekonomi Kreatif
Pertama-tama, saat menempatkan gastronomi dalam ekonomi kreatif adalah mengetahui nilai-guna (use value) komoditas dari produk atau benda atau barang atau hal ihwal yang diperlukan masyarakat lokal setempat.
Apa basis dari sumber nutrisi energi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang digunakan oleh masyarakat sekitarnya. Sumber nutrisi energi dari nilai-guna itu harus yang diminati atau ada di sekitar lingkungan yang sudah terbiasa dikonsumsi mereka. Artinya bukan merupakan nilai guna yang datang dari luar.
Umpamanya, bagi pelaku industri ekonomi kreatif di Tapanuli, dapat mengangkat nilai-guna (use value) Arsik (Dekke Na Niarsik) yang merupakan makanan tradisi khas suku Batak.
Jangan mengangkat Gudeg yang merupakan makanan khas Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kurang lazim dikonsumsi masyarakat Batak, walaupun tidak dinafikan Gudeg dikenal oleh sebagian masyarakat Batak, tapi dianggap sebagai makanan pendatang.
Setelah menentukan nilai-guna (use value) gastronomi-nya, maka telusuri apakah komoditas bersangkutan mempunyai prospek nilai-tukar (exchange rate). Artinya komoditas tersebut mempunyai peluang nilai-tukar di pasar transaksi, yakni melalui proses jual beli karena ada permintaan dan penawaran (supply and demand).
Jika komoditas tersebut dipastikan akan mempunyai prospek nilai-guna (use value) dan peluang nilai-tukar (exchange rate), maka tinggal ditaksir angka harga atau dihitung nilai finansial dalam menghasilkan produk tersebut dengan tambahan jasa layanan (services) atas biaya yang dikeluarkan.
Selebihnya adalah proses promosi dan pemasaran terhadap komoditas tersebut di berbagai media sosial yang tidak memerlukan modal besar, biaya tambahan untuk biaya sewa tempat menjual.
Demikian rangkaian tahapan gastronomi dalam ekonomi kreatif untuk menjadi nilai-guna (use value), nilai-tukar (exchange rate) dan nilai (value) untuk memudahkan pelaku industri kreatif kecil-menengah.
Semoga bermanfaat.
Tabek
Komoditas disini diartikan sebagai produk, atau benda atau barang atau hal ihwal yang kelihatan (appear) dan atau dapat dirasakan (be perceived) oleh panca indera manusia. Contoh komoditas itu dalam gastronomi adalah seperti bahan pangan, makanan, minuman dan jasa layanan (services).
Nilai-guna (use value) disini diartikan sebagai kapasitas suatu produk atau benda atau barang atau hal ihwal yang digunakan atau diperlukan oleh manusia. Dalam kaitannya dengan komoditas gastronomi adalah yang dikonsumsi atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.
Contoh nilai-guna itu adalah sumber nutrisi energi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.
Perlu diingat nilai-guna komoditas itu selalunya tidak dihasilkan oleh diri kita sendiri karena nilai-guna-nya diproduksi (dihasilkan) orang lain yang dipertukarkan dengan nilai-guna yang kita hasilkan.
Disinilah terjadinya nilai-tukar diantara sesama manusia atau sekelompok manusia atau masyarakat yang pada jaman dahulu pertukarannya dilakukan melalui barter dan di jaman sekarang sarana itu dilakukan melalui uang yang nominalnya ekuivalen dengan bobot emas.
Nilai-tukar (exchange rate) disini diartikan sebagai kapasitas suatu hal ihwal atau produk atau atau barang atau benda untuk ditukarkan dengan yang lain. Pertukaran ini mempunyai nilai atau kurs riil yang mengacu pada daya beli dalam transaksi perdagangan.
Kategori kerja nilai-tukar harus ada penjual dan pembeli di dalam pasar transaksi dengan kehadiran komoditas berupa barang atau benda atau produk atau hal ihwal melalui proses jual beli dengan menentukan harga riil-nya akibat ada permintaan dan penawaran (supply and demand).
Contoh nilai-tukar itu seperti harga produk bahan pangan yang dijual senilai mata uang untuk kemudian dengan rasio perbandingan tertentu membeli produk bahan pangan lain atau bahan makanan atau minuman. Contoh lain, seperti tukar tambah HP bekas dengan HP baru dengan proses yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Nilai (value) adalah proses kerja konkrit dan kerja abstrak manusia secara keseluruhan dalam menyetarakan elemen bersama nilai-guna dan nilai-tukar dari setiap komoditas. Kerja konkrit adalah aspek kualitatif dalam manusia menciptakan (memproduksi atau membuat) secara spesifik nilai guna komoditas. Sedangkan kerja abstrak adalah aspek kuantitatif dalam manusia menciptakan (menilai atau menghitung) ukuran dan waktu lama berlakunya nilai-tukar komoditas menjadi suatu nilai.
