".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Friday, 1 August 2014

Sejarah Sate

Sate adalah makanan yang terbuat dari potongan daging (ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain) yang dipotong kecil-kecil,dan ditusuki dengan tusukan yang biasanya dibuat dari bambu, kemudian dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu (bergantung pada variasi resep sate tapi pada umumnya kecap atau kacang) dengan irisan tomat serta mentimun yang dimakan dengan nasi hangat atau, kalau di beberapa daerah disajikan dengan lontong atau ketupat.

Sate diketahui berasal dari Jawa, Indonesia, tetapi sate juga populer di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Sate juga populer di Belanda dan Jepang yang dipengaruhi masakan Indonesia yang dulu merupakan koloninya.

Asal mula sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal abad ke-19, berdasarkan fakta bahwa sate mulai populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab ke Indonesia. Hal ini pula yang menjadi alasan populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan sate yang disukai oleh warga keturunan Arab.

Di Malaysia, sate sering dikaitkan dengan sate Kajang yang dipercayai diperkenalkan oleh Haji Tasmin bin Sakiban di pusat bandar Kajang pada tahun 1917. Beliau berasal dari Pulau Jawa, Indonesia, yang sampai di Kajang melalui Sungai Langat dan berlabuh di tebing Sungai Jerlok. Selain daripada Tasmin, ada seorang lagi penduduk berasal dari Pulau Jawa bernama Wak Jono Darmon (Haji Mohamad Noor). Sate Kajang yang diperkenalkan Tasmin dan Wak Jono dicatat sebagai pelopor perniagaan trademark sate di Malaysia yg mirip dengan sate Gagrak dr Pulau Jawa dan sate Antasari dr Pontianak; dgn bumbu kacang kecap yang encer.

Sate telah menjadi makanan yg populer secara luas di berbagai belahan dunia, hal ini menjadikan orang tertarik utk mengetahui asal mula hidangan populer ini.

Hidangan internasional yg mirip sate antara lain yakitori dr Jepang, shish kebab dr Turki, shashlik dr Kaukasia, chuanr dr China, dan sosatie dr Afrika Selatan.

Kata "sate" atau "satai" diduga berasal dr bahasa Tamil. Diduga sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal abad ke-19, berdasarkan fakta bhw sate mulai populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dgn semakin banyaknya pendatang dari Arab dan pendatang Muslim Tamil dan Gujarat dr India ke Indonesia.

Teori lain mengatakan kata sate berasal dr istilah Minnan-Tionghoa sa tae bak yg berarti tiga potong daging. Akan tetapi teori ini diragukan karena secara tradisional sate terdiri atas empat potong daging, bukan tiga. Dan angka empat dianggap bukan angka yang membawa keberuntungan dalam kebudayaan Tionghoa. Warga Tionghoa Indonesia juga mengadopsi dan mengembangkan sate sesuai selera mereka, yaitu sate babi yg disajikan dgn saus nanas atau kecap yg manis dgn tambahan bumbu2 Tionghoa, sehingga sate Tionghoa memiliki cita rasa seperti hidangan daging panggang khas Tionghoa.

Dari Jawa, sate menyebar ke seluruh kepulauan Nusantara yg menghasilkan beraneka ragam variasi sate. Pd akhir abad ke-19, sate telah menyeberangi selat Malaka menuju Malaysia, Singapura, dan Thailand, dibawa oleh perantau Jawa dan Madura yg mulai berdagang sate di negeri jiran tsb. Pada abad ke-19 istilah sate berpindah bersamaan dgn perpindahan pendatang Melayu dr Hindia Belanda menuju Afrika Selatan, di sana sate dikenal sebagai sosatie. Orang Belanda juga membawa hidangan ini dan banyak hidangan khas Indonesia lainnya ke negeri Belanda, hingga kini seni memasak Indonesia juga memberi pengaruh kpd seni memasak Belanda . Sate ayam atau sate babi adalah salah satu lauk-pauk yg disajikan dlm hidangan Rijsttafel di Belanda.

Sumber dan referensi:
- Wikipedia
- CNNGO: "40 of Indonesia's best dishes "
- Sri Owen: "Indonesian Regional Food and Cookery"
- Rians Saidi Blog