IKHTISAR
Akademi Gastronomi Indonesia
Alat atau kerangka kerja untuk menjelaskan karakteristik
identitas gastronomi suatu daerah (negara) ditentukan oleh faktor
lingkungan dan budaya yang unsur-unsur dominannya mencakup sebagai
berikut:
1. Lingkungan: Situasi geografi dan iklim yang punya
pengaruh terhadap produk pertanian dan adaptasi terhadap produk baru
yang dibawa karena pengaruh gaya (trend), kebiasaan atau permintaan yang
timbul akibat lalu lintas bermusafir (traveling).
2. Budaya: Agama, sejarah, tingkat keragaman etnis (suku), inovasi, kemampuan, tradisi, kepercayaan dan nilai-nilai
Pemahaman
terhadap faktor-faktor ini sangat bermanfaat di saat mendefinisikan
strategi pariwisata gastronomi dan konsep restoran masakan lokal karena
unsur-unsurnya memiliki pengaruh penting dalam menentukan identifikasi
karakteristik gastronomi. Gastronomi adalah suatu pola evolusi konstan
terhadap suatu produk (makanan dan minuman) yang memadukan secara unik,
dan memberi pengaruh penting terhadap tradisi, etiket, inovasi, tekstur,
aroma dan rasa.
PENDAHULUAN
Menurut Santich B (2004),
Gastronomi adalah panduan mengenai berbagai cara yang melibatkan setiap
hal tentang makanan dan minuman. Kajiannya sangat interdisipliner yang
berkaitan dengan refleksi dari sebuah sejarah, dampak budaya dan suasana
lingkungan mengenai "bagaimana (how), di mana (where), kapan (when) dan
mengapa (why)" makanan dan minuman menjadi penting bagi masyarakat dan
industri jasa makanan.
Sedangkan identitas gastronomi
menggambarkan pengaruh dari lingkungan (geografi dan iklim) dan budaya
(sejarah dan etnis) terhadap komponen aroma, tekstur serta rasa dalam
makanan dan minuman. Identitas gastronomi merupakan kepentingan suatu
daerah (negara) dalam menentukan keragaman budaya dan retorika kuliner.
Misalnya, masakan lokal dijadikan "gerakan identitas" suatu daerah
(negara) dan faktor penting untuk tujuan destinasi wisatawan (Rao, Monin
& Durand , 2003)
LATAR BELAKANG
Danhi (2003) mengemukakan
ada 6 (enam) unsur penting dalam menentukan "identitas gastronomi"
suatu daerah (negara), yakni Geografi, Sejarah, Keragaman etnis, Etiket
kuliner, Rasa dan Resep.
1. Geografi merupakan faktor yang
menentukan bagi identitas gastronomi karena sangat penting dalam
memahami suasana dan kebiasaan ruang lingkup dapur di daerah (negara)
tertentu.
2. Sejarah memiliki pengaruh signifikan terhadap
karakteristik yang dapat diidentifikasi melalui pengenalan terhadap
bahan-bahan dasar yang dipergunakan, aturan, teknik dan metode
tradisional dalam memasak.
3. Keragaman Etnis memiliki dampak
besar terhadap keunikan makanan tradisional yang disajikan di daerah
tertentu. Keragaman ini berubah dari waktu ke waktu dan menciptakan
evolusi yang berkelanjutan terhadap produk makanan, akibat perpaduan
dari perspektif dan budaya etnis yang berkembang.
4. Etiket Kuliner sebagai identifikasi tentang bagaimana dan apa budaya makan tertentu yang berlaku di suatu daerah (negara).
5. Rasa meliputi lima karakteristik preferensi yakni: manis, asam, pahit, asin dan gurih.
6. Resep merupakan elemen dominan dalam pola penggunaan bahan-bahan dasar, teknik memasak dan seni presentasi makanan.
IDENTITAS GASTRONOMI INDONESIA
Dari
sejak lama masyarakat Indonesia tidak hanya kaya akan ragam hidangan
kuliner dan tata cara teknik memasak, tetapi juga, sejarah, budaya dan
cara makan, bahkan sampai legenda dan filosofi di balik makanan itu.
Bangsa
Indonesia yang terdiri dari beragam multi-etnik, kaya akan budaya dan
memiliki beragam makanan dan minuman, beserta cara penyajiannya.
Sampai
saat ini kuliner belum menjadi identitas bangsa yang bisa membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. Kuliner nusantara merupakan
contoh folklor bukan lisan yang diwariskan secara turun-temurun dalam
sebuah kolektif tertentu sebagai salah satu identitas produk budaya dari
keragaman komunitas yang bersepakat bersatu dalam wadah negara
Indonesia.
