".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Monday 11 August 2014

Gastronomi = Lokal Genius

Ada keterkaitan mengapa gastronomi Indonesia menjadi topik yang menarik karena negara ini sangat kaya akan kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia sebagai negara yang dilintasi garis khatulistiwa sangat baik kesuburan tanahnya sehingga tumbuh lebih dari 1000 macam tanaman sayuran dan buah maupun rempah-rempah yang tidak tumbuh dinegara lain. Kekayaan rempah-rempah inilah yang sangat mendukung beragam macam kuliner yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil dari para ahli kuliner nusantara.

Namun ada kekhawatiran bahwa heritage makanan nusantara itu akan semakin pudar, karena persaingan seni kuliner dari negara lain yang sangat gencar masuk ke Indonesia. Ini perlu penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan dan fakta kekhawatiran itu dari segi disiplin gastronomi di Indonesia. Antara lain pengkajian tentang bagaimana menciptakan produk makanan nusantara dengan tetap menjaga keramahan lingkungan, memiliki gaya lokal, mampu bersikap ramah terhadap tamu. Disamping itu mengkaji apakan makanan nusantara tetap bisa menjaga keaslian daerahnya, bersikap dan berperilaku lokal namun tetap berfikir global. Akhirnya menampilkan makanan dan minuman yang otentik dan tetap menjaga kesederhanaan dari gastromomi itu sendiri.

Sebenarnya masakan di sebagian kawasan manapun ditentukan oleh banyak faktor, seperti antara lain:
1. Iklim dan metode memasak.
2. Kemampuan mengimpor bahan baku makanan dan minuman
3. Agama dan hukum menentukan masakan diperbolehkan atau dilarang.
4. Ketersediaan dan penggunaan bahan baku utama

Dari segi gastronomi atau yang lebih popular dikenal oleh masyarakat umum maka para gastronomis harus berinovasi dalam proses dan jasa pelayanan mengandalkan kreativitas, serta menggunakan sumber daya alam dan sumber daya manusia lokalnya. Salah satunya dengan memperhatikan konsep dasar kedaulatan pangan yang berbasiskan bahan baku lokal dalam usahanya di industri gastronomi. Caranya dengan memperhatikan ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan.  Selain itu juga memperhatikan tantangan dalam industri pangan dimana di masa mendatang  pasar akan semakin terbuka dengan adanya Pasar ASEAN menuju ASEAN Single market. Konsumen Indonesia semakin kritis maka perlu meningkatkan daya saing produk makanan dan minuman tradisional Indonesia yang berbasiskan bahan baku lokal.

Berbicara mengenai kedaulatan pangan, orang cenderung mengkaitkannya dengan perdagangan pangan dan politik ekonomi pemerintah dalam mengontrol stok dan harga dasar pangan. Pengkaitan itu selain menaruh harapan terselenggaranya kecukupan pangan bagi seluruh rakyat pada gantungan yang rentan fluktuasi harga dan ketersediaan pangan dunia, juga mengekspose rakyat pada kemungkinan menjadi korban politisasi pangan oleh negara. Gagasan kebutuhan akan kecukupan pangan hendaknya ditaruh pada pundak kemampuan rakyat sendiri. Oleh karena itu, politisasi pangan merupakan intervensi yang harus dikritisi dan dinilai boleh tidaknya Pemerintah menjamin kecukupan dan mengelola kedaulatan pangan.

Unsur-unsur yang mampu menjamin dan menopang kedaulatan pangan itu adalah kearifan lokal dan keanekaragaman hayati. Kearifan lokal adalah kecerdasan dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta yang berwajah manusia dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala alam serta keteledoran manusia. Sedangkan keanekaragaman hayati adalah kekayaan komunal rakyat setempat yang dilestarikan dan dijaga oleh mereka dengan segala macam budaya, awing-awing, larangan-larangan, selama beribu-ribu tahun. Dari kekayaan itu, manusia mampu bertahan dan tetap lestari hidupnya. Kedua sumber daya itu merupakan pertaruhan hidup matinya bangsa: persediaan pangan yang cukup bagi semua manusia. Sayangnya, pertaruhan hidup mati bangsa itu sering terlupakan.

