".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Monday, 14 September 2015

Filosofi Makanan Tionghoa


Meskipun memiliki sejarah yang menarik yang membentang lebih dari 5000 tahun, sejarah kuliner Tiongkok hanya mulai didokumentasikan selama abad ke-5 SM dan berkembang di beberapa periode dinasti termasuk Han, Tang, Song Yuan, Ming dan Qing. Pengawasan pejabat kerajaan memainkan peran penting dalam pengembangan kuliner Tiongkok. Sebuah karya juru masak ditetapkan oleh aturan ketat yang ditentukan oleh kaisar dan pejabat senior. Selama 2000 tahun terakhir, masakan Tiongkok dimoderasi berdasarkan keseimbangan dan harmoni yang diambil dari pengaruh budaya, agama, batasan geografis dan filosofi yang berkembang.

Filosofi dari masakan Tionghoa adalah makanan itu harus memuaskan selera dan melengkapi rasa, betapapun sederhana bahan-bahannya. Seperti yang dipercaya oleh budaya bangsa lain, masyarakat Tiongkok juga mengenal beberapa makanan dengan makna filosofi-nya, beberapa diantaranya adalah :

Sajian Ayam
Sajian ayam melambangkan kesejahteraan dan totalitas atau sebagai simbol pernikahan yang langgeng. Makanya hidangan ayam senantiasa hadir dalam setiap perjamuan makan, baik ketika pernikahan ataupun imlek ataupun jenis perjamuan lainnya.

Sajian Bebek
Menurut budaya Cina, bebek adalah perlambang komitmen dan kesungguhan. Makanya hidangan bebek panggang berwarna merah, wajib ada dalam setiap pesta pernikahan. Kenapa merah ? Karena merah identik dengan kebahagiaan.

Sajian Mie
Mie di Tiongkok pertama kali dikonsumsi sekitar 206 SM pada jamannya pemerintahan Dinasti Han. Masyarakat Tiongkok yang suka akan simbolisasi kemudian mengaitkan mie dengan simbol dari kehidupan yang panjang (abadi) atau panjang umur serta rejeki yang melimpah dan karenanya secara tradisional mie disajikan sebagai pengganti kue ulang tahun dengan harapan bisa panjang umur panjang dan memperoleh rejeki yang melimpah. Dengan anggapan seperti itu, tidak mengherankan jika banyak anggota masyarakat Tiongkok yang menghadirkan mie sebagai hidangan wajib yang ada di suatu perayaan penting seperti tahun baru atau ulang tahun. Lebih jauh, orang Tionghoa juga percaya bahwa jika makan mie hendaknya tidak boleh terputus (atau dipotong), jika terputus itu menandakan tidak akan panjang umur atau dapat mendatangkan nasib buruk, hilangnya hal-hal positif dan baik, dan membawa kesialan bagi si pemakan mie tersebut. Jadi inilah salah satu alasan masyarakat Cina makan mie pake sumpit, mienya digulung atau disruput.

Sedangkan makna mie yang menggunakan mie kering dan berbentuk sarang burung, maka sarang burung itu menjadi salah satu simbol yang sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat di Tiongkok sebagai lambang dari ketekunan, kerja keras, dan sebagai tempat tinggal mereka. Hal ini mirip dengan perilaku burung yang membuat sarangnya dengan penuh ketekunan dengan menyusunnya batang demi batang ranting ranting demi untuk mempersiapkan tempat yang nyaman bagi anaknya kelak dan aman bagi anaknya selama anaknya belum bisa terbang. Orang di Tiongkok pun menganalogikan sarang burung seperti negara mereka sebagai tempat yang akan membesarkan anak-anak mereka hingga dapat mandiri dan dapat berkelana ke seluruh dunia. Konsep berkelana ke seluruh dunia pada orang Tionghoa ini dikenal dengan konsep Tiongkok Raya. Selain itu untuk bahan tambahan yang ditaburkan di atas mie melambangkan kemakmuran negara tersebut.

Mie kering yang digunakan melambangkan bahwa Tiongkok pada awalnya adalah negara yang kemakmurannya sangat kurang dan kering. Kemudian di atas mie kering tersebut diberikan sedikit tambahan sayuran, udang, dan daging dan disiram kuah agar mie bisa menjadi agak lembek yang melambangkan kerja keras masyarakat Tiongkok agar negaranya tumbuh subur dan menjadi makmur seperti yang diharapkan oleh masyarakat Tiongkok.

Tahu
Banyak macam variasi tahu yang disajikan kuliner Tiongkok. Ada tahu tausi, tahu puding dan lain sebagainya. Namun khusus tahu putih tidak boleh disajikan saat perayaan Tahun Baru Imlek. Hal ini dikarenakan warna putih tahu melambangkan tentang kematian.

Kue-kue Manis
Kue kue yang bulat dan manis, melambangkan kebersamaan dalam keluarga, dan manisnya kehidupan.

Spring Rolls
Spring Rolls, bentuknya dan juga warnanya yang mirip batangan emas, dipercaya mendatangkan kesejahteraan.

Onde-Onde
Di berbagai tempat Tiongkok terdapat beragam onde-onde antara lain onde-onde Chengdu yang disebut Lai Tang Yuan. Menurut adat istiadat menyantap hidangan onde-onde pada hari Cap Goh Meh mengartikan reuni keluarga.

Buah- Buahan
Setiap buah yang disajikan memiliki makna dan arti tersendiri. Umumnya semua buah dibungkus dengan kertas minyak warna merah. Adapun arti dari buah pisang raja, agar nasibnya seperti raja. Buah delima, agar dilimpahi rejeki. Tebu dengan rasanya yang manis, memiliki pengharapan akan selalu disukai banyak orang. Jeruk Bali, sebagai lambang persatuan. Dan srikaya yang memiliki banyak biji, berarti makin banyak rejeki.

Manisan Buah
Manisan buah merupakan makanan wajib disajikan untuk sembahyang. Manisan dikemas dalam kotak segi enam, yang disebut tak sien kho, di dalamnya, ada delapan macam manisan, yaitu kana, lie merah, kurma, lie kuning, sun thai lie, kim kit ket, dan jeruk kering. Tujuan dari manisan buah, agar pikiran bisa menjadi selalu jernih serta kehidupan maupun jabatan di masa yang akan datang menjadi lebih terang dan bersinar