Meski lebih dari dua abad gastronomi telah dimaknai
oleh bangsa dan budaya dipelbagai belahan dunia, namun sampai sekarang
Indonesia belum memiliki gambaran holistik tentang identitas kuliner
bangsa apalagi terhadap pemahaman dan pandangan tentang gastronomi serta
keterkaitannya dengan berbagai aspek.
Pasalnya, kuliner
Nusantara kebanyakan diproduksi oleh kelompok usaha kecil menengah,
karenanya tidak bisa dipungkiri bila identitas itu belum tergambarkan
dengan nyata, melihat kebanyakan bisnis kuliner di Indonesia didominasi
oleh masyarakat kecil, yang kurang mempunyai akses untuk mengangkat
kuliner Indonesia ke atas panggung nasional.
Kuliner Indonesia
sejatinya bukan sekadar masakan biasa namun juga mengandung nilai,
simbol, aturan, serta pola konsumsi dan produksi masyarakat di dalamnya
dengan keberagaman latar belakang sosial, ekonomi dan golongan.
1. Dari sisi Geografi :
Indonesia
dikenal akan kekayaan budaya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa yang masing-masing memiliki adat
istiadat, seni budaya dan bahasa yang khas. Belasan ribu pulau, ribuan
kuliner, ratusan etnik, belasan ribu suku dengan bahasa, dialeg dan
budaya yang berbeda, menjadi daya tarik bagi masyarakat dunia. Kesemua
kelompok etnis ini memiliki berbagai macam jenis masakan hidangan
tradisional kuliner.
Indonesia, disebut oleh Multatuli disebut
sebagai "sabuk zamrud". Negara yang luasnya sekitar 4.800 km laut,
kalau dilihat di peta Eropa, membentang dari Irlandia ke Ural di Rusia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 18.306
pulau besar dan kecil dengan berbagai jenis orang, masing-masing dengan
identitas mereka sendiri dan identitas budaya mereka.
Indonesia
saat ini terdiri dari 34 provinsi, lima di antaranya memiliki status
yang berbeda. Provinsi dibagi menjadi 415 kabupaten dan 98 kota yang
dibagi lagi menjadi 6.793 kecamatan dan lagi menjadi 79.075 kelurahan
serta 76.655 desa, gampong, kampung, nagari dan pekon.
Geografi
Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman budaya yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke, dengan latar belakang etnis, suku dan tata
kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini telah
memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut
mempengaruhi menu makanan maupun pola makan.
Indonesia sebagai
negara yang dilintasi garis khatulistiwa sangat baik kesuburan tanahnya
sehingga tumbuh lebih dari 1,000 macam tanaman sayuran dan buah maupun
rempah-rempah yang tidak tumbuh di negara lain. Kekayaan rempah-rempah
yang sangat mendukung beragam macam kuliner yang dihasilkan oleh
tangan-tangan terampil dari para ahli kuliner nusantara.
Indonesia
adalah negara megadiversitas yang memiliki keanekaragaman hayati yang
besar dan merupakan nomor dua di dunia. Indonesia memiliki 77 jenis
karbohidrat, 75 jenis sumber lemak / minyak, 26 jenis kacang-kacangan,
389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, dan
110 jenis rempah-rempah dan bumbu-bumbuan.
Dengan jumlah pulau,
suku dan bahasa sebanyak itu tercatat saat ini secara resmi oleh
almarhum Suryatini Ganie ada lebih kurang 5,000 jumlah aneka resep
masakan makanan kuliner dari dapur di Indonesia, sedangkan yang belum
tercatat masih ada ribuan jumlahnya.
Kecendrungan lain yang
muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat tergantung dari potensi
alam geografinya atau faktor pertanian yang dominan. Sebagai contoh :
bahwa orang Jawa makanan pokoknya akan berbeda dengan orang Timor atau
pendek kata bahwa setiap suku-etnis yang ada pasti mempunyai makanan
pokoknya tersendiri.
Keragaman dan keunikan geografi dan budaya
yang dimiliki oleh suatu entitas masyarakat tertentu merupakan wujud
dari gagasan, rasa, tindakan dan karya sangat menjiwai aktivitas
keseharian baik itu dalam tatanan sosial, teknis maupun ekonomi telah
turut membentuk karakter fisik makanan (menu, pola dan bahan dasar).
2. Dari sisi Sejarah :
Makanan
selalu melekat dalam hidup sehari-hari manusia. Sejak bangun tidur
sampai tidur lagi, manusia akan selalu ingat makanan. Karena itu makanan
bisa disebut sebagai produk kebudayaan, serta menjadi identitas bangsa.
