Kudus memang dikenal sebagai salah satu tujuan wisata religi, seperti
yang telah diketahui, Kudus merupakan kota dimana salah satu dari Wali
Songo dimakamkan. Selain sebagai wisata religi, kudus juga memiliki
beberapa kuliner yang sayang untuk dilewatkan. Selain jenang kudus dan
soto kudus, ada juga lentog tanjung yang menjadi makanan khas kota
Kudus. Konon, kata lentog tanjung berasal dari gabungan antara ciri-ciri
makanan tersebut dan nama daerahnya berasal. Lentog berasal dari kata
pulen dan montog, yang merupakan definisi dari bentuk serta rasa
lontongnya. Sedangkan untuk Tanjung, merupakan nama daerah dimana lentog
ini mulai dikenal masyarakat. Maka terciptalah nama Lentog Tanjung yang
kini sudah dikenal hingga ke beberapa kota lain. Lentog Tanjung juga
menjadi salah satu makanan khas kota Kudus yang banyak digemari hampir
seluruh lapisan masyarakat Kudus.
Biasanya lentog tanjung dinikmati sebagai menu untuk sarapan, terdiri dari 3 bahan utama, ada lontong yang dipotong kecil-kecil, sayur gori (nangka muda) dan lodeh tahu. Di sajikan di atas piring kecil yang dialasi daun pisang serta taburan bawang goreng, membuatnya semakin gurih saat disantap. Selain tampilannya yang sederhana, untuk memakannya juga tidak menggunakan sendok, namun menggunakan suru (sendok dari daun pisang). Meski tampilannya sangat sederhana, namun rasanya cukup menggugah selera untuk menambah lagi, karena porsinya tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk lauk pelengkapnya, ada sate telur, irisan bakwan atau kerupuk. Kuliner yang satu ini memang cukup sederhana, harganya juga sangat bersahabat. Untuk menikmati lentog tanjung hanya dibandrol sekitar Rp. 4.000 untuk setiap porsi.
Kini Lentog Tanjung sudah bisa ditemukan hampir di setiap sudut wilayah Kudus, namun kalau ingin menikmati di daerah asalnya, bisa singgah ke desa Tanjung Gang I, Kudus. Di sebuah ruas jalan terdapat hampir 20 kios yang berjajar rapi menyajikan menu lentog tanjung. Cita rasa lentong tanjung memang sedikit agak manis, namun masing-masing penjual memiliki ciri khasnya masing-masing dalam menonjolkan cita rasa lentog tanjung. Biasanya lentog tanjung hanya bisa ditemukan dari pagi sampai siang hari, lebih tepatnya sekitar jam 6 pagi sampai sekitar jam 11 siang setiap hari. Namun khusus weekend harus sedikit bersabar untuk menikmatinya, karena saat liburan atau weekend biasanya pengunjung meningkat hampir 2 kali lipat lebih.
Biasanya lentog tanjung dinikmati sebagai menu untuk sarapan, terdiri dari 3 bahan utama, ada lontong yang dipotong kecil-kecil, sayur gori (nangka muda) dan lodeh tahu. Di sajikan di atas piring kecil yang dialasi daun pisang serta taburan bawang goreng, membuatnya semakin gurih saat disantap. Selain tampilannya yang sederhana, untuk memakannya juga tidak menggunakan sendok, namun menggunakan suru (sendok dari daun pisang). Meski tampilannya sangat sederhana, namun rasanya cukup menggugah selera untuk menambah lagi, karena porsinya tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk lauk pelengkapnya, ada sate telur, irisan bakwan atau kerupuk. Kuliner yang satu ini memang cukup sederhana, harganya juga sangat bersahabat. Untuk menikmati lentog tanjung hanya dibandrol sekitar Rp. 4.000 untuk setiap porsi.
Kini Lentog Tanjung sudah bisa ditemukan hampir di setiap sudut wilayah Kudus, namun kalau ingin menikmati di daerah asalnya, bisa singgah ke desa Tanjung Gang I, Kudus. Di sebuah ruas jalan terdapat hampir 20 kios yang berjajar rapi menyajikan menu lentog tanjung. Cita rasa lentong tanjung memang sedikit agak manis, namun masing-masing penjual memiliki ciri khasnya masing-masing dalam menonjolkan cita rasa lentog tanjung. Biasanya lentog tanjung hanya bisa ditemukan dari pagi sampai siang hari, lebih tepatnya sekitar jam 6 pagi sampai sekitar jam 11 siang setiap hari. Namun khusus weekend harus sedikit bersabar untuk menikmatinya, karena saat liburan atau weekend biasanya pengunjung meningkat hampir 2 kali lipat lebih.