Obyek warisan (heritage) telah lama menjadi
andalan pengembangan wisata dunia. Sebagai bagian dari budaya wisata,
diperkirakan obyek heritage menyumbang sekitar 40% dari semua tujuan pariwisata
internasional (Richards, 2007).
Praktisi pariwisata mengakui objek heritage
berkembang sedemikian rupa mengingat di dalamnya selain menyangkut warisan
tangible menceritakan sisi intangible, seperti fitur budaya populer,
tradisional dan seni keahlian memasak (Du Cros, 2013).
Eurobarometer yang melakukan survey pada
tahun 2014, mencatat unsur budaya merupakan alasan utama orang-orang Eropa
pergi berlibur pada tahun 2013, meskipun dengan tingkat motivasi budaya yang
bervariasi, yang mana di dalamnya meliputi antara lain fitur agama /
kerohanian, seni keahlian memasak, seni dan kerajinan.
Tidak mengherankan banyak tujuan wisata
saat ini menempatkan obyek warisan (heritage) dan wisata budaya (cultural
tourism) sebagai pusat program pembangunan dan pengembangan kepariwisataan
mereka.
Selain itu dengan kemunculan gaya wisata
postmodern saat ini, kalangan masyarakat barat mengubah persepsi mereka
terhadap warisan budaya dari yang sebelumnya hanya melihat sisa-sisa fisik
warisan budaya di museum atau monumen, menjadi ingin mengetahui fitur sejarah dan interpretasi dari heritage,
termasuk mengenai visi intangible dari budaya itu sendiri.
Akibatnya ketertarikan kembali melihat
pesona budaya masa lalu dari sisi tradisional semakin banyak dituntut kalangan wisatawan saat ini.
Pariwisata postmodern menekankan elemen ‘re-enchanting the
world’ untuk mencari jawaban mengenai
budaya warisan tradisional (adat istiadat & cara hidup maupun lainnya).
Sebagai contoh 'dari mana makanan itu berasal & apa pesan maupun
cerita dibelakang kerajinan tradisional itu’. Kesadaran ini telah mengubah wajah pariwisata budaya
secara signifikan.
Perlu diketahui unsur tradisi dalam
pariwisata postmodern ditempatkan terakhir pada daftar aspek potensi menarik
kunjungan wisatawan. Budaya dan warisan merupakan aspek utama yang sangat
penting dari motivasi wisatawan datang ke tempat berlibur.
Perubahan yang terjadi dalam wisata ala
postmodern menyebabkan produk budaya dan warisan menjadi perhatian utama
sebagai sumber inovasi pemasaran.
Inovasi ini disebut sebagai proses kreatif, yang dalam bahasa sederhananya
disebut sebagai ‘wisata kreatif’.
Keuntungan utama wisata kreatif adalah
keunikannya dalam menyediakan sarana baru yang membedakan dari para pesaing
lainnya, yakni produk budaya dan warisan tradisional. Kedua unsur ini penting
karena kreatifitas adalah keterampilan yang selalu dihargai dalam masyarakat
yang berpariwisata.
Wisata kreatif menawarkan wisatawan
kesempatan mengembangkan potensi kreatif mereka melalui partisipasi aktif dalam
program belajar untuk mendapat pengalaman yang merupakan ciri khas tujuan
kedatangan mereka.
Wisata kreatif memiliki potensi menarik
keterampilan lokal, keahlian dan tradisi dari berbagai daerah. Misalnya, turis
ingin mempelajari tentang seni dan kerajinan, desain, seni memasak, menenun,
alam, musik, tarian, bahasa, permainan tradisional dan sebagainya.
Wisata kreatif memiliki kemampuan potensial
dalam menggabungkan berbagai fitur budaya, antara lain budaya tradisional,
budaya seni, budaya sejarah, budaya populer, budaya kontemporer dan budaya
massa. Selain itu pariwisata jenis ini sering bergantung pada pelestarian dan
konservasi budaya warisan.
Ada sejumlah alasan mengapa wisata kreatif
dapat meningkatkan pariwisata budaya (Richards, 2002) antara lain
· Mudah menciptakan nilai lebih karena
kelangkaannya
· Dapat melakukan inovasi keunggulan produk
baru yang relatif cepat
· Bersifat mobile karena pertunjukan seni dan
karya seni dapat diselenggarakan dan dibuat hampir di mana saja, tanpa perlu
infrastruktur khusus
· Kreatifitas adalah suatu proses yang sumber
daya kreatifitasnya baru dan berkelanjutan serta tidak terdegradasi.
Salah satu bagian penting dari wisata
kreatif adalah seni keahlian memasak yang memiliki bentuk tangible dan sifat
intangible terhadap novel (cerita), original (asli), dan nilai artistiknya
(berseni). Keahlian memasak masuk dalam kategori industri kreatif yang
aplikasinya dilakukan melalui ekonomi kreatif.
Seni keahlian ini disebut sebagai
gastronomi yang mempunyai potensi pariwisata di masa depan sebagai suatu bentuk
nyata dari warisan dunia (Richards, 2012).
UNWTO dan OECD merilis laporan mengenai
hubungan antara pariwisata dan keahlian memasak (gastronomi) dimana menemukan
makanan memberikan dasar untuk pengalaman wisatawan antara lain (Richards,
2012) :
· Menghubungkan budaya dan pariwisata
· Mengembangkan pengalaman makan
· Memproduksi makanan khas
· Mengembangkan infrastruktur penting untuk
produksi pangan dan konsumsi
· Mendukung budaya lokal
· Makanan juga dapat memberikan dasar dari
kegiatan branding dan pemasaran, termasuk kemitraan antara produsen
makanan, restoran dan industri pariwisata
· Menetapkan standar untuk makanan
lokal
· Menekankan daya tarik gaya hidup yang
berhubungan dengan keahlian dan identifikasi memasak
· Mengembangkan restoran khusus
Atraksi gastronomi telah lama diabaikan
sebagai kebutuhan dasar bagi wisatawan budaya. Namun dalam dekade terakhir
gambaran ini telah berubah secara substansial, seperti yang diperlihatkan dalam
wisata kreatif yang diangkat dari keahlian memasak para 'gastrostars' seperti
Ferran Adria, Joan Roca dan Carme Ruscallera.
Gastronomi telah menjadi salah satu atraksi
yang paling menarik dan terkemuka dalam daftar pemasaran wisata kreatif
masyarakat barat.
Fakta bahwa gastronomi membantu memperkuat
identitas lokal dan regional juga merupakan poin penting untuk pengembangan
wisata kreatif. Turis sering mencari beberapa jenis kekhususan regional atau
'keaslian budaya' dari tempat tujuan, yang mana salah satunya bisa ditampilkan
oleh gastronomi.
Tabek