Sepiring
makanan selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia ternyata juga
memiliki nilai sejarah dan filosofinya sendiri. Dalam sepiring makanan
ternyata terdapat banyak hasil percampuran olah kreativitas manusia dan
lintas kebudayaan. Banyak campur tangan dan bahkan citarasa peranakan
yang tercampur dalam suatu makanan, tetapi justru di sinilah letak
keunikan dari kuliner bangsa tersebut.
Adanya percampuran dan
silang budaya inilah yang menghasilkan ciri khas setiap negara, meskipun
ada bahan baku yang sama. Namun, makanan yang bisa disebut sebagai
identitas bangsa adalah makanan yang dihasilkan dengan mengolah bahan
baku asli suatu negara.
Gastronomi Indonesia merupakan perpaduan
antara budaya makanan lokal tradisional dengan makanan India, Timur
Tengah, Cina, Jepang dan bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda maupun
Inggris.
Yang dimaksud dengan makanan lokal tradisional adalah
resep masakan yang spesifik dikonsumsi oleh golongan ethnik (suku) dan
wilayah tertentu dengan ciri-ciri : (a) Diperoleh turun-temurun; (b)
Penggunaan alat tradisional; (c) Teknik mengolah masakan yang khas.
Sepanjang
sejarahnya, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua
yang telah membawa konsekwensi terjadinya perubahan dalam bidang
sosial, budaya, bahasa, agama dan dalam karakteristik, gaya serta seni
memasak makanan yang berbeda satu sama lain diakibatkan para etnis
pendatang itu bermukim dan berkembang biak dengan penduduk lokal di bumi
Hindia Kepulauan Nusantara.
Teknik memasak dan bahan makanan
asli Indonesia berkembang dan kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner
dari etnik pendatang ini. Para pedagang Spanyol dan Portugis membawa
berbagai bahan makanan dari benua Amerika jauh sebelum Belanda berhasil
menguasai Indonesia.
Pada awalnya, budaya dan masakan India yang
sangat berpengaruh di Indonesia. Contohnya pada masakan di Sumatera ada
pada penggunaan bumbu-bumbu seperti jinten, ketumbar, jahe dan kari yang
sering disajikan dengan santan.
Setelah itu, pengaruh
perdagangan dari Arab pun ikut memperkaya masakan Indonesia seperti
masakan sate yang terinspirasi dari masakan arab yaitu kebab, begitu
juga halnya dengan masakan yang menggunakan daging kambing.
Pedagang
dari Cina juga membawa bahan pangan dari negara mereka. Unsur budaya
masakan Cina dapat dicermati pada beberapa masakan Indonesia seperti
bakmi, bakso, kacang kedelai, berbagai macam sayuran dan lumpia telah
terserap dalam seni masakan Indonesia.
Bangsa Belanda yang pernah
menjajah Indonesia selama 350 tahun telah memberikan pengaruh bagi
perkembangan makanan dan masakan Indonesia. Kolonialisasi bangsa Belanda
telah memperkenalkan cita rasa baru dan bahan pangan seperti lada yang
berasal dari Meksiko, kacang dari Amerika untuk bumbu sate dan
gado-gado, singkong dari Karibia dan kentang dari Amerika Selatan. Tak
hanya itu, bermacam-macam sayuran seperti kubis, kembang kol, kacang
panjang, wortel, dan jagung diimpor masuk ke Indonesia sehingga
menciptakan berbagai macam masakan baru.
Pulau Maluku yang
termahsyur sebagai "Kepulauan Rempah-Rempah", juga menyumbangkan tanaman
rempah asli Indonesia kepada seni kuliner dunia. Seni kuliner kawasan
bagian timur Indonesia ini mirip dengan seni memasak Polinesia dan
Melanesia.
3. Dari sisi Keragaman Etnis :
Makanan atau
kebiasaan makan merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan
sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari suatu
komunitas / etnis masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang merupakan
produk pangan sangat tergantung dari faktor pertanian di daerah
tersebut dan merupakan produk dari budaya juga.
Dengan demikian
pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada
sistim sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar,
maka pangan / makanan harus berada di dalam kendali kebudayaan itu
sendiri.
Dengan populasi sekitar 245 juta jiwa pada tahun 2013,
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar ke-empat di dunia. Sebagian
besar warga yang ada, menggunakan salah satu dari 748 bahasa suku, yang
tercatat resmi ada di Indonesia, sebagai bahasa ibu mereka.
Untuk
diketahui, ada lebih dari 300 kelompok etnis di Indonesia atau tepatnya
1,340 suku di berbagai daerah, yang memiliki suku asli atau sub-suku
pribumi yang mendiami tanah leluhur Indonesia sejak jaman dahulu.
