".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Saturday, 2 August 2014

Sejarah Ketupat

Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa dan dikukus sehingga matang. Ketupat paling banyak ditemui sekitar waktu Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Dilihat dari segi bentuknya ketupat mempunyai nilai seni. Dengan demikian ketupat menjadi karya seni budaya seorang.

Apabila dilihat dari maknanya ketupat merupakan ungkapan budaya yang mengandung falsafah hidup yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai dasar dalam bersikap dan bertindak.

Ketupat sebagai karya budaya dikaitkan dengan suatu hasil dengan beraneka macam bentuk. Sedang ketupat sebagai ungkapan budaya adalah merupakan simbol yang di dalamnya terkandung makna dan pesan tentang kebaikan.

Umumnya ketupat identik sebagai hidangan spesial lebaran, tradisi ketupat ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk ke tanah Jawa.

Lebaran ketupat merupakan tradisi masyarakat sebagai ungkapan syukur setelah melaksanakan ibadah puasa dan bukan sekadar makanan yang disajikan untuk menjamu para tamu pada hari raya Idul Fitri termasuk juga merayakan genapnya enam hari berpuasa sunah Syawal.

Sebagai ungkapan budaya, ketupat antara lain memberikan makna dan pesan:
a. Ketupat terdiri dari beras/nasi yang dibungkus daun kelapa muda dan janur (bahasa Jawa). Beras / nasi adalah simbol nafsu dunia. Sedangkan Janur yang dalam budaya Jawa Jarwa dhosok adalah “Jatining nur” (sejatinya nur), yaitu hati nurani. Jadi ketupat dimaksudkan sebagai lambang nafsu dan hati nurani, yang artinya agar nafsu dunia dapat ditutupi oleh hati nurani.

b. Pesan yang terkandung di dalamnya adalah agar seseorang dapat mengendalikan diri, yaitu menutupi nafsu-nafsunya dengan hati nurani (dilambangkan nasi bungkus dengan janur). Sebagaimana disadari bahwa di dalam diri manusia terdapat nafsu-nafsu buruk yang dapat mempermainkan manusia itu sendiri.

c. Di samping itu Tuhan memberikan kepada manusia hati nurani, yaitu suara hati nurani/suara kecil yang memberikan kepada manusia peringatan-peringatan apabila akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari garis keutamaan. Oleh karena itu hati nurani merupakan kunci kewaspadaan manusia terhadap perilakunya sehari-hari di dunia ini, hati nurani sebagai alat kendali nafsu-nafsu manusia.

d. Dalam hubungan ini apabila manusia tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsu dunianya, maka seseorang akan menampakkan sifat ego dan tindak yang dilakukannya mencerminkan nafsu angkara. Ini berarti cahaya Tuhan berkurang di dalam menyinari hati manusia. Seharusnya seseorang mampu memerangi nafsu angkaranya sehingga tercapai pengendalian diri yang serasi.

Demikian makna yang terkandung dalam ketupat, yaitu memberikan pesan agar seseorang mampu mengendalikan diri dari nafsu-nafsu buruknya.

Dalam sejarah latar belakangnya, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat pada masyarakat Jawa. Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah selesai dianyam, ketupat  diisi dengan beras kemudian dimasak. Setelah selesai dimasak, ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Arti Kata Ketupat:
Ketupat yang dalam bahasa Sunda juga disebut kupat, dimaksudkan agar seseorang jangan suka ngupat, yaitu membicarakan hal-hal buruk pada orang lain karena akan membangkitkan amarah. Dengan lambang ketupat ini dipesankan agar seseorang dapat menghindarkan diri dari tindak ngupat tersebut.

Tindakan “ngaku lepat” ini telah menjadi kebiasaan atau tradisi pada tanggal satu Syawal, yaitu setelah melaksanakan ibadah puasa dengan menyediakan hidangan ketupat berikut lauk pauknya di rumah-rumah, sehingga disebut dengan ketupat lebaran. Semua ini sebagai simbol pengakuan dosa baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun terhadap sesama manusia.

Betapa besar peran Para Wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menghormati dan menumbuh-kembangkan tradisi budaya sekitar / setempat, seperti tradisi Lebaran dan hidangan ketupat. Oleh karena itu, kita seharusnya memuliakan budaya atau ajaran yang telah disampaikan para Wali di Indonesia dalam mensiarkan agama baru yaitu Islam.

Sebagian masyarakat Jawa memaknai rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur sebagai bungkus beras, mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran.

Penggunaan janur sebagai kemasan pun memiliki makna tersembunyi. Janur dalam bahasa Arab yang berasal dari kata “jaa a al-nur” bermakna telah datang cahaya. Sedangkan masyarakat Jawa mengartikan janur dengan “sejatine nur” (cahaya). Dalam arti lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadan.

Ketupat juga sering dihidangkan dengan sate. Bila dihidangkan dengan tahu dan gulai menjadi kupat tahu yang sering ditemani juga dengan sayur labu / buncis. Selain itu, tradisi makan ketupat lebaran yang masih langgeng sampai saat ini adalah penggunaan sayur opor sebagai pasangannya. Sayur opor pun memiliki makna filosofi , jika dilihat dari asal-usul bahan dasarnya yang menggunakan santan kelapa. Bahasa Jawa dari santan ialah “santen” yang memunyai makna “pangapunten” atau memohon maaf.

Diantara beberapa kalangan di Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Di Bali ketupat sering pula dipersembahkan sebagai sesajian upacara.

Sedangkan ketupat dalam tradisi Betawi merupakan simbol untuk mengingat asal-usul dan leluhur mereka yang agraris sekaligus maritim. Beras, bahan dasar ketupat, merupakan kekentalan tradisi agraris, sementara daun kelapa yang digunakan untuk membungkus, adalah lambang masyarakat maritim. Ketupat juga simbol kerekatan dan kemanfaatan dalam bermasyarakat.

Kini warisan dari Sunan Kalijaga ini masih tetap dipertahankan bahkan sudah bukan milik Jawa saja tetapi sudah menjadi makanan di Asia Tenggara, hal ini dapat dilihat di negara Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand dan sebagainya masih dijumpai ketupat ini, hal ini terjadi akibat banyaknya orang orang Jawa yang bermukim di negeri jiran itu.

Sumber dan referensi:
- Wikipedia
- CNNGO: "40 of Indonesia's best dishes"
- Kumpulan Sejarah Blog
- Yasi Site Blog