Nilai tersebut adalah strategi penetapan atau taksiran angka harga atau nilai finansial terhadap suatu produk, atau benda atau barang atau hal ihwal yang dihasilkan jasa layanan (services) kerja manusia atas biaya yang dikeluarkannya untuk menghasilkan produk tersebut pada waktu tertentu dan di tempat tertentu.
Contoh nilai itu seperti nilai nominal sepotong kue klepon atau seikat sayur mayur organik di pasar tradisional berbeda kalau dibeli di supermarket. Contoh lain, seperti makan di restoran padang di Mall dan rumah makan padang di kios ruko punya nilai nominal yang berbeda harga.
Dengan demikian, nilai-guna, nilai-tukar dan nilai adalah keberagaman pembagian kerja manusia atau sekelompok manusia atau komunitas masyarakat terhadap komoditas menjadi suatu produk atau benda atau barang atau hal ihwal yang digunakan atau diperlukan oleh manusia.
Pembagian kerja itu diukur dari waktu kerja yang diperlukan berdasarkan skala durasi spesifik dari keahlian dan intensitas kerja suatu masyarakat dalam menghasilkan nilai-guna, nilai-tukar dan nilai suatu komoditas. Sedangkan perubahan terhadap substansi nilai suatu komoditas ditentukan oleh tingkat rata-rata keahlian pekerja, tingkat perkembangan dan penerapan teknologi yang dipakai, perkembangan serta proses produksinya, keluasan dan ketepatgunaan penggunaan sarana produksi, dan kondisi nyata lingkungan kerja.
Oleh karena itu, penentuan nilai suatu produk atau benda atau barang ditentukan bukan di pertukaran (pasar) tapi di ranah produksi.
Jika sudah dapat dipahami gastronomi dalam perspektif ekonomi, seperti dijelaskan di atas, maka bagaimana menempatkannya dalam ekonomi kreatif ?
Ekonomi Kreatif
Pada prinsipnya ekonomi kreatif adalah inkubator yang melahirkan produsen (seperti designer, penyanyi, penari, pemasak, desain grafis dan sebagainya). Kreatif atau kreativitas disini diartikan adalah penggunaan imajinasi atau ide orisinal untuk menciptakan suatu penemuan yang bersifat multidimensional.
Tentu saja sesuai dengan namanya, yang paling dibutuhkan dan berperan besar dalam industri ini adalah kreativitas.
Kreatifitas utamanya adalah tentang bagaimana manusia mengembangkan cara berpikir dan menemukan hal-hal yang baru yang berbasis pengetahuan. Kegiatannya menghubungkan produsen, konsumen dengan memanfaatkan teknologi, bakat atau keterampilan untuk menghasilkan produk budaya yang berwujud dan bermakna.
Oleh karena itu kreativitas adalah inovasi pengembangan produk, barang, benda atau hal ihwal yang memberi suatu pengalaman baru untuk dikonsumsi atau dinikmati manusia.
Mayoritas pelaku industri kreatif yang merupakan anak muda memiliki potensi dan kreativitas besar tanpa batas sehingga mendorong pertumbuhan industri kreatif Indonesia. Apalagi bagi pelaku industri kreatif menengah, kemajuan teknologi berperan besar dalam mendukung industri kreatif.
Dari kemajuan teknologi, muncul media sosial yang pertumbuhan dan perannya memberikan potensi dan peluang besar bagi pelaku bisnis khususnya pelaku industri kreatif. Tidak diperlukan modal besar, biaya tambahan untuk biaya sewa tempat menjual, yang pada akhirnya dapat memudahkan pelaku industri kreatif kecil-menengah.
Industri ekonomi kreatif memainkan peran utama dalam menghasilkan, mengubah dan menyebarkan pengetahuan yang memiliki potensi merangsang pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, mendukung inovasi dan kewirausahaan, membantu regenerasi kota dan pedesaan, dan merangsang ekspor.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri ekonomi kreatif telah berkembang lebih cepat daripada ekonomi global secara keseluruhan. Dengan tingkat pertumbuhan ekspor lebih dari 7% selama 13 tahun, perdagangan global barang-barang kreatif adalah sektor yang berkembang secara tangguh, dimana rata-rata perdagangan barang kreatif dan jasa (services) tumbuh 8,8% setahun.