Kesemua kelompok etnis ini memiliki berbagai macam jenis masakan
hidangan tradisional kuliner.
Kuliner Indonesia pada umumnya
merupakan warisan tradisional para leluhur nenek moyang. Jarang
diketahui atau dilihat ada inovasi baru terhadap resepi hidangan makanan
Indonesia, terkecuali akomodasi terhadap masakan menu dari etnik
pendatang yang bisa diabsorb oleh penduduk lokal setempat.
Meskipun
sejarah memperlihatkan sebagian besar etnik Indonesia mengalami masa
kolonialisme atau migrasi etnik pendatang dari luar, percampuran budaya
resepi masakan luar tidak begitu besar mempengaruhi “local heritage
cuisine” yang ada. Umumnya pengaruh itu hanya berkisar pada bahan baku
dan bumbu, sedangkan subtansinya masih sama.
Sebagai negara
multi-agama, budaya Indonesia tak lepas dari nilai-nilai religinya. Hal
ini ternyata juga tersirat dalam berbagai sajian makanan kuliner
Indonesia yang pada umumnya mempunyai arti nilai ritual dari kepercayaan
masyarakatnya, yang diwariskan dari para leluhur nenek moyang mereka.
Karena
itu lazim dalam komponen gastronomi di Indonesia ada unsur tambahan
yakni asal usul sejarah, nilai ritual, filosofi, identitas dan akar jati
diri kebangsaan.
Disamping itu, makanan Indonesia mencerminkan
karakteristik yang disiapkan oleh dan untuk lingkungannya, dimana proses
pematangan hidangan merupakan bagian dari kebudayaan lokal, yang
meliputi cara, bahan dan alat yang digunakan.
Umpamanya, makanan
yang lazim dimakan oleh orang Jawa belum tentu lazim bagi orang Bugis.
Misalnya ikan lele yang banyak dikonsumsi oleh orang Jawa bagi orang
Bugis justru kurang menyukainya. Contohnya ubi sebagai makanan pokok
orang Papua karena banyak tersedia di wilayah tersebut.
Nilai
yang terkandung dalam makanan Indonesia tergantung dari proses
pematangan atau kandungan alami yang ada pada bahan makanan. Makanan
yang dikonsumsi (mentah atau diolah) merupakan bagian dari kebudayaan
lokal. Makanan yang diolah dari bahan-bahan mentah (seperti rujak,
lalapan, lawa’) adalah sebuah bentuk kebudayaan. Lalapan: sayuran segar
yang lazim disantap oleh orang Jawa. Lawa’: jenis makanan mentah yang
diolah dari ikan, cuka/jeruk, kelapa & bumbu tertentu adalah salah
satu jenis makanan orang Bugis.
Perbedaan sumber daya alam dan
keahlian lokal menghasilkan produksi makanan Indonesia yang unik. Salah
satu hal utama yang mendorong identitas itu adalah gastronomi sebagai
warisan budaya lokal.
Kedudukan nilai - nilai budaya lokal ini
pada tiap masyarakat tentu tidak sama, demikian pula orientasi dari
nilai - nilai itu pada tiap komunitas lainnya. Makanan dalam konteks
kultur nilai - nilai budaya Indonesia meliputi pilihan rasional terhadap
jenis makanan, cara memasak, kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan
kolektif, kepercayaan, dan pantangan - pantangan yang berkaitan dengan
produksi, persiapan dan konsumsi makanan.
Kuliner Indonesia
merupakan salah satu hasil aktifitas kebudayaan dari suatu masyarakat
setempat, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Kedua unsur ini
menyatu dalam satu struktur kebudayaan yang secara sadar digerakkan oleh
masyarakat tersebut.
Dengan menyesuaikan terhadap kondisi
geografik, masyarakat Indonesia menyusun dan mengolah masakan dengan
kebiasaan yang mereka ciptakan sendiri. Struktur kebudayaan yang
bergerak, mengandung suatu manifestasi / ide / gagasan yang wajib untuk
ditafsirkan. Dengan kata lain, mengandung suatu makna filosofis bagi
masyarakat setempat. Pemasukan gagasan kebudayaan tersebut ditujukan
untuk memberikan nilai yang kemudian akan diturunkan ke generasi
berikutnya.
Dalam kuliner Indonesia, makna filosofis yang
biasanya terkandung didalamnya dapat ditandai dengan penggunaan bahan
masakan. Artinya setiap bahan dasar masakan memiliki fungsi maknanya
sendiri, bukan hanya sekadar hasil akhir untuk “dimakan” melainkan
hidangan tersebut membawa satu makna filosofis yang mendalam bagi
masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan masakan berasal dari alam dan
akan semuanya itu dikembalikan lagi ke alam.
