Cimpa Tuang adalah salah satu simbol salah satu makanan tradisional khas
dari daerah Tanah Karo. Rasanya gurih dan manis. Cimpa biasanya di
hidangkan pada saat Kerja Tahun (pesta kampung ) yang dirayakan setiap
tahun.
Kue ini sepintas lalu hampir mirip dengan kue Unti. Kue ini terbuat dari tepung beras (beras merah dan putih) sebagai bahan utamanya, sebagai isinya mengunakan gula yang di campur dengan kelapa parut, dan sebagai baju luarnya pada umumnya mengunakan daun pisang atau semacam daun palem. Tapi akan lebih afdol rasanya kalau cimpa dibungkus dengan daun singkut. Sejenis tanaman berdaun lebar yang tumbuh di daerah pegunungan dan biasa digunakan sebagai ganti tali pengikat juga obat-obatan.
Mengolahnya juga ada dua cara, ada yang dikukus dan ada juga yang di curah/panggang. Makanan dari ketan dengan inti kelapa dan gula merah ini sangat sedap. Campuran lada dan garam yang pas membuat rasanya tidak hambar. Kalau masyarakat Karo menyebut makanan tersebut "la mbergeh"
Seiring dengan cita rasa manusia yang semakin berkembang, maka cita rasa dari Cimpa ini pun makin beragam, banyak yang menambahkan isinya dengan cita rasa buah lain seperti durian. Jadi campuran isi dari kue Cimpa ini selain gula batak dan kelapa parut yang di sangrai ditambahkan dengan rasa buah lainnya, dan dapat menciptakan rasa dan aroma baru dari Cimpa tersebut.
Ada lima jenis cimpa yaitu, cimpa bohan, cimpa tuang, cimpa unung-unung, cimpa bicara siang (matah), cimpa gulame, cimpa lepat.
Cimpa Bohan dimasak dengan cara dimasukkan ke dalam buluh bambu kemudian di panggang di atas api sampai matang benar. Unik sekali cara pengolahannya. Memasak cimpa bohan ini lebih lama dibandingkan dengan lemang. Karena kandungan airnya jauh lebih sedikit, maka ruas-ruas batang bambu yang sudah diisi adonan harus dimasak dekat dengan api. Tapi harus dijaga agar masaknya merata dan sampai ke dalam. Seperti halnya cimpa yang lainnya, cimpa bohan juga terbuat dari tepung beras ketan hitam ataupun putih dicampur dengan kelapa dan gula.
Cimpa Tuang sudah agak jarang ada. Terbuat dari tepung pulut putih, sagu, telur, kelapa, dan gula merah yang dicampur menjadi satu adonan. Adonan ini lalu digoreng di atas panci yang sudah diolesi daging lemak sapi.
Cimpa Unung-Unung dibuat dari tepung pulut hitam atau tepung pulut putih yang dicampur dengan santan dan gula merah lalu dibungkus dengan daun pisang sebelum dikukus sampai matang.
Cimpa Bicara Siang (Matah). Seperti namanya matah yang berarti mentah, mengolah jenis cimpa satu ini tidak memerlukan bantuan api tetapi memnggunakan terik mata hari. Cimpa ini terbuat dari tepung pulut putih, dicampur dengan merica, kelapa, dan gula merah yang ditumbuk menjadi satu dalam sebuah wadah yang disebut lesung. Campuran yang telah menjadi merata tersebut kemudian dibuat sekepal-sekepal. Dalam masyarakat Batak Toba mirip dengan penganan pohul-pohul.
