Orang Betawi mempunyai beragam aneka hidangan makanan, seperti Soto
Betawi yang gurih dan manis lezat itu maupun jajanan khas Betawi tahunan
di daerah-daerah cagar budaya Betawi bernama Kerak Telor. Ada sajian
lainnya seperti Nasi Uduk, Lontong Sayur, ataupun Ketoprak bertebaran
di Ibu Kota ini. Selain sajian-sajian populer tadi, Betawi masih
memiliki banyak makanan lezat lainnya, sayangnya beberapa di antaranya
kini mulai punah.
Kita perlu prihatin akan begitu banyaknya unsur-unsur kuliner Indonesia yang telah sirna. Kalau bukan kita yang memang suka dan doyan makan serta peduli pada warisan budaya kuliner, lalu siapa lagi yang mau dan mampu melestarikannya?
Jakarta, sejak jaman dulu, memang telah menjadi melting pot, tempat bercampur aduknya berbagai anasir budaya, bahkan bisa di bilang salad bowl aneka budaya dari Belanda, Portugis, Tionghoa, Arab, India, Jawa, Melayu, Betawi Asli -- yang semuanya dicampur menjadi satu adonan dan tampilnya unik khas Betawi, sama persis dengan tampilan beragam makanannya.
Betawi adalah cikal bakal munculnya kota metropolitan Jakarta. Betawi juga menjadi sebutan bagi penduduk asli Kota Jakarta dengan budaya dan sejarahnya yang dinamis. Sejarah Betawi tak lepas dari pengaruh budaya China dan Belanda yang pernah mendominasi kota Batavia beberapa abad lalu.
Semakin berkembangnya kota Jakarta dari tahun ke tahun membuat masyarakat Betawi asli yang dulunya memiliki tanah-tanah yang luas di tengah-tengah kota makin tersisih. Perkembangan kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara ini semakin pesat di masa pemerintahan Orde Baru. Mayoritas penduduk asli Betawi yang menetap di tengah kota mulai menjual tanahnya dab pindah ke pinggiran Jakarta seperti Kebayoran, Condet dan Jagakarsa. Untuk melestarikan budaya Betawi dari kepunahan, di tahun 1970-an pemerintah menetapkan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi.
KULINER BETAWI YANG NYARIS PUNAH
Perjalanan sejarah Betawi tentu saja mempengaruhi budaya dan pola kehidupan masyarakat Betawi. Salah satunya terlihat dari keragaman kulinernya. Pengaruh tradisi China misalnya tampak dari beberapa jenis makanan Betawi. Contohnya penggunaan bahan dasar tahu dan masakan berbahan ikan seperti ikan Cing Cuan. Yang terakhir ini adalah sajian dari ikan ekor kuning atau ikan pisang-pisang yang diberi bumbu tauco.
Selain China, masakan Betawi juga dipengaruhi oleh budaya Arab dan Eropa. Jika Anda menyantap Nasi Kebuli atau Gule itu adalah sajian khas Betawi yang kuat dipengaruhi budaya Arab. Sementara sentuhan budaya Eropa, terasa pada sajian khas Betawi seperti Semur Jengkol atau Lapis Legit. Semur (bisa juga Gabus Pucung) dan Lapis Legit sangat dipengaruhi oleh Steak dan Cake dari Eropa.
Masyarakat Betawi memiliki banyak makanan lezat. Sayang beberapa di antaranya kian punah. Siapa tak suka dengan Soto Betawi yang gurih dan manis itu. Atau kudapan bercita rasa khas seperti Kerak Telor. Selain dua sajian ini, Betawi masih punya banyak makanan lezat lainnya. Hanya saja sekarang ini tak semua hidangan khas Betawi dapat dijumpai dengan mudah di jakarta. beberapa di antaranya sudah bisa dikatakan telah punah.
Ciri khas hidangan betawi adalah citarasa gurih dan sedap. Masakan Betawi yang masih bertahan dan bisa dinikmati masyarakat bisa dihitung dengan jari. Beberapa di antaranya cukup populer yaitu Soto Betawi, Kerak Telor, Nasi Uduk dan Nasi Ulam. Bahkan tak sedikit orang yang bukan asli Betawi menjual sajian asli khas Betawi ini.
Contoh masakan langka namun paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah Ketupat Babanci. Sesuai dengan namanya, Ketupat Babanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat yang disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai dan rempah-rempah. Salah satu rempah-rempah yang sudah tak dapat lagi dijumpai di daerah Jakarta adalah buah Jali-jali. Kini tumbuhan buah Jali-jali hanya bisa dijumpai budidaya tumbuhannya di negeri Belanda. Dulu ketika Jakarta masih memiliki banyak semak belukar, tumbuhan Jali-jali tumbuh bebas di rerumputan tanah lapang. Seiring dengan hilangnya lahan luas dan rerumputan liar, maka hilang pula lah tumbuhan buah Jali-jali yang menjadi bahan dasar rempah bumbu Ketupat Babanci.