Penggunaan masakan
sebagai representasi filosofis masyarakat bukan tanpa sebab, sejak zaman
dulu manusia Indonesia telah mengenal kebiasaan untuk mempersembahkan
sesaji. Seperti yang terjadi di zaman pagan (agama penyembah alam)
dimana dalam masyarakat pagan, mereka menggunakan daging binatang buruan
sebagai sesaji.
Contoh konkrit nilai filosofi antara lain ada
pada hidangan makanan tradisional seperti Tumpeng (Jawa, Madura &
Bali), Rendang (Padang), Ikan Arsik (Batak), Jong Labar (Karo), Lawar
(Bali) atau Ketupat (Jawa) dan lain sebagainya.
Dengan demikian,
suatu kebudayaan menciptakan cara tersendiri untuk merepresentasikan
makna filosofis yang dipercayai oleh tiap pelaku kebudayaan dalam bentuk
hidangan kuliner. Pembaharuan ide / gagasan yang mendiami suatu
hidangan kuliner merupakan hal yang memang semestinya terjadi, karena
zaman semakin berubah dan hal-hal yang baru akan selalu ada, misalkan
dengan pergeseran maknanya.
Meskipun hal ini tidak dilakukan
dengan sengaja, namun benturan antara manifestasi kebudayaan lama dengan
kebudayaan baru akan selalu menghasilkan satu perpaduan, yang jika
dicermati masih mengandung ide – ide lama dan ada bagian sendiri bagi
ide-ide baru.
Dengan demikian masakan - makanan Indonesia
mengandung satu manifestasi gagasan kebudayaan yang berlangsung di dalam
suatu masyarakat, dimana manifestasi ini berupa nilai yang kemudian
akan diturunkan pada generasi berikutnya.
4. Dari sisi Etiket Kuliner :
Setiap
daerah atau negara pasti mempunyai cara makan yang berbeda. Walaupun
sudah ada peralatan modern tidaklah mengubah pola makan yang sudah ada
terkecuali menyesuaikan adat setempat.
Beberapa keunikan makanan
Indonesia adalah dalam ciri khas perlengkapan makanannya yang hanya
menggunakan piring cekung, sendok dan garpu. Makanan Indonesia umumnya
dimakan dengan menggunakan kombinasi alat makan sendok pada tangan kanan
dan garpu pada tangan kiri, meskipun demikian di berbagai tempat
(seperti di Jawa dan Sumatera) juga lazim didapati makan langsung dengan
tangan telanjang.
Ciri keunikan lainnya adanya kobokan, yang
merupakan semangkuk air kran dengan irisan jeruk nipis agar memberikan
aroma segar yang digunakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan dengan menggunakan tangan telanjang.
Makanan pembuka, utama
dan penutup biasanya jadi satu. Orang Indonesia memang suka praktis,
sehingga bisa dilihat suka makan satu piring dengan makanan pembuka,
utama dan penutup jadi satu.
Waktu makan untuk kawasan Indonesia
bagian barat, biasanya makanan dimasak pagi menjelang siang untuk
disantap pada tengah hari untuk makan siang.
Umumnya keluarga
Indonesia tidak menetapkan waktu pasti untuk makan bersama dimana semua
anggota keluarga harus hadir. Karena alasan ini maka kebanyakan makanan
dibuat agar awet dan tetap dapat dimakan walaupun dibiarkan dalam suhu
ruangan selama beberapa jam. Seringkali masakan yang sama dihangatkan
kembali untuk makan malam.
Selain itu orang Indonesia sangat
menjunjung tinggi rasa sosialisasi di atas segala-galanya. Masyarakat
Indonesia mempunyai tradisi etiket makan yang dilakukan dengan cara
duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah
ditentukan.
Kebiasaan etiket lain yang mungkin jarang ada di
masyarakat barat, saat makan masyarakat Indonesia tidak boleh
mengeluarkan suara karena dianggap kurang sopan.
Ada juga yang
unik pada sebagian orang Indonesia adalah suka makan di atas lantai dan
tidak terlalu suka makan duduk di kursi seperti orang barat. Saat makan,
laki-laki duduk bersila, sedangkan wanita duduk dengan merapatkan lutut
kakinya sebagai tanda kesopanan.
5. Dari sisi Rasa :
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki berbagai macam makanan daerah
yang masing-masing mempunyai ciri khas dan bahkan tidak dimiliki oleh
berbagai makanan dari luar lainnya.
Variasinya sangat beragam
dengan cita rasanya yang tinggi. Hal pertama yang membedakan makanan
Indonesia dengan makanan lainnya dari luar adalah kayanya bumbu dan
rempah yang digunakan dalam memasak makanan. Dengan demikian makanan
yang ada memiliki rasa yang sangat kaya dengan rempah-rempah.
