".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Thursday, 14 May 2015

Adab Tatakrama Makan Orang Arab

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Lain Bangsa lain pula kebudayaannya, termasuk di dalamnya terdapat perbedaan makanan dan cara memakannya. Mari kita coba melihat bagaimana cara orang Arab makan. Seperti diketahui Bangsa Arab adalah salah satu dari etnik pendatang yang hadir  sejak lama di bumi Nusantara sebelum negara Republik Indonesia berdiri. Bangsa ini telah membawa dan mengakulturasi ragam budaya dan resepi makanan mereka sampai kepada perbedaannya cara makannya. Perbedaan soal makanan itu dimulai dari bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk membuat makanan, kemudian cara memasak, menyajikan sampai adab dan tatakrama makan-makanannya.

Jika orang Arab makan, kita orang Ajam (sebutan bagi orang bukan Arab) pasti akan terkaget-kaget. Hal itu wajar, permasalahannya budaya kebiasaan makan orang Arab berbeda dengan budaya kebiasaan makan orang Indonesia. Jika melihat orang Arab makan, kita orang Ajam pasti akan terkagum-kagum, soalnya jika orang Arab makan pasti porsinya banyak.

Orang Arab itu makan ayam lauknya nasi, karena lebih banyak ayam dari pada nasinya. Seekor ayam goreng misalnya cukup untuk makan satu orang. Berbeda dengan orang Indonesia, sukanya makan ayam pahanya saja. Terkadang jika yang mau makan banyak tetapi hanya ada sepotong paha, maka dipotong kecil-kecil sampai mencukupi untuk makan berbanyak orang. Makanya orang-orang Arab besar-besar, berbeda dengan orang Indonesia yang kerempeng-kerempeng

Sebelum makan alangkah baiknya mempersiapkan tempat untuk makan. Biasanya orang Arab menggelar karpet atau tikar atau kain yang panjang dan diatasnya diletakkan berbagai macam makanan. Mereka lebih suka makan dengan cara lesehan. Ada juga yang menggunakan meja makan lengkap dengan peralatannya, tetapi tidak ada sendok, garpu, pisau dan lainnya. Meja makannya pun begitu panjang. Jadi anjurannya ketika makan carilah lokasi yang berdekatan dengan makanan. Jika Anda ingin makanan yang agak jauh dari kita maka permisi dulu tidak boleh asal ambil, itu pun kalau bisa menggambil. Persoalannya meja makannya begitu panjang.

Makanan Arab pun bermacam-macam, seperti bermacam-macamnya makanan di Nusantara. Mulai dari kurma atau tamra (bahasa Arabnya), kismis, yogurt, sampai makanan besar dari daging dan roti-rotian. Kebanyakan makanan Arab berdaging, kambing atau semacam roti-rotian yang keras kalau sudah lama.

Orang Arab lebih suka makan dengan cara berjama’ah, atau bareng-bareng satu nampan besar untuk berbanyak orang. Hal ini mengikuti sunnah rasul, karena makan berjama’ah akan mempererat persaudaraan dan menyebabkan turunnya barakah pada makanan.

Orang Arab, lebih suka makan menggunakan tangan kanan dan ambil porsi kedua. Jadi jika suatu saat nanti salah satu dari kita orang Ajam makan bersama orang-orang Arab, jangan sekali-kali mencari-cari letaknya sendok dan garpu dimana, kecuali jika makanan yang akan dimakan berkuah, pasti akan tersedia sendok bukan garpu. Tetapi jangan berpikiran macam-macam dulu (rasa jijik misalnya karena mungkin makanan yang disuapkan ke mulut terjatuh dan tercampur di nampan), karena ada sunnah yang lain seperti tidak boleh mengembalikan makanan yang tersisa ditangan ke tempat makan atau nampan.

Dianjurkan menggambil makanan sedikit-sedikit saja, jangan sampai ditangan masih ada sisa kemudian dikembalikan ke nampan. Orang Arab saat makan mengambil lauk pauk secukupnya, sekedar apa yang mampu mereka habiskan. Lebih baik nambah berulang-ulang kali dari pada bersisa. Apalagi jika selesai makan orang Arab suka membersihkan jari-jari mereka dengan mulut (dengan menjilat-jilat). Kebiasaan ini dikarenakan orang yang makan tidak mengetahui barakah makanannya ada di mana, oleh karena itu jika orang Arab makan tidak akan ada sebutir nasi pun yang tersisa, semuanya ludas masuk ke perut.

Namun jika kita orang Ajam diundang dalam perjamuan makan orang Arab maka perlu diketahui bahwa budaya Arab sangat menekankan pentingnya menghormati tamunya. Jika kita orang Ajam diundang ke rumah seorang Arab untuk makan malam, copot sepatu sebelum masuk dan beri salam tuan rumah di dalam. Tuan rumah akan memberikan yang terbaik untuk memastikan tamunya sangat nyaman dengan menghidangkan makanan dalam jumlah banyak untuk memastikan setiap tamu menjadi sangat puas. 

Tuan rumah umumnya ingin selalu menunjukkan kemurahan hati mereka dan tamu mungkin akan diminta untuk mengambil porsi kedua atau bahkan ketiga. Meninggalkan sisa makanan di piring saat selesai makan dianggap menghina. Jika tidak menghabiskannya, mereka akan terus mengisinya untuk kita. Selain itu cobalah untuk tidak menjatuhkan makanan apapun, tetapi jika secara tidak sengaja kita menjatuhkan makanan, misalnya roti Arab, ambillah, bersihkan, cium, dan naikkan roti tersebut ke dahi sebelum memasuki lagi ke mulut. Gerakan tersebut adalah tanda penghormatan terhadap makanan dan  juga mengikuti sunnah.

Selain itu tuan rumah dan anaknya harus yang paling akhir untuk memulai makan sebagai tanda penghormatan terhadap tamu, dan bahkan ketika tuan rumah sebenarnya telah selesai makan, ia akan meneruskan seolah‐olah ia masih makan sampai semua orang telah selesai makan untuk memastikan para tamu tidak terburu‐buru menyelesaikannya. 

Bersendawa ketika makan apalagi pada saat makan bersama memang sesuatu yang buruk. Bahkan bisa jadi akan ada tangan yang mendarat telak di wajah anda karena anda telah melakukan suatu perbuatan yang dianggap tidak sopan. Namun, bagi orang Arab bersendawa dalam acara perjamuan makan justru menjadi sebuah penghormatan bagi yang menjamu makan (tuan rumah). Dengan bersendawa itu menandakan bahwa tamu kenyang dan puas dengan makanan yang disediakan.

Terakhir, jika suatu saat kita orang Ajam berkesempatan makan bersama orang Arab janganlah terlalu banyak persiapan. Cukup sediakanlah tangan yang bersih saja serta senyuman yang manis, niscaya kita dapat menikmati dan tentu saja kenyang. Apalagi kalau kita orang Ajam diundang makan di restoran, adalah adat orang Arab yang membayarnya.