Sajian khas Betawi di hari-hari istimewa seperti Lebaran dan syukuran kini menjadi menu tradisional yang dinanti. Sajian yang paling umum hadir di meja makan masyarakat Betawi saat Lebaran adalah Ketupat Sayur, Sambal Godok dan Semur. Orang Betawi zaman dahulu bila mengadakan syukuran, tahlilan, maulid dan sejenisnya, selalu menyajikan Nasi Berkat. Dibungkus daun jati atau teratai, Nasi Berkat dilengkapi dengan Semur, Pesmol Bandeng, Gulai Buncis, Serundeng dan Perkedel. Tapi kini Nasi Berkat telah mulai dilupakan dan hilang dari tradisi Betawi.
Orang Betawi punya menu spesial untuk sarapan yakni Pindang Bandeng. Karena disantap waktu sarapan, orang Betawi sengaja memasak bandeng saat sore hari. Begitu pagi hari, Pindang Bandeng langsung dihangatkan dan dinikmati dengan sisa nasi semalam. Menu sarapan lain adalah Nasi Ulam. Namun yang banyak dijajakan sekarang ini dengan Semur Tahu dan Telur, bukanlah Nasi Ulam asli Betawi. Karena, Nasi Ulam asli Betawi disajikan dengan bumbu sambal terasi dan bumbu urap.
Selain Pindang Bandeng, orang Betawi memiliki sajian berbahan ikan lainnya. Sebut saja misalnya Pecak Lele, Gurame dan Ikan Emas. Ada pula sayur Gabus Pucung (kluwek, kluak) dengan ikan gabus yang diolah dengan bumbu kluwak (black nut = kacang hitam). Sayangnya jarang Betawi yang mengolah masakan ini, disamping sulitnya ternak ikan gabus kanibal bila diternak (ikan gabus cenderung memangsa anak-anaknya sendiri), namun begitu masih ada beberapa warung makanan khas masakan Betawi yang menyajikan masakan ikan liar gabus ini. Sajian paling unik dari ikan adalah Pepes Ikan Belanak. Dan seperti halnya Gabus Pucung, Pepes Ikan Belanak juga sudah langka.
Sumber Artikel diambil dari:
- Kerak Telor News, Betawi Punya Gaye
- Aji Gunawan Blog
- Warung Dhar Blog
- Wikipedia
Kita perlu prihatin akan begitu banyaknya unsur-unsur kuliner Indonesia yang telah sirna. Kalau bukan kita yang memang suka dan doyan makan serta peduli pada warisan budaya kuliner, lalu siapa lagi yang mau dan mampu melestarikannya?
Jakarta, sejak jaman dulu, memang telah menjadi melting pot, tempat bercampur aduknya berbagai anasir budaya, bahkan bisa di bilang salad bowl aneka budaya dari Belanda, Portugis, Tionghoa, Arab, India, Jawa, Melayu, Betawi Asli -- yang semuanya dicampur menjadi satu adonan dan tampilnya unik khas Betawi, sama persis dengan tampilan beragam makanannya.
Betawi adalah cikal bakal munculnya kota metropolitan Jakarta. Betawi juga menjadi sebutan bagi penduduk asli Kota Jakarta dengan budaya dan sejarahnya yang dinamis. Sejarah Betawi tak lepas dari pengaruh budaya China dan Belanda yang pernah mendominasi kota Batavia beberapa abad lalu.
Semakin berkembangnya kota Jakarta dari tahun ke tahun membuat masyarakat Betawi asli yang dulunya memiliki tanah-tanah yang luas di tengah-tengah kota makin tersisih. Perkembangan kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara ini semakin pesat di masa pemerintahan Orde Baru. Mayoritas penduduk asli Betawi yang menetap di tengah kota mulai menjual tanahnya dab pindah ke pinggiran Jakarta seperti Kebayoran, Condet dan Jagakarsa. Untuk melestarikan budaya Betawi dari kepunahan, di tahun 1970-an pemerintah menetapkan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi.
KULINER BETAWI YANG NYARIS PUNAH
Perjalanan sejarah Betawi tentu saja mempengaruhi budaya dan pola kehidupan masyarakat Betawi. Salah satunya terlihat dari keragaman kulinernya. Pengaruh tradisi China misalnya tampak dari beberapa jenis makanan Betawi. Contohnya penggunaan bahan dasar tahu dan masakan berbahan ikan seperti ikan Cing Cuan. Yang terakhir ini adalah sajian dari ikan ekor kuning atau ikan pisang-pisang yang diberi bumbu tauco.