Selain
itu teknik memasak yang digunakan untuk menyajikan makanan juga
cenderung lebih rumit dan memerlukan keahlian tinggi. Misalnya untuk
satu menu soto, variasinya sangat beragam dan rasanya juga cenderung
berbeda karena adanya bumbu tertentu yang ditambahkan atau dikurangi
dalam membuatnya.
Masakan Indonesia memang terkenal memiliki rasa
yang alami, yang didapat dari pengolahan dan bahan asli yang bersumber
dari alam. Makanan Indonesia lebih mementingkan cita rasa yang dibuat
dari bahan dan rempah yang baunya menyengat dan banyak berlemak.
Hal
tersebut kerap ditemui pada masakan asli Indonesia dimana segala macam
jenis masakan selalu memprioritaskan kualitas keaslian dari rasa, aroma,
cita rasa maupun tampilan dengan daya tarik tersendiri
Berbeda
dengan masakan luar, yang cenderung menggunakan bahan buatan dalam
menguatkan citra masakan, baik itu dari segi rasa, aroma maupun
penampilan, sebagian besar menggunakan bahan buatan. Teknik memasaknya
juga cenderung tidak rumit, kurang berbumbu atau bersantan, dan proses
penyajiannya juga jauh lebih mudah.
Nenek moyang leluhur
Indonesia mengatakan, jika banyak mengkonsumsi masakan dengan
menggunakan bahan asli dari alam maka jauh lebih baik untuk kesehatan
daripada mengkonsumsi masakan yang dipenuhi dengan bahan buatan.
Di bawah ini disampaikan beberapa ulasan singkat mengenai rasa masakan – makanan lokal daerah di Indonesia.
a. Bali :
Seperti
kebanyakan masyarakat di Indonesia, makanan utama masyarakat Bali
adalah adalah beras yang dimakan dalam kombinasi dengan masakan sayuran.
Dari segi komposisi, masakan masyarakat Bali cukup keras, tetapi
memiliki presentasi yang kaya.
Berbeda dengan di pulau-pulau
lain, makanan masyarakat Bali mengandung sedikit daging, ayam atau
unggas lainnya, tapi kaya akan sayuran. Meskipun dikelilingi oleh laut,
ikan bukan merupakan makanan favorit masyarakat Bali.
b. Batak :
Masakan
Batak lebih menampilkan tradisi memasak asli suku bangsa Austronesia
yang menggunakan berbagai macam bumbu atau resep yang unik dengan rasa
pedas. Bumbu yang paling banyak digunakan dalam masakan Batak adalah
penggunaan rempah andaliman (merica Batak), dan untuk segala jenis arsik
ikan mas digunakan bawang Batak. Sambal Tuktuk misalnya menggunakan
campuran andaliman.
Bumbu-bumbu lainnya yang lazim digunakan
dalam masakan Batak antara lain jeruk purut dan daun salam, ketumbar,
bawang merah, bawang putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas, dan
kunyit.
Karena Suku Batak selama sekian abad hidup relatif
terisolasi dan mempertahankan sistem kepercayaan nenek moyang mereka,
banyak unsur asli budaya mereka yang tetap bertahan, termasuk seni
kuliner masakan - makanan Batak.
c. Betawi :
Ciri khas
hidangan Betawi adalah citarasa gurih dan sedap. Perjalanan sejarah
Betawi tentu saja mempengaruhi budaya dan pola kehidupan masyarakat
Betawi. Salah satunya terlihat dari keragaman kulinernya. Pengaruh
tradisi China misalnya tampak dari beberapa jenis makanan Betawi.
Contohnya
penggunaan bahan dasar tahu dan masakan berbahan ikan seperti ikan Cing
Cuan. Yang terakhir ini adalah sajian dari ikan ekor kuning atau ikan
pisang-pisang yang diberi bumbu tauco.
Selain China, masakan
Betawi juga dipengaruhi oleh budaya Arab dan Eropa. Jika Anda menyantap
Nasi Kebuli atau Gule itu adalah sajian khas Betawi yang kuat
dipengaruhi budaya Arab. Sementara sentuhan budaya Eropa, terasa pada
sajian khas Betawi seperti Semur Jengkol atau Lapis Legit. Semur (bisa
juga Gabus Pucung) dan Lapis Legit sangat dipengaruhi oleh Steak dan
Cake dari Eropa.
d. Jawa :
Hidangan masakan masyarakat
Jawa pada umumnya ringan, lembut dalam rasa, manis dan pedas. Pada
umumnya perkembangan masakan Jawa di pengaruhi dari budaya gaya kuliner
India atau Belanda, meski masih dalam koridor keaslian mereka.
