".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Friday 15 May 2015

Ciri Khas Makanan Sunda


Makanan tradisional Sunda memiliki keunikan yang khas jika dibandingkan dengan makanan tradisional lain. Secara umum, makanan tradisional Sunda cenderung asin, memiliki ciri kesegaran dalam penggunaan bahannya, yakni sayur-sayuran mentah setempat (lalapan), sambal terasi, tahu-tempe, ikan asin, olahan pepes. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat tradisional Sunda yang dekat dengan alam. Selain mata pencaharian utamanya adalah bertani, masyarakat tradisional Sunda mempunyai lingkungan alam yang eksotik.

Lalap terkenal dimakan dengan sambal dan juga karedok menunjukkan kegemaran orang Sunda terhadap sayuran mentah segar. Berbeda dengan masakan Minangkabau yang kaya rasa dan pedas dengan kandungan bumbu kari dan santan yang kental, masakan Sunda menampilkan citarasa yang ringan, sederhana, dan jelas; berkisar antara gurih asin, asam segar, manis ringan, dan pedas.

Masakan tradisional atau Asakan tradisional khas Sunda zaman dulu memiliki rasa pedas yang dominan. Sebab hampir di setiap masakan sayur maupun daging olahan peninggalan para leluhur zaman dulu itu selalu menggunakan cabai sebagai bumbu yang sengaja dibuat sebagai penghangat tubuh di tengah iklim yang sejuk. Kalau pun tidak memakai bumbu pedas, pastilah ada sambal yang dihidangkan bersama lalapan segar.
 
Dalam khazanah kuliner Parahyangan, sambal bisa mencapai puluhan jenis. Sambal dadakan di antaranya atau juga sambal combrang, sambal cibiuk, sambal bajak, sambal kacang, dan sambal hejo. Banyak juga Asakan tradisional Sunda jaman dulu yang memakai cabai sebagai bumbu. Seperti sambal goreng ati kentang, sambal goreng kentang mustofa, ase cabe hejo, rendang jengkol, oblo-oblo tempe peuteuy cabe hejo, kadedemes atau oseng kulit sampeu, dan lainnya.

Sambal terasi adalah bumbu penyerta yang paling lazim dalam hidangan Sunda, dimakan dengan lalap atau tahu dan tempe goreng. Sayur asem dengan kuah berbumbu asam jawa mungkin adalah sayur yang paling populer dalam hidangan Sunda. Jenis sayuran populer lain adalah soto Bandung, sejenis soto dengan irisan daging sapi dan lobak, serta mie kocok, sejenis mi dengan daging sapi dan kikil.

Ada banyak jenis cabai yang dipakai untuk membuat sambal maupun bumbu masakan. Ada cabai hijau, cabai merah, cabai rawit atau cengek hejo, cengek beureum, cabai gendot, paprika, dan sebagainya. Orang Sunda sengaja menanam berbagai jenis cabai maupun sayuran di halaman rumah atau kebunnya masing-masing tanpa diberi pupuk kimia dan zat pengawet.

Selain pedas, makanan khas Sunda juga memiliki rasa manis (amis-amis) yang biasanya dikelompokkan sebagai makanan penutup. Di antaranya putri noong, kelepon, cocorot, gurandil, awug, katimus, misro, dan sebagainya. Ada juga minuman khas seperti es goyobod atau es cingcau. Satu kelompok makanan Sunda lagi biasa diistilahkan sebagai hahampangan atau makanan ringan. Di antaranya keremes, opak, kolontong, borondong, kalua jeruk, kerupuk melarat, semprong, dan lain sebagainya.

Ciri khas lainnya Asakan tradisional Sunda itu adalah dalam kreatifitasnya yang memanfaatkan bahan dasar yang bagi kebanyakan orang dianggap tidak bermanfaat. Misalnya tumis genjer yang bahan dasarnya diambil dari tanaman gulma di sela tanaman padi. Sayur kadedemes atau kulit singkong yang seringkali dianggap beracun, goreng impun garing yang terbuat dari ikan-ikan kecil yang hidup liar di sungai, atau tutut, hama keong yang hidup di sawah. Di masakan cumi hideung, warna hitamnya berasal dari tinta cumi yang sengaja tidak dibuang. Juga sambal goreng ati sapi atau asakan berbahan jeroan sapi dan ayam. Di beberapa negara bahan-bahan itu tidak diolah jadi makanan karena kadar kolesterolnya tinggi.

Ragam jenis masakan khas Sunda tidak kalah dengan kekayaan kuliner suku lainnya di Indonesia. Secara umum ada makanan pembuka seperti soto Bandung. Ada juga makanan utama pendamping nasi seperti hayam bakakak, cumi hideung, sambel goreng ati kentang, semur jengkol, ulukutek leunca, ase cabe hejo, oblo-oblo tempe peteuy cabe hejo, kasreng hejo kacang hejo, dan lainnya.

Keunikan makanan tradisional Sunda terdapat pada makanan jajanan. Makanan jajanan adalah kelompok makanan utama, ringan, pelengkap, dan pencuci mulut yang dijajakan atau dijual secara umum. Makanan tersebut bisa diperoleh pada penjual yang menetap (di pasar atau rumah makan) ataupun menjajakan makanannya secara keliling. Makanan jajanan biasanya disuguhkan dalam cara-cara yang unik, mulai dari teknik pembuatannya, desain kemasannya, hingga cara menjajakannya.

Variasi kemasan makanan jajanan tradisional salah satunya adalah dengan menggunakan pembungkus atau pincuk. Sebagai contoh, daun pisang adalah daun yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan. Selain murah dan mudah diperoleh dimana-mana, daun pisang berukuran lebar serta bisa tumbuh tanpa terlalu terpengaruh siklus musiman buah. Daun ini sering digunakan dalam keadaan basah (dipanaskan di dekat api). Kemasan makanan tradisional yang bersumber dari alam (daun, pohon, akar) sangat menggambarkan manusia tradisional yang hidup dari dan untuk alam.

Pasundan tidak hanya dikenal keindahan alam dan keramahan masyarakatnya, dan kalau bicara soal Asakan (makanan) juga tidak diragukan lagi keaneka-ragamannya, karena Pasundan memang kaya akan citra rasa kuliner yang khas. Apalagi Asakan khas Sunda memang di kenal dengan harga yang terjangkau oleh semua kalangan. Tidak heran jika masyarakat dari dari luar kota dengan sengaja datang ke daerah Jawa Barat untuk mencicipi masakan khas Sunda. Bahkan belakangan makanan tradisional ini banyak diburu para pecintanya.

Berbagai ciri khas Asakan tradisional Sunda merupakan wujud kekayaan cagar budaya yang bukan sekadar sebatas mengisi perut melainkan sebuah sensasi makanan khas suatu daerah.