Terdapat sebuah pemikiran mengapa kita harus kembali kepada hal diatas, karena pertama adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia dari makanan pokok nasi berkembang ke produk berbahan baku terigu (bahan baku impor). Kemudian dapat terlihat pada strategi pengembangan industri andalan daerah diorientasikan pada pengolahan sumber daya yang berbasis potensi lokal. Lalu pada dasarnya produk unggulan daerah memiliki ketersediaan mencukupi kebutuhan, memberikan nilai hasil yang lebih tinggi  & memiliki daya saing kuat dibandingkan dengan produk lainnya serta memiliki keunggulan komparatif  & keunggulan kompetitif .

Langkah strategis lainnya bisa dilihat dengan adanya perkembangan trend wisata gastronomi atau yang lebih popular dikenal sebagai wisata kuliner yang pada saat ini  didorong oleh "local genius". Apalagi jangka panjangnya untuk melestarikan gastronomi Indonesia sejak dini dari keluarga batih, serta mendorong setiap individu menjadi agen promosi makanan dan minuman Indonesia saat berhadapan dengan bangsa lain.

Terkait dengan industri pariwisata ini, sudah selayaknya kita perlu mengetahui nilai baru yang dimiliki oleh para wisatawan pada masa kini. Sekarang sudah muncul trend banyak para wisatawan melakukan kegiatan berwisata secara individualistik karena mereka memiliki kesadaran menggunakan akses teknologi untuk menyiapkan informasi transportasi dan juga akomodasi bahkan menuju daerah tujuan wisatanya. Wisatawan mancanegara saat ini memiliki kesadaran akan menjaga lingkungan. Oleh karena itu mereka akan memilih objek wisata yang memegang teguh konsep keberlanjutan. Para wisatawan pun tidak mencari kemewahan dalam kegiatan berwisata,  namun mencari keunikan yang khas dari suatu negara. Semua itu diperkuat oleh adanya penggunaaan informasi sosial media.

Hendaknya kalangan industri sepakat menggunakan bahan baku lokal dalam mempromosikan gastronomi Indonesia. Sebaiknya seluruh stakeholder sepakat mendukung dan berkomitmen upaya promosi kuliner ditingkat lokal, regional dan internasional. Tanpa adanya kesepakatan tersebut maka akan sulit bagi bangsa Indonesia berkompetisi dengan bangsa lain di mancanegara. Apalagi fenomena pengakuan hasil budaya dan kuliner bangsa kita sudah diakui mereka sebagai kuliner andalan di dunia.

Dilain pihak para gastronom harus mampu menciptakan produknya dengan tetap menjaga keramahan lingkungan, memiliki gaya lokal dan mampu bersikap ramah terhadap tamu. Tetap menjaga keaslian daerahnya, bersikap dan berperilaku lokal namun tetap berfikir global. Menampilkan makanan dan minuman yang otentik dan tetap menjaga kesederhanaan dari gastromomi itu sendiri.

Dengan demikian sudah saatnya bagi bangsa Indonesia menyadari bahwa gastronomi adalah industri besar yang patut diperhatikan secara seksama dan penting untuk dikembangkan lebih serius di negara ini. Sudah saatnya menyelesaikan persoalan hidupnya (pangan) dan harta kekayaan yang kita punyai dan masih kita kontrol. Hanya dengan cara itu, efek  globalisasi ekonomi berkenaan dengan pangan dapat dihindarkan. Ada suatu pepatah-petitih yang mengatakan: "Tidak ada modal yang handal selain yang sudah kita punya (keanekaragaman hayati). Tidak ada kepandaian yang tahan uji selain yang berabad-abad lamanya telah selamat mengarungi berbagai hempasan ombak jaman (kearifan lokal)".