Ada
yang berbeda dari karakter gaya masakan di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Madura. Hidangan masakan Jawa Barat pada umumnya manis
dan asam serta sering menggunakan santen. Hidangan masakan Jawa Tengah
pada umumnya ringan dan manis dengan banyak menggunakan gula jawa.
Sedangkan hidangan makanan Jawa Timur dan Madura cenderung kurang manis
dan pedas dibandingkan dengan orang-orang Jawa Tengah
Meja makan
di Jawa menjadi saksi persilangan budaya. Makanan yang ada di meja
merupakan hasil persilangan budaya yang berlangsung mulus hingga mereka
yang berada di samping meja makan akan puas seusai mengkonsumsi sajian
yang tersedia meski mungkin mereka memiliki latar belakang berbeda.
Kuliner
Jawa menyimpan riwayat pelangi budaya dari berbagai peradaban di dunia.
Kecenderungan intoleransi terhadap kemajemukan yang kini menjadi
persoalan bangsa tidak ditemukan di meja makan di Jawa. Ratusan tahun
persinggungan berbagai budaya dunia telah menghasilkan makanan-makanan
khas di Pulau Jawa yang tanpa disadari telah menjadi simbol kerukunan
dalam kemajemukan.
Namun bisa dikatakan sementara, walaupun ada
pengaruh kuat budaya seni memasak dari bangsa etnik pendatang, masakan
Jawa masih tetap berkembang dengan teknik memasak asli nusantara.
e. Minahasa :
Masakan
orang Minahasa (Manado) hampir semuanya pedas mulai dari sup hingga
hidangan utamanya. Selain itu, hidangan Manado pada umumnya disandarkan
pada bumbu segar seperti daun kemangi, daun jeruk, daun sereh, daun
bawang, daun gedi, daun bulat, daun selasih, daun cengkeh, daun pandan,
cabai, jeruk limo, lemon cui, jahe dan lainnya.
Umumnya orang
Minahasa memasak secara tradisional sejak dulu. Jika meracik masakan
pada umumnya mereka tidak pernah memakai bahan-bahan penyedap sebagai
tambahan agar masakan itu terasa lebih lezat. Bahkan jika ditambahkan
bumbu penyedap, rasa dan aromanya berbeda.
f. Minangkabau :
Secara
umum masakan Minangkabau (dan Sumatera lainnya) kaya akan bumbu,
rempah-rempah, santan dan terkenal dengan rasa pedasnya karena mengalami
banyak pengaruh dari India.
Ciri utama makanan pokok (lauk
pauknya; daging, ikan dan sayur-sayuran) Minangkabau umumnya berasa
pedas dengan bumbu yang beragam, sedangkan makanan penutup (parabuang)
umumnya manis. Proses pembuatan lauk pauk dan parabuang tersebut umumnya
membutuhkan waktu yang lama. Umumnya lauk-pauk dan parabuang memakai
santan kelapa.
Hidangan masakan Minangkabau sangat beragam
tergantung kepada selera dan kondisi. Tetapi yang jelas, bahwa makanan
masyarakat Minangkabau baik makanan sehari-hari atau makanan tradisi,
mereka tidak mengenal bumbu-bumbu penyedap, bumbu-bumbu pengawet dan
bumbu-bumbu penyegar.
6. Dari sisi Resep :
Pada dasarnya
tidak ada satu bentuk tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih kepada
keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh
kebudayaan masyarakat setempat serta pengaruh asing.
Makanan
pokok bangsa Indonesia adalah nasi yang terbuat dari beras lokal,
kecuali di Maluku dan Irian Jaya di mana sagu, kentang, dan singkong
lebih umum dikonsumsi.
Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi
nasi putih, ketupat atau lontong (beras yang dikukus) merupakan makanan
pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia yang dihidangkan dengan lauk
daging dan sayur. Namun untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga
jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar. Bentuk lanskap penyajiannya
disajikan di sebagian besar makanan Indonesia sebagai makanan pokok
dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur di sisi piring.
Seperti
negara-negara di daerah Asia Tenggara, makanan lauk pauk di Indonesia
disajikan lebih sedikit dibandingkan dengan makanan pokoknya. Jenis
makanan lainnya adalah sup atau sayuran serta lauk-pauk utama.
Untuk
kawasan Indonesia bagian timur, masyarakat setempat lebih dipengaruhi
oleh budaya kepulauan Pasifik, seperti di Papua dan Timor, sumber
karbohidrat didapat dari sagu atau umbi-umbian.