Selain China, masakan Betawi juga dipengaruhi oleh budaya Arab dan Eropa. Jika Anda menyantap Nasi Kebuli atau Gule itu adalah sajian khas Betawi yang kuat dipengaruhi budaya Arab. Sementara sentuhan budaya Eropa, terasa pada sajian khas Betawi seperti Semur Jengkol atau Lapis Legit. Semur (bisa juga Gabus Pucung) dan Lapis Legit sangat dipengaruhi oleh Steak dan Cake dari Eropa.
Masyarakat Betawi memiliki banyak makanan lezat. Sayang beberapa di antaranya kian punah. Siapa tak suka dengan Soto Betawi yang gurih dan manis itu. Atau kudapan bercita rasa khas seperti Kerak Telor. Selain dua sajian ini, Betawi masih punya banyak makanan lezat lainnya. Hanya saja sekarang ini tak semua hidangan khas Betawi dapat dijumpai dengan mudah di jakarta. beberapa di antaranya sudah bisa dikatakan telah punah.
Ciri khas hidangan betawi adalah citarasa gurih dan sedap. Masakan Betawi yang masih bertahan dan bisa dinikmati masyarakat bisa dihitung dengan jari. Beberapa di antaranya cukup populer yaitu Soto Betawi, Kerak Telor, Nasi Uduk dan Nasi Ulam. Bahkan tak sedikit orang yang bukan asli Betawi menjual sajian asli khas Betawi ini.
Contoh masakan langka namun paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah Ketupat Babanci. Sesuai dengan namanya, Ketupat Babanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat yang disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai dan rempah-rempah. Salah satu rempah-rempah yang sudah tak dapat lagi dijumpai di daerah Jakarta adalah buah Jali-jali. Kini tumbuhan buah Jali-jali hanya bisa dijumpai budidaya tumbuhannya di negeri Belanda. Dulu ketika Jakarta masih memiliki banyak semak belukar, tumbuhan Jali-jali tumbuh bebas di rerumputan tanah lapang. Seiring dengan hilangnya lahan luas dan rerumputan liar, maka hilang pula lah tumbuhan buah Jali-jali yang menjadi bahan dasar rempah bumbu Ketupat Babanci.
Sajian khas Betawi di hari-hari istimewa seperti Lebaran dan syukuran kini menjadi menu tradisional yang dinanti. Sajian yang paling umum hadir di meja makan masyarakat Betawi saat Lebaran adalah Ketupat Sayur, Sambal Godok dan Semur. Orang Betawi zaman dahulu bila mengadakan syukuran, tahlilan, maulid dan sejenisnya, selalu menyajikan Nasi Berkat. Dibungkus daun jati atau teratai, Nasi Berkat dilengkapi dengan Semur, Pesmol Bandeng, Gulai Buncis, Serundeng dan Perkedel. Tapi kini Nasi Berkat telah mulai dilupakan dan hilang dari tradisi Betawi.
Orang Betawi punya menu spesial untuk sarapan yakni Pindang Bandeng. Karena disantap waktu sarapan, orang Betawi sengaja memasak bandeng saat sore hari. Begitu pagi hari, Pindang Bandeng langsung dihangatkan dan dinikmati dengan sisa nasi semalam. Menu sarapan lain adalah Nasi Ulam. Namun yang banyak dijajakan sekarang ini dengan Semur Tahu dan Telur, bukanlah Nasi Ulam asli Betawi. Karena, Nasi Ulam asli Betawi disajikan dengan bumbu sambal terasi dan bumbu urap.
Selain Pindang Bandeng, orang Betawi memiliki sajian berbahan ikan lainnya. Sebut saja misalnya Pecak Lele, Gurame dan Ikan Emas. Ada pula sayur Gabus Pucung (kluwek, kluak) dengan ikan gabus yang diolah dengan bumbu kluwak (black nut = kacang hitam). Sayangnya jarang Betawi yang mengolah masakan ini, disamping sulitnya ternak ikan gabus kanibal bila diternak (ikan gabus cenderung memangsa anak-anaknya sendiri), namun begitu masih ada beberapa warung makanan khas masakan Betawi yang menyajikan masakan ikan liar gabus ini. Sajian paling unik dari ikan adalah Pepes Ikan Belanak. Dan seperti halnya Gabus Pucung, Pepes Ikan Belanak juga sudah langka.
Sumber Artikel diambil dari:
- Kerak Telor News, Betawi Punya Gaye
- Aji Gunawan Blog
- Warung Dhar Blog
- Wikipedia