Sate atau sesate merupakan salah satu sarana upakara Hindu di Bali yang menyimbolkan bentuk-bentuk senjata perang para Dewa.
Biasanya
sate dibuat sehari sebelum hari raya Galungan dan Kuningan, tepatnya
saat penampahan atau hari pemotongan hewan persembahan.
Dalam
buku Dharma Caruban, disebutkan ada sembilan macam sate dalam Galungan.
Namanya sate penawa-sangan, yang melambangkan senjata Sang Hyang Nawa
Dewata atau sembilan dewata yang berada di sembilan penjuru mata angin.
Ada
juga sate yang disuguhkan untuk para tamu, yakni sate linggih. Daging
yang digunakan biasanya daging bebek atau babi. Yang termasuk sate
linggih antara lain sate lembat dan sate empol. Biasanya daging
dililitkan pada batang serai sehingga disebut sate lilit. Sate ini
menggambarkan bahwa masyarakat Bali tidak bisa diceraiberaikan.