Apapun jenis
masakannya, sering kali dilengkapi dengan sambal yang memberi cita rasa
pedas bagi kebanyakan makanan. Indonesia merupakan surganya sambal. Di
negeri ini ada begitu banyak varian sambal. Nyaris setiap daerah
memiliki kekhasan jenis sambal dengan cita rasanya masing-masing. Bagi
sebagian besar orang Indonesia, tidak nikmat rasanya bila makan tanpa
ditemani sambal atau tanpa cita rasa pedas pada makanan.
Selain
surganya sambal, kerupuk mendapat tempat yang istimewa. Bagi kebanyakan
orang Indonesia, bukan makan namanya bila tanpa kerupuk. Padahal, dari
segi kandungan gizi, boleh dibilang nihil, bila dibandingkan dengan
sebiji telur ayam. Begitulah faktanya.
Pulau Maluku yang
termahsyur sebagai "Kepulauan Rempah-Rempah", juga menyumbangkan tanaman
rempah asli Indonesia kepada seni kuliner dunia. Seni kuliner kawasan
bagian timur Indonesia ini mirip dengan seni memasak Polinesia dan
Melanesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat
ditemukan di beberapa negara di benua Asia. Masakan Indonesia yang
populer seperti sate, rendang, dan sambal juga digemari di Malaysia dan
Singapura. Bahan makanan berbahan dasar dari kedelai, seperti variasi
tahu dan tempe, juga sangat populer. Tempe dianggap sebagai penemuan
asli Jawa, adaptasi lokal dari fermentasi kedelai. Jenis lainnya dari
makanan fermentasi kedelai adalah oncom, mirip dengan tempe tapi
menggunakan jenis jamur yang berbeda, oncom sangat populer di Jawa
Barat.
Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, dan ayam adalah
bahan yang penting. Sambal, sate, bakso, soto, dan nasi goreng merupakan
beberapa contoh makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia setiap
hari. Selain disajikan di warung atau restoran, terdapat pula aneka
makanan khas Indonesia yang dijual oleh para pedagang keliling
menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini menyajikan bubur ayam,
mie ayam, mi bakso, mi goreng, nasi goreng, aneka macam soto, siomay,
sate, nasi uduk, dan lain-lain.
Rumah makan Padang yang
menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk,
mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia. Selain itu Warung Tegal
yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau
juga tersebar luas. Nasi rames atau nasi campur yang berisi nasi beserta
lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum,
seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus.
Di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi
rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual
di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan kecil semisal
kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya
berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu.
Namun
secara singkat bisa dikatakan, resep masakan-makanan Indonesia
dipengaruh oleh budaya lokal suku-etnis yang bersangkutan, yang telah
membentuk perbedaan terhadap khazanah menu, pola, tekstur dan nama,
dikarenakan :
a. Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap
komunitas – etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan
karena perbedaan bahan dasar / adonan dalam proses pembuatan. Contoh:
orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedele, orang Timor jenis
menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orang Ambon jenis
menu makanan berasal dari sagu.
b. Adanya perbedaan pola makan /
konsumsi / makanan pokok dari setiap suku-etnis ; Contoh : orang Timor
pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan lebih kepada
beras.
c. Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan bentuk
fisik makanan dari setiap suku-etnis; Contoh : makanan orang Padang cita
- rasanya pedas; orang Jawa makananya manis; dan orang Timor makanannya
selalu yang asin.
d. Adanya bermacam jenis nama dari makanan
tersebut atau makanan khas berbeda untuk setiap daerah; Contoh : Soto
Makasar berasal dari daerah Makasar- Sulawesi Selatan; Jagung ”Bose”
dari daerah Timor-Nusa Tenggara Timur.
CATATAN PENUTUP
Berdasarkan
gambaran naratif (pikiran, ide dan gagasan) yang dikemukakan di atas,
maka dapat dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi identitas
gastronomi Indonesia. Sementara identitas ini terus berkembang secara
evolusioner. Identifikasinya dapat memberi pengetahuan dan perkiraan
terhadap pengaruh dari faktor - faktor itu secara umum terhadap rasa
yang berlaku, tekstur dan karakteristiknya.
Citarasa, etiket dan
resep masakan - makanan Indonesia dilahirkan melalui interaksi multi –
etnik yang terus menerus secara evolusi, fashionable, tradisional dan
berbudaya. Semua masakan dan tradisi gastronomi Indonesia diciptakan
melalui perpaduan dari bahan-bahan serta teknik sebagai akibat dari
perpaduan beragam budaya, pengaruh etnis maupun sejarah dengan
pembatasan ketersediaan produk dan kecakapan teknik memasak.
Akademi Gastronomi Indonesia