Kue khas Suku Karo ini biasa di sajikan bila ada acara besar, baik itu pesta pertemuan keluarga (Perpulungen), sampai pesta adat yang besar seperti perkawinan atau kerja tahun(Merdang Merdem), acara nujuh bulanan, pesta memasuki rumah baru, dsb. Sehingga Cimpa ini bisa disebut juga kue yang bisa kita dapat dan nikmati kala ada pesta, perpulungan, atau acara besar lainnya
Sumber Referensi Artikel:
- Eka Dalanta dalam Kompasiana
- Blog Tanah Karo Simalem
- Blog Karo Nabreka
Kue ini sepintas lalu hampir mirip dengan kue Unti. Kue ini terbuat dari tepung beras (beras merah dan putih) sebagai bahan utamanya, sebagai isinya mengunakan gula yang di campur dengan kelapa parut, dan sebagai baju luarnya pada umumnya mengunakan daun pisang atau semacam daun palem. Tapi akan lebih afdol rasanya kalau cimpa dibungkus dengan daun singkut. Sejenis tanaman berdaun lebar yang tumbuh di daerah pegunungan dan biasa digunakan sebagai ganti tali pengikat juga obat-obatan.
Mengolahnya juga ada dua cara, ada yang dikukus dan ada juga yang di curah/panggang. Makanan dari ketan dengan inti kelapa dan gula merah ini sangat sedap. Campuran lada dan garam yang pas membuat rasanya tidak hambar. Kalau masyarakat Karo menyebut makanan tersebut "la mbergeh"
Seiring dengan cita rasa manusia yang semakin berkembang, maka cita rasa dari Cimpa ini pun makin beragam, banyak yang menambahkan isinya dengan cita rasa buah lain seperti durian. Jadi campuran isi dari kue Cimpa ini selain gula batak dan kelapa parut yang di sangrai ditambahkan dengan rasa buah lainnya, dan dapat menciptakan rasa dan aroma baru dari Cimpa tersebut.
Ada lima jenis cimpa yaitu, cimpa bohan, cimpa tuang, cimpa unung-unung, cimpa bicara siang (matah), cimpa gulame, cimpa lepat.
Cimpa Bohan dimasak dengan cara dimasukkan ke dalam buluh bambu kemudian di panggang di atas api sampai matang benar. Unik sekali cara pengolahannya. Memasak cimpa bohan ini lebih lama dibandingkan dengan lemang. Karena kandungan airnya jauh lebih sedikit, maka ruas-ruas batang bambu yang sudah diisi adonan harus dimasak dekat dengan api. Tapi harus dijaga agar masaknya merata dan sampai ke dalam. Seperti halnya cimpa yang lainnya, cimpa bohan juga terbuat dari tepung beras ketan hitam ataupun putih dicampur dengan kelapa dan gula.
Cimpa Tuang sudah agak jarang ada. Terbuat dari tepung pulut putih, sagu, telur, kelapa, dan gula merah yang dicampur menjadi satu adonan. Adonan ini lalu digoreng di atas panci yang sudah diolesi daging lemak sapi.
Cimpa Unung-Unung dibuat dari tepung pulut hitam atau tepung pulut putih yang dicampur dengan santan dan gula merah lalu dibungkus dengan daun pisang sebelum dikukus sampai matang.
Cimpa Bicara Siang (Matah). Seperti namanya matah yang berarti mentah, mengolah jenis cimpa satu ini tidak memerlukan bantuan api tetapi memnggunakan terik mata hari. Cimpa ini terbuat dari tepung pulut putih, dicampur dengan merica, kelapa, dan gula merah yang ditumbuk menjadi satu dalam sebuah wadah yang disebut lesung. Campuran yang telah menjadi merata tersebut kemudian dibuat sekepal-sekepal. Dalam masyarakat Batak Toba mirip dengan penganan pohul-pohul.
Kue khas Suku Karo ini biasa di sajikan bila ada acara besar, baik itu pesta pertemuan keluarga (Perpulungen), sampai pesta adat yang besar seperti perkawinan atau kerja tahun(Merdang Merdem), acara nujuh bulanan, pesta memasuki rumah baru, dsb. Sehingga Cimpa ini bisa disebut juga kue yang bisa kita dapat dan nikmati kala ada pesta, perpulungan, atau acara besar lainnya
Sumber Referensi Artikel:
- Eka Dalanta dalam Kompasiana
- Blog Tanah Karo Simalem
- Blog Karo Nabreka