Dari data beberapa tahun lalu (periode 2002 hingga 2015 ) menunjukkan kontribusi industri ekonomi kreatif terhadap perdagangan dunia berlipat 2 (dua) dari USD 208 miliar pada tahun 2002 menjadi USD 509 miliar di tahun 2015.
Di Indonesia, sektor industri ekonomi kreatif telah berkembang pesat. Pada 2017 misalnya, sektor ini menyumbang Rp 990 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 17,4 persen dan tahun ini diproyeksikan menyumbang PDB sebesar Rp 1.041 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 18,2 persen.
Sedangkan pada tahun 2018 tercatat industri ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,44% terhadap total perekonomian nasional Indonesia. Selain bermanfaat bagi pemasukan ekonomi negara, industri ini juga menjadi wadah untuk menumbuhkembangkan kreativitas bagi pendiri bisnis dan juga pekerjanya, Industri kreatif dapat menjadi solusi bagi banyaknya jumlah tenaga kerja usia produktif di Indonesia, industri ini bila dikembangkan mampu mengurangi tingkat pengangguran di indonesia.
Secara umum, tujuan dari industri ekonomi kreatif ialah menghasilkan sebuah karya kreatif yang bernilai ekonomi tinggi. Jika diambil dari penjelasan mengenai sektor-sektor industri kreatif yang ada, dapat dikatakan industri ekonomi kreatif tumbuh pesat karena banyak digandrungi oleh banyak orang mulai dari anak kecil hingga orang tua, termasuk salah satunya untuk kuliner atau makanan terdapat banyak ide-ide resep-resep baru yang diminati masyarakat.
Sehingga kuliner atau makanan merupakan sesuatu prospek keekonomian yang menjanjikan karena memiliki pasar yang luas dan mampu bersaing dengan pasar ritel modern.
Namun apapun cerita sukses industri ekonomi kreatif, semua terpulang bagaimana rangkaian tahapan nilai-guna (use value), nilai-tukar (exchange rate) dan nilai (value) yang dapat memberi kesejahteraan atau kekayaan bagi sang produsen dan masyarakat secara umum.
Tahapan Gastronomi Dalam Ekonomi Kreatif
Pertama-tama, saat menempatkan gastronomi dalam ekonomi kreatif adalah mengetahui nilai-guna (use value) komoditas dari produk atau benda atau barang atau hal ihwal yang diperlukan masyarakat lokal setempat.
Apa basis dari sumber nutrisi energi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang digunakan oleh masyarakat sekitarnya. Sumber nutrisi energi dari nilai-guna itu harus yang diminati atau ada di sekitar lingkungan yang sudah terbiasa dikonsumsi mereka. Artinya bukan merupakan nilai guna yang datang dari luar.
Umpamanya, bagi pelaku industri ekonomi kreatif di Tapanuli, dapat mengangkat nilai-guna (use value) Arsik (Dekke Na Niarsik) yang merupakan makanan tradisi khas suku Batak.
Jangan mengangkat Gudeg yang merupakan makanan khas Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kurang lazim dikonsumsi masyarakat Batak, walaupun tidak dinafikan Gudeg dikenal oleh sebagian masyarakat Batak, tapi dianggap sebagai makanan pendatang.
Setelah menentukan nilai-guna (use value) gastronomi-nya, maka telusuri apakah komoditas bersangkutan mempunyai prospek nilai-tukar (exchange rate). Artinya komoditas tersebut mempunyai peluang nilai-tukar di pasar transaksi, yakni melalui proses jual beli karena ada permintaan dan penawaran (supply and demand).
Jika komoditas tersebut dipastikan akan mempunyai prospek nilai-guna (use value) dan peluang nilai-tukar (exchange rate), maka tinggal ditaksir angka harga atau dihitung nilai finansial dalam menghasilkan produk tersebut dengan tambahan jasa layanan (services) atas biaya yang dikeluarkan.
Selebihnya adalah proses promosi dan pemasaran terhadap komoditas tersebut di berbagai media sosial yang tidak memerlukan modal besar, biaya tambahan untuk biaya sewa tempat menjual.
Demikian rangkaian tahapan gastronomi dalam ekonomi kreatif untuk menjadi nilai-guna (use value), nilai-tukar (exchange rate) dan nilai (value) untuk memudahkan pelaku industri kreatif kecil-menengah.
Semoga bermanfaat.
Tabek
Betha Ketaren (Indra)