".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Saturday, 2 August 2014

Nasi Kebuli masakan khas Betawi ??

Tidak mudah mengiyakan tanpa menjelaskan tradisi di sekitar nasi kebuli. Sebab, bukan hanya etnis Betawi atau orang Indonesia yang mengenal nasi kebuli, tetapi juga negara lain seperti di Malaysia. Di beberapa kampung di Distrik Pahang dan Kuala Lipis, misalnya, nasi kebuli juga disajikan pada setiap acara peringatan Maulid Nabi atau pada acara tradisi setempat.

Hal serupa berlangsung di Jawa Timur, di Kampung Arab Empang dan Lelongok, Bogor, Jawa Barat, serta Masjid Keramat Luar Batang, Jakarta Utara. Acara diawali shalawat, lalu melantunkan riwayat nabi, disusul ceramah sejumlah ulama sebelum akhirnya sampai pada acara makan nasi kebuli bersama.

Di Indonesia, resep nasi kebuli diperkenalkan orang-orang Kerala, India. Karena kepiawaiannya memasak, mereka dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India. Selain berdagang, orang-orang Gujarat yang populer dengan sebutan sebagai orang Koja ini juga menyebarkan agama Islam dan tradisi mereka, termasuk makan nasi kebuli bersama. Kehadiran orang-orang Koja kemudian terdesak oleh kedatangan para pedagang dari Yaman Selatan yang juga membawa resep nasi kebuli.

Menurut Wahyuni Mulyawati dan Ilse Harahap dalam bukunya Hidangan Betawi (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007), resep nasi kebuli memang berasal dari Yaman Selatan atau Hadramaut. Namun, masyarakat Betawi yang sudah lebih dahulu mengenal resep nasi kebuli dari orang Koja tetap membuat nasi kebuli ala orang Koja.

Mereka menganggap resep nasi kebuli orang Koja yang lebih kaya rempah lebih dekat dengan lidah orang Betawi. Sampai sekarang, peranakan Hadramaut Betawi yang membuka warung nasi kebuli lebih banyak memilih resep orang Koja ketimbang resep asalnya. Karena lekat dengan tradisi Betawi, nasi kebuli akhirnya diakui sebagai masakan Betawi.

Tahun 1960-an, nasi kebuli tidak hanya disajikan pada acara-acara tradisi atau pada peringatan Maulid Nabi, tetapi mulai merambah ke pasar. Dalam upaya bisnis ini tetap bertahan, porsi, rasa, dan penampilannya pun diubah sesuai keinginan pasar yang berkembang.

Tempat populer
Saat ini masih ada beberapa warung nasi kebuli Betawi di Condet, Jakarta Timur. Maklum, kawasan tersebut kini menjadi kantong peranakan Hadramaut Betawi terbesar. Mereka awalnya tinggal di daerah Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat; dan Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur. Sebagian lagi berasal dari Pekalongan. Beberapa warung yang populer di sana adalah Restoran dan Catering Puas, Sate Tegal Abu Salim, Warung Sewun, dan Restoran Al Mukala.

Di luar Condet, ada Rumah Makan Ibu Layla, Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna di Jalan KH Abdullah Syafei Nomor 31 Jakarta Selatan, Restoran Sinbad di Petamburan, Jakpus, dan Special Curry di Jalan Galaxi Raya 299A, Bekasi Selatan.

Artikel ini diambil dari:
WIN © 2008 